Eps 31: Ulang Tahun Sekolah

458 21 0
                                    

Selamat membaca~

"Jangan berharap untuk selalu bahagia setiap detiknya karena di dunia ini tidak ada yang namanya keabadian
dalam hal apapun"
Stasya A.

Calansha berjalan di koridor sekolah dengan tatapan dingin yang membuat siapa saja akan takut. Gadis cantik itu kali ini terlihat berbeda.

Aura yang dikeluarkan membuat siapa saja takut. Mata Calansha tidak sengaja menangkap dua sejoli yang tak lain dan tak bukan adalah Aarav dan Aluna.

Calansha memutar bola matanya malas. Calansha sudah menunggu sejak pagi tetapi Aarav tidak menjemputnya. Kemarin malam ia sudah mengatakan jika akan menjemputnya tapi...

"Aarav sialan!!" Umpat Calansha dengan pelan.

Kegiatan hari ini adalah merayakan ulang tahun SMA Borge. Tidak ada kegiatan belajar mengajar.

Pagi ini semua murid diperintahkan untuk berkumpul di lapangan untuk melakukan pembukaan kegiatan ini dengan saling menukarkan bunga satu sama lain. Hal itu sudah menjadi turun temurun SMA Borge sejak dulu agar antar muridnya menjalin hubungan yang harmonis dan sekolah ini mempunyai suasana yang damai.

Setiap murid diharuskan membawa satu tangkai bunga untuk diberikan ke murid lain. Mungkin ada yang diberikan kepada pacarnya atau crush-nya atau siapapun itu.

"An, ayo ke lapangan!!" Becca menarik-narik tangan Calansha yang sedari tadi hanya duduk sekali-kali ia mendengus kesal kepada Becca.

"Apaan sih?! Duluan, gue nanti nyusul."

"Ck, yaudah." Becca meninggalkan Calansha dengan kesal sambil menghentakkan kakinya.

Calansha menatap kepergian Becca dengan menghembuskan napas pelan.

Ia beranjak untuk menyusul teman-temannya dengan malas.

Sesampainya di lapangan, Calansha mengedarkan pandangannya untuk mencari teman-temannya.

Terdapat satu titik yang membuat Calansha tertarik. Lagi dan lagi, Aarav dengan Aluna. Aarav yang hanya diam dan tidak merespon apapun yang dikatakan oleh Aluna. Aluna memberikan bunganya kepada Aarav, dengan mudahnya Aarav menerima bunga itu.

Mata Calansha memerah menahan amarahnya. Air matanya sudah mengenang di kelopak matanya.

Ia berlari pergi dari sana dan menuju tempat sepi, taman.

Seseorang melihat itu dan tersenyum lebar. Lalu ia pergi menyusul Calansha untuk memberikan surprise kepadanya.

"BANGSAT LO, AARAV!! GUE BENCI SAMA LO!"

"Hiks...hiks...gue benci sama lo." Tangisan Calansha pecah, dan itu tidak luput dari pandangan seseorang. Ia masih memperhatikan Calansha dari jauh.

"Gue benci sama lo juga, Aluna. Sialan!!"

"ARGHH!! ALUNA SIALAN!! AWAS AJA LO!!"

Seseorang itu masih bersembunyi dibalik tembok tidak jauh dari tempat Calansha duduk. Ia membiarkan Calansha agar melampiaskan marahnya, karena ia tau bagaimana perasaan Calansha sekarang.

Calansha sudah sedikit tenang tetapi air matanya masih saja menetes.

"Aku boleh duduk?" Tanpa persetujuan Calansha, Stasya duduk di samping Calansha.

"Aku tau kok perasaan kamu kayak gimana."

"Lo nggak akan tau."

"Oke. Kak Aarav itu orangnya baik banget, makanya dia sampe nggak bisa bedain mana orang yang sayang sama dia lebih dari temen atau nggak. Aku tau gimana rasanya dicuekin sama pacar sendiri, meskipun aku nggak pernah. Tapi, aku juga perempuan kan sama kayak kamu." Stasya mengambil napasnya sebentar dan melanjutkan bicaranya.

"Kata orang-orang sedih itu boleh tapi nggak boleh lama-lama. Emang kalo sedih terus semuanya bakal balik kayak semula? Nggak kan. Kamu lebih baik bicara berdua sama Kak Aarav, biar semuanya jelas."

"Aku dulu sama adik aku selalu berdua. Kemanapun dia pergi, aku akan selalu ikut sama dia. Disaat kita udah remaja, semuanya berbeda."

Calansha hanya diam menyimak semua perkataan Stasya. Air matanya sudah tidak menetes lagi, Calansha sekarang sudah sedikit tenang.

"Adik aku punya kesibukan sendiri, begitu pun aku. Kok aku jadi yang curhat ya? Hehe."

Stasya memegang pundak Calansha membuatnya menoleh menatap Stasya.

"Setiap permasalahan pasti ada jalan keluarnya dan setiap perbuatan pasti ada akibatnya. Entah itu buruk ataupun baik, kamu harus siap apapun itu. Karena semua itu tergantung diri kamu."

Stasya memberikan setangkai bunga mawar merah pada Calansha.

"Mawar?"

Stasya mengangguk dan tersenyum, "Bunga mawar itu indah tapi berduri."

Seketika ingatan Calansha berpijak pada 'dia'.

"Dulu, ada seseorang yang suka banget kasih aku bunga mawar. Katanya bunga mawar itu bagus tapi berduri. Bahkan, disaat aku nggak ada pun dia tetep kasih aku. Manis banget kan dia?"

Calansha menatap Stasya dalam, kenapa semua yang dikatakan Stasya sangat persis dengan semua yang dialaminya.

Kebetulan mungkin, pikir Calansha.

"Aku dulu nggak tau kenapa, dia selalu kasih aku bunga mawar tapi sekarang....aku tau semuanya."

Setelah mengatakan itu, Stasya pergi. Sebelum Stasya melangkah lebih jauh lagi, Calansha menghentikannya.

"Siapa lo sebenarnya, Stasya?"

Stasya tidak menatap balik ke Calansha. "Stasya Azalea."

Berbarengan dengan Stasya pergi, selembar kertas berukuran kecil jatuh.

Calansha membukanya dan membaca tulisan itu.

Deg

Inisial AD.

_
_
_
_
_
_
_

Who Is She? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang