BONUS EPISODE

611 20 0
                                    

Hai semua
Aku update lagi nih
Kali ini kisah antara Calansha, Calantha dan Danesh

Selamat membaca~

Sinar matahari pagi membuat seorang gadis yang masih berusia empat belas tahun tidak bermalas-malasan untuk beraktivitas, ia pagi ini sudah pergi untuk jogging. Meskipun hari ini adalah hari Minggu, tapi Calansha tetap melakukan aktivitas biasanya.

Mungkin orang lain akan tidur sampai siang, karena hari ini adalah hari libur. Sama halnya dengan Calantha, gadis itu masih tertidur dengan balutan selimut di tubuhnya.

"Ma!! Aku berangkat!!" Pamit Calansha sambil berjalan keluar, karena ia tau ibunya sedang sibuk memasak.

"Iya, hati-hati!!"

Sebelum memulai jogging, Calansha melakukan pemanasan terlebih dahulu. Ia akan jogging di komplek rumahnya saja, karena ia tidak diperbolehkan keluar terlalu jauh dengan sendirian.

"Oke. Let's do it."

Calansha mulai jogging, ia tiap hari sebelum ke sekolah akan menyempatkan dirinya untuk jogging sebentar. Katanya agar ia sehat dan untuk diet juga, padahal badan Calansha sudah terbilang bagus.

Setengah jam sudah berlalu, Calansha juga sudah menyelesaikan jogging. Ia memutuskan untuk istirahat sejenak di taman komplek rumahnya.

Glek

Glek

Satu botol air mineral di minum semua oleh Calansha. Jogging memang melelahkan tapi menurutnya juga menyenangkan.

"Ah...enak banget." Calansha mengusap bibirnya dengan tisu yang tadi ia bawa.

"Aku pulang aja deh."

Sementara di rumahnya, terdapat seorang lelaki yang usianya sama dengan Calansha. Dia adalah Danesh, teman Calansha dan Calantha di sekolah. Mereka bertiga berteman baik dari awal masuk sekolah.

Tok tok

"Eh nak Danesh, ayo masuk." Kandra menuntun Danesh masuk, rumah Danesh juga dekat dengan rumah Calansha dan Calantha hanya berbatasan beberapa rumah saja.

Danesh terkadang memang suka berkunjung ke rumah Calansha dan Calantha untuk bermain atau mengerjakan tugas sekolah.

"Udah sarapan belum?"

"Udah tan." Kandra mengangguk, Calantha tiba-tiba muncul dari atas masih dengan memakai baju tidur dan rambutnya yang acak-acakan, meskipun begitu tidak mengurangi kecantikannya

"Danesh, lo ngapain disini?" Danesh menoleh menatap Calantha dan tersenyum.

"Main lah, ngapain lagi. Btw, Calansha mana?"

Calantha memutar bolanya malas, Calansha dan Calansha. Kenapa selalu Calansha?

"Nggak tau, lo itu nggak tanya kabar gue atau apa malah tanya Calansha?"

"Kan biasanya pagi-pagi dia udah di depan rumah. Tumben sekarang nggak ada."

"Ck, bodoamat." Danesh hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, apa salahnya tanya Calansha? Dia kan kangen, eh?

"Lo baru bangun?" Calantha hanya membalas dengan deheman, ia sudah malas dengan Danesh.

"Assalamu'alaikum. Danesh?" Calansha datang dengan rambut yang di kuncir kuda.

"Habis jogging?" Danesh melihat penampilan Calansha. Calansha mengangguk setelah itu ia duduk di sebelah Calantha.

"Kamu baru bangun?" Calantha lagi-lagi hanya mengangguk, ia masih sedikit mengantuk plus mood nya sudah tidak bagus karena Danesh.

Danesh memperhatikan Calansha tak henti-hentinya, sedangkan yang ditatap sedang bermain handphone. Calantha yang menyadari itu pun hanya menatapnya sendu.

"An, gue mau ngomong sesuatu sama lo." Calansha beralih menatap Danesh yang sepertinya Danesh akan mengatakan hal yang serius.

"Gue cabut." Calantha tidak mau mendengarkan pembicaraan dua sejoli itu, entah kenapa perasaannya tidak enak.

"Mau ngomong apa?"

"Ekhem, gue....suka sama lo. Mau nggak lo jadi pacar gue?"

Deg

Bukan Calansha, melainkan Calantha. Gadis itu sedang menguping di balik tembok yang tidak jauh dari tempat Calansha dan Danesh.

Calantha tersenyum kecut, lagi dan lagi cintanya tidak terbalaskan dan itu karena Calansha. Pertama, Aarav dan sekarang Danesh. Besok siapa lagi?

Calansha tersenyum menanggapi, ia tidak bisa menerima Danesh karena di hatinya sudah terdapat seseorang, Aarav dia adalah sosok yang sudah tertanam di hatinya Calansha.

"Gue nggak bisa, Dan. Lebih baik kita temenan aja, karena gue nggak mau ngerusak hubungan pertemanan kita." Calansha memegang tangan Danesh, Danesh tersenyum kecut mendengar penolakan Calansha. Ia juga tidak mau memaksa Calansha, karena semua keputusan berada di tangannya.

"Gapapa. Yaudah gue balik dulu, sampein salam ke tante dan Calantha." Calansha mengangguk dan mengantarkan Danesh sampai depan pintu.

Sedangkan Calantha, gadis itu sudah berlari ke kamarnya dan menangis. Mengapa semua ini terjadi padanya? Padahal dia dan Calansha memiliki wajah yang sama dan cantik juga, apa kurangnya Calantha?

Calantha meringkuk di lantai sambil memeluk lututnya . Ia menangis sejadi-jadinya, kenapa cintanya tidak berjalan dengan mulus?

Calantha menghapus air matanya dengan kasar. Ia tidak bisa membiarkan ini semua, Calansha adalah penyebab utama kesengsaraan hidupnya. Ia sedari kecil telah merenggut apa yang seharusnya dimiliki Calantha. Mulai dari Aarav, dan sekarang Danesh.

"Gue harus bertindak."

_
_
_
_
_
_
_
_

Who Is She? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang