Eps 28: Tertangkap

501 23 0
                                    

Selamat membaca~


Seorang gadis sedang menatap nyalang Aluna yang sekarang bersama dengan Aarav. Terlihat Aluna mengalungkan tangannya di lengan Aarav, sedangkan lelaki itu hanya diam tidak memberontak.

Calansha tau mereka merupakan sahabat sejak kecil, tapi apakah harus sedekat itu?

Calansha masih saja melihat mereka berdua, Aluna yang bergelanjutan manja pada Aarav.

Ia menatap tajam mereka berdua, bahkan Aarav tidak menolak sedikitpun. Calansha yang sudah jengah pun pergi. Calansha pergi menuju belakang sekolah, ia ingin menenangkan amarahnya di taman belakang sekolah.

"Kapan kamu kesini?" Ujar seseorang di balik telepon.

"Nanti, aku kesana." Jawab seorang gadis cantik dengan pelan.

"Rencana kamu selanjutnya apa?"
"Aku habis ini nggak kemana-mana kok, Ayah. Aku langsung pulang." Stasya mendengarkan suara langkah seseorang dari arah belakang.

Setelah itu, Stasya mematikan teleponnya dan memakai kupluk hoodie-nya. Ia tidak bisa berlama-lama disini, karena ia sedang tidak memakai penyamarannya.

"Lo siapa?" Stasya terdiam kaku, kakinya tidak bisa digerakkan sama sekali. Dia kenal suara itu, dia adalah Calansha.

Stasya tidak ingin membalikkan badannya, jika ia membalikkan badannya maka semua rencananya akan gagal.

"Heh, kalo tanya dijawab." Lagi-lagi Stasya hanya diam, ia juga tidak mau menjawab karena Calansha akan mengetahui suaranya.

Stasya mendengar suara langkah Calansha mendekat, tangannya memegang pundak Stasya bersiap untuk membalikkan badan Stasya.

Mampus, batin Stasya.

Satu

Dua

Tiga

"An, ngapain disitu?" Calansha menoleh menatap seorang gadis dibelakangnya, Fara.

Stasya mengambil kesempatan itu, ia berlari meninggalkan tempat itu dengan cepat.

Calansha yang melihat orang itu melarikan diri pun sebal. Dia juga tidak bisa menyalahkan Fara karena gadis itu tidak tau apa-apa.

"Kenapa?" Calansha menghampiri Fara yang jaraknya sedikit jauh darinya.

"Dicariin yang lain, aku kira kamu tadi di taman belakang. Tapi...ternyata disini." Fara tidak tau jika ada orang lain selain Calansha, karena tertutup oleh semak-semak.

"Oh yaudah, ayo." Fara mengangguk dan mengikuti Calansha.

🌻🌻

"Untung aja..." Stasya bernapas dengan lega setelah ia masuk di mobil. Karena hanya di mobil lah tempat yang aman.

"Kenapa sih gue? Pake lepas penyamaran segala di tempat umum, bodoh." Stasya memaki-maki dirinya sendiri, ia sangat kesal pada dirinya. Untung saja ia bisa selamat, jika tidak... semuanya akan berantakan.

Setelah itu, Stasya mengendarai mobilnya untuk menuju suatu tempat. Tempat yang hanya Stasya dan lelaki yang ia anggap sebagai ayahnya sendiri yang tau serta beberapa anggota yang lain.

Beberapa menit kemudian, Stasya sampai di tempat itu.

"Hai, putri kecilku. Bagaimana kabarmu?"

"Baik, come on...jangan panggil aku putri kecil, aku sudah besar." Stasya sangat kesal karena ia selalu dipanggil putri kecil oleh pria itu.

"Lalu? Apa aku harus memanggilmu calon menantu?" Pipi Stasya memerah mendengarkan itu, sial sekali.

"Hahaha.....kamu akan tetap menjadi putri kecilku. Kamu tidak ingat? Siapa yang dulu mengajakmu berjalan-jalan dengan putra ayah?"

Stasya jelas sangat ingat, siapa lagi kalau bukan pria paruh baya di depannya itu.

"Aku tadi hampir ketahuan."

"Pakailah penyamaran kamu selalu. Jangan dilepas jika di tempat umum, itu akan sangat berbahaya." Stasya mengangguk patuh, ia sangat sayang pada pria paruh baya itu. Dia yang selalu membantunya kapanpun itu.

"Apa semua baik-baik saja? Bagaimana keadaan Calansha? Apakah gadis itu sudah depresi?"

"Jangan panggil dia Calansha!!"

"Sorry." Pria paruh baya itu mengerti, dan dia juga salah karena menyebut gadis itu dengan nama Calansha.

"Aku tadi pagi melihatnya, dia sepertinya sudah mulai ketakutan. Dia tadi pagi melamun sendirian di kantin tanpa teman-temannya dan...Aarav."

"Kamu adalah anak gadis ayah yang paling pintar. Tidak salah aku mencarikan putraku menantu seperti kamu."

"Tapi sayangnya putra ayah masih bersama dengan iblis."

"Tidak peduli dengan siapa ia sekarang, yang terpenting takdir putra ayah adalah kamu." Lagi-lagi pipi Stasya memerah, ia sungguh sangat malu. Siapapun tolong tenggelamkan Stasya di lautan dalam.

Lebih baik Stasya pamit untuk pulang, jika lama-lama disini ia akan menanggung rasa malu yang sangat amat berat.

_
_
_
_
_
_
_

Eps kali ini nggak terlalu panjang ya guys

Who Is She? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang