29. TEROR

1.2K 127 3
                                    

BIJAK DALAM MEMBACA
°
°
°
°
°
°
°
°
°
🌱
•••


"PAPAH BERHENTI" teriakan Cella dari ambang pintu masuk rumah hingga suaranya memenuhi seisi rumah, Ellan menurunkan tangannya yang hendak melayangkannya kepalan tangannya kepada pipi Celin untuk yang kedua kalinya.

Cella berjalan dengan langkah cepat kearah papah dan mamah nya, dengan tas sekolah yang masih berada di salah satu lengannya.

Plak

"CELLA" teriak Celin yang terkejut atas perbuatan Cella yang melayangkan tangannya ke arah pipi Ellan, hingga membuat Ellan menoleh ke arah samping karena tamparan Cella.

"Masih banyak tamparan yang bakalan papah terima dari tangan Cella, camkan itu!!" Cella mendorong kursi roda yang diduduki oleh Celin untuk menuju kamar Celin, mengabaikan Ellan yang menatap ke arah kedua dengan tatapan tajam.

Brak

"Akhh" Cella meringis akibat dorongan Ellan pada dirinya hingga membuat dirinya terjatuh mengenai ujung tangga, begitupun dengan Celin yang ikut terjatuh dari kursi rodanya karena dorongan Ellan kepada Cella juga berimbas kepada kursi roda Celin.

Mengabaikan rasa sakitnya, Cella bangkit untuk membantu Celin namun Ellan kembali menarik tangan Cella untuk menghadapinya hingga sebuah tamparan mendarat di pipinya.

Plak

"Dasar anak tidak tau diri" teriak Ellan murka lalu Ellan meraih rambut panjang Cella hingga Cella mendongakkan kepalanya menatap Ellan dengan kedua mata yang sudah memerah. Kedua tangan Cella bergerak untuk mencapai tangan Ellan yang masih berada di rambutnya guna melepaskan cengkraman tangan Ellan pada rambutnya. Ellan semakin kuat mencengkram rambut Cella hingga rintikan kesakitan kembali keluar dari bibir Cella.

Dengan kasar Ellan membuat Cella berjongkok dihadapannya, kedua tangan Cella masih berusaha melepaskan cengkraman Ellan pada rambutnya. Setelah berhasil membuat Cella berlutut dihadapannya dengan tangan yang masih mencengkram erat rambut Cella, Ellan pun ikut berjongkok dihadapannya dan berkata dengan geram.

"Berani sekali tangan kotor mu itu menyentuh pipi saya ha!!"

"Ellan hentikan" Celin berusaha mendekati Ellan dan Cella dengan susah payah karena kakinya yang tidak bisa ia gerakan.

Perkataan Celin tidak Ellan hiraukan dirinya menganggap jika perkataan Celin barusan hanyalah angin lalu. Dengan kasar Ellan membuat wajah Cella bersentuhan langsung dengan dinginnya lantai tepat dihadapan sepatu pantofel berkilau ya.

Cella merintih kesakitan dengan kedua matanya yang telah mengeluarkan air mata akibat tekanan tangan Ellan kepada kepalanya yang sangat kuat sehingga sulit untuk Cella melepaskan diri.

"Ellan jauhkan tangan mu dari rambut putriku!!" Celin langsung mendorong Ellan dengan sangat kuat hingga akhirnya tangan Ellan lepas dari rambut Cella, jarak antara ketiganya tidak jauh sehingga Celin sampai dengan cepat di samping Ellan dengan cara menggerakkan tangannya sekuat tenaga untuk menarik kaki dan tubuh bagian bawahnya yang tidak dapat bergerak sama sekali.

Celin membantu Cella untuk duduk dihadapannya dengan rasa panik yang sudah menghampirinya sadari tadi.

"Cella bilang sama mamah, mana yang sakit?, kasi tau mamah?" Celin merapikan rambut Cella yang berantakan, tidak ada tanggapan dari Cella atas pertanyaan, yang Cella lakukan hanya menatap raut wajah khawatir Celin sambil air matanya yang terus keluar tanpa isakan yang dia perdengarkan.

Prang

Ellan melempar sebuah vas bunga ke arah Cella dan dengan cepat Celin menarik tubuh Cella untuk lebih mendekatinya supaya vas itu tidak mengenai Cella sedikitpun.

"Ellan hentikan!!, jika kamu ingin bersama jalang itu pergi dari sini!!" Cella mendongak menatap Celin sebentar lalu kembali menundukkan kepalanya, jadi ini alasan keduanya kembali melakukan pertengkaran, perselingkuhan lagi huh.

Beberapa waktu lalu Cella baru saja pulang dari tempat les setelah menemui Alice dirumahnya dan membatalkan janji keduanya sepulang sekolah untuk pergi ke kampung Nana dan ketika sampai di rumah Cella melihat papahnya yang menampar mamahnya hingga Cella langsung tersulut emosi dan terjadilah peperangan antar keluarga ini.

"Yinan bukan jalang!, tapi kamulah jalangnya!!" Setelah mengatakan hal itu Ellan pergi meninggalkan keduanya dengan keadaan rumah yang sangat kacau.

"Cella muak liat wajah papah!" Ucap Cella menatap punggung papahnya yang pergi meninggalkan rumah dengan tatapan muak.

°°°

Ting

Ting

Ting

Alice membuka pintu untuk melihat siapa yang datang, dan kurir pengantar barang datang, Alice langsung membukakan pintu.

"Ad__" perkataan Alice terhenti karena kurir tersebut langsung menyerahkan sebuah paket berbentuk kotak persegi berwarna hitam bercampur merah yang tidak terlalu besar kepada tangan Alice dan berlalu pergi sebelum Alice menanyakan sesuatu kepadanya. Alice bahkan tidak dapat melihat wajahnya karena topi yang dipakai oleh kurir itu menghalangi penglihatan Alice untuk melihat wajahnya.

Alice dibuat kebingungan oleh sang kurir, dari tadi sore ketika dia sampai di rumah sampai malam ini Alice dibuat kebingungan oleh banyak orang, salah satunya adalah tadi ketika sampai di rumah tetangganya mengatakan jika ada seorang wanita lalu laki-laki yang mencarinya secara berturut-turut.

Alice kembali mengunci pintu dan langsung menuju kamarnya, sesampainya dikamar Alice langsung membuka kotak yang diberikan kurir tadi kepadanya di atas kasur.

Sebuah kertas dan juga kain berwarna putih berada didalamnya, Alice yang penasaran pun langsung mengambil kertas terlebih dahulu dan membaca tulisan yang ada di kertas itu.

Untuk Alice

Alice semakin dibuat penasaran akan kotak yang ia dapatkan ini. Tanpa menunggu lama lagi Alice langsung mengambil sebuah kain yang berwarna putih yang juga berada didalam kotaknya, Alice mengeluarkan kain itu dengan tergesa-gesa hingga sesuatu yang terbungkus oleh kain itu keluar.

Alice membekap mulutnya dengan tangannya untuk meredamkan teriakannya karena terkejut akan sesuatu yang terbungkus kain itu terjatuh di atas kasurnya tidak jauh dari dirinya duduk.

Seekor tikus yang sudah mati dengan darah yang berlumuran pada bagian tubuhnya membuat Alice ingin muntah, ditambah bau amisnya darah membuat Alice dengan tergesa-gesa berjalan keluar kamar dengan ponsel di tangannya untuk menghubungi seseorang.

"Sialan" maki Alice ketika pikirannya kembali mengingat tikus tadi.












TBC

PLAGIAT PERGI PLEASE

VOTE AND COMMENT

MENGISI WAKTU LUANG
MOHON MAAF APABILA TERDAPAT PENULISAN KATA YANG TIDAK SEMPURNA
TANDAI TYPO 🙏

SEE YOU

SAD LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang