05. TIDAK DIANGGAP, (SUNGGUH MIRIS) ✓

3.6K 499 134
                                    

BIJAK DALAM MEMBACA
°
°
°
°
°
°
°
°
°
🌱
••••

Plak

Satu tamparan mendarat di pipi Andira yang hanya bisa terdiam membisu dihadapan ayahnya, jika melawan pun percuma saja karena jika dirinya melawan sudah pasti dirinya akan kembali merasakan rasa sakit yang lebih dari ini.

"Gadis bodoh" umpat ayah Andira dengan tatapan matanya yang menatap Andira dengan tatapan tajamnya.

"Udah pah, kasian Andira nya" Andira menatap sang bunda yang berucap dan kini berdiri di samping ayahnya untuk menenangkannya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Gadis seperti dia tidak pantas untuk dikasihani!" Andira rasanya ingin segera menitikkan air matanya namun saat ini Andira tidak ingin terlihat lemah dihadapan ayahnya, jadi sebisa mungkin Andira menahan tangisannya meskipun terasa begitu sangat menyiksa.

Plak

Lagi, satu tamparan kembali mendarat di pipinya dan Andira hanya bisa terdiam menerima semua yang ayahnya lakukan pada dirinya tanpa melawan sedikitpun.

Andira masih berdiri dengan tegak dihadapan ayahnya meskipun tadi ketika menerima tamparan dari ayahnya tubuhnya sedikit oleng karena kerasnya tamparan ayahnya, dan kini bahkan pipinya sudah sangat memerah.

Jika semua orang mengatakan ayah adalah cinta pertama setiap anak perempuan, maka bagi Andira ayah bukanlah cinta pertamanya, melainkan adalah siksaan pertamanya!.

Plak

Untuk ketiga kalinya tangan kekar itu kembali mendarat di pipi Andira hingga pipi Andira menjadi semakin merah dan sudut bibirnya mengeluarkan darah, namun Andira masih saja bersikap seolah dirinya baik-baik saja, membuat sang bunda khawatir.

Detra dan Lendra hanya melihat perlakuan keras ayah mereka tanpa ada niatan untuk menolong Andira sama sekali. Kedua mata Andira memanas, dadanya menjadi semakin sesak, kenapa sosok ayah yang seharusnya menjaga putrinya malah menyakitinya?.

"Mau kamu itu apa sih?, semua fasilitas sudah saya penuhi tetapi kamu masih ingin pergi dari rumah ini?, sungguh bodoh!" Lagi-lagi Andira hanya bisa terdiam tidak berani melawan atau menjawab perkataan dari ayahnya.

"Dasar tidak berguna!" Usai mengatakan hal yang begitu menyakitkan itu sang ayah langsung meninggalkan ruang keluarga hingga menyisakan Andira, Detra, Lendra dan bunda dari ketiga kembaran itu.

"Andira kamu gapapa" Bunda berjalan mendekat kearah Andira dengan panik,
Andira yang mulanya terlihat tegar kini menatap bunda nya dan menarik sedikit bibirnya membentuk sebuah senyuman menenangkan.

"Gapapa kok Bun, udah biasa" ucap Andira disertai senyumannya yang tidak pernah luntur di hadapan sang bunda.

"Maafin ayah kamu ya, kerjaan ayah kamu lagi ada masalah jadi kamu harus bisa ngertiin dia" Andira yang mulanya tersenyum perlahan memudarkan senyuman nya mendengar hal tersebut , namun dia kembali tersenyum seperti semula kepada sang bunda tanpa beban sedikitpun.

"Iya, Andira ngerti kok" jawab Andira masih dengan senyuman yang melekat diwajahnya dan itu terlihat sangat memuakkan di mata Detra dan Lendra.

"Ya Udah sekarang kamu ke kamar, belajar yang rajin, kamu harus bisa jadi juara umum tahun ini supaya ayah nggak marahin kamu terus" Bunda berkata dan dibalas anggukan oleh Andira.

"Andira pamit ke kamar" ucap Andira dan Andira menatap sebentar ke arah kedua Abang kembarnya yang hanya melihat perlakuan ayah mereka kepada dirinya tadi tanpa ada niatan untuk menolongnya, rasanya sangat menyakitkan.

SAD LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang