35. KEDEKATAN NANA DAN NATHALA

1.1K 88 0
                                    

BIJAK DALAM MEMBACA
°
°
°
°
°
°
°
°
°
🌱
••••

Satu minggu ini Nana lakukan dengan menjalin hubungan pertemanan dengan banyak orang, semua orang pun menerima saja jika Nana akan berteman dengan mereka mengingat sekarang penampilan Nana telah jauh berbeda dari sebelum-sebelumnya.

Nana bahkan sudah kembali menjadi populer seperti dahulunya.

Nana melangkah di koridor menuju lapangan basket indoor berada, dimana seseorang yang dicarinya saat ini berada di sana.

"Nathala" panggil Nana pelan ketika Nathala beserta teman-temannya duduk lesehan di atas lantai lapangan basket setelah selesai bermain basket. Nathala mendongak dan tersenyum tipis melihat kehadiran Nana.

Nathala bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Nana lalu merangkulnya dan berjalan menjauhi mereka.

"Mereka pacaran?" Tanya Daffin yang sudah semakin dekat dengan Lendra, Detra dan Nathala, mengalihkan fokus banyaknya tim basket yang menatap keduanya.

"Mungkin" ucap Lendra asal tanpa minat dan Detra hanya melihat keduanya yang mulai menghilang dari penglihatannya dengan tatapan yang sulit diartikan lalu menatap ke arah kembaran nya Lendra.

Entah setan apa yang merasuki Nana selama satu Minggu ini, yang membuat Nana terlihat sangat berbeda dari awal pertama dirinya masuk kembali ke Laskar high school dengan identitas Nana.

Jika awalnya Nana terlihat tidak ingin mendekati Nathala namun semenjak beberapa hari yang lalu Nana mulai mendekati Nathala, tidak bukan mendekati, Nana hanya menerima begitu saja ketika Nathala terus ingin menempel dengan dirinya, bahkan semua siswa yang melihat kedekatan keduanya menganggap keduanya kembali memiliki hubungan spesial.

Nana dan Cella pun tidak pernah bertegur sapa lagi setelah pembicaraan keduanya di toilet. Dan untuk sementara ini hanya Cella sendiri yang mengetahui identitas dirinya yang menyamar sebagai Rintya selama beberapa bulan yang lalu.

°°°

Tidak terasa sudah hampir 1 bulan semenjak kecelakaan yang terjadi pada Alice. Dan hari ini juga Alice kembali bersekolah meskipun dengan raut wajahnya yang terlihat murung, serta perban yang masih melilit di kepalanya karena lukanya yang belum terlalu kering.

Alice menuruni anak tangga rumahnya dengan langkah berat, suasana yang sangat sunyi ini membuat pikiran Alice semakin berkecamuk.

Ting

Ponsel yang berada di tangan Alice bergetar setelah berbunyi sebentar.
Alice melihat ke arah ponselnya dengan pandangan yang sulit diartikan, sebuah pesan masuk dan isi pesan tersebut adalah data transfer uang yang dilakukan oleh seseorang yang Alice harapkan kehadirannya untuk saat ini, papahnya. Namun percayalah Alice tidak pernah memakai sepersen pun uang yang selalu di transfer ke dirinya ini, karena Alice sudah bisa menghasilkan uang dengan tenaganya sendiri.

Alice mengalihkan tatapannya dari ponsel yang digenggamnya ke arah depan dengan mata yang berkaca-kaca,  salah satu tangan Alice terangkat memegang perban yang berada di kepalanya dan langsung melepaskannya dari kepalanya tidak memperdulikan lukanya yang belum kering dan menutup lukanya dengan perban kecil, dia tidak ingin terlihat lemah di depan banyak orang dengan perban yang melilit di kepalanya.

°°°

Alice melangkah disepanjang koridor yang lumayan ramai, banyak pasang mata yang menatap ke arahnya dengan tatapan bingung karena baru melihat kehadirannya saat ini, setelah satu Minggu lamanya dan Alice hanya mengacuhkannya lalu menundukkan kepalanya sambil memainkan ponsel yang telah dirinya keluarkan dari saku roknya.

Bruk

Prang

"Aww" Alice terdiam melihat ponselnya yang terjatuh ke lantai dengan bunyi yang sangat keras, lalu Alice berjongkok untuk mengambil kembali ponselnya, Alice mendongakkan kepalanya menatap seorang gadis yang menundukkan kepalanya setelah menabraknya dan gadis itu lah yang kesakitan padahal seharusnya Alice lah yang mengeluh kesakitan akibat tabrakan gadis itu.

"Punya mata n-ggak l-lo" Alice sangat terkejut dengan seorang gadis yang saat ini berdiri dihadapannya hingga perkataannya barusan terdengar sedikit terputus setelah gadis itu mendongakkan kepalanya dan menatap dirinya dengan sedikit sudut bibirnya yang terangkat hingga hanya Alice yang menyadari senyuman tipis itu.

"Hai." Sapa perempuan yang menabrak Alice setelah keduanya bertatapan untuk beberapa saat yang mana gadis itu adalah Nana yang sudah tersenyum cerah kepada Alice.

Alice terdiam masih memandang Nana dengan pandangan yang sulit diartikan.
Alice menggelengkan kepalanya dan menoleh ke arah samping.

"Nggak, gue pasti salah liat." ucap Alice lirih tidak mempercayai apa yang saat ini dirinya lihat, lalu Alice kembali menoleh ke arah Nana yang masih tersenyum cerah ke arah Alice.

"Nggak mungkin." Lirih Alice menggelengkan kepalanya pelan, dirinya pasti salah lihat, bagaimana mungkin Nana bisa kembali hidup.

"Apanya yang nggak mungkin?" Nana menatap Alice yang kebingungan akan kehadiran dirinya, lalu Nana kembali berkata.

"Mm, Lo mikir dengan lompat dari rooftop gue langsung meninggal gitu?." Tanya Nana menatap Alice dengan tatapan bertanya.

Alice menggelengkan kepalanya sekali lagi, ini pasti hanya khayalan ya saja.

"Nggak Alice, ini beneran gue." Ucap Nana lagi seolah sudah membaca pikiran Alice.

"Nggak mungkin, Nana sudah meninggal!."  ucap Alice menggelengkan kepalanya tidak percaya.

"Nana sudah meninggal satu tahun yang lalu!."  Ucap Alice menatap Nana dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Gue belum meninggal Alice, dan ini buktinya."  Ucap Nana dan merentangkan kedua tangannya tidak terlalu tinggi.

"Nana sudah meninggal!!." Ucap Alice menaikkan nada bicaranya menatap Nana tajam hingga murid-murid yang berada tidak jauh dari keduanya menatap ke arah mereka dengan tatapan penasaran karena suara Alice.

"Gue belum meninggal Alice, gue masih hidup!!" Nana pun menaikan nada bicaranya dan menatap Alice dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Nggak!, Nana sudah meninggal karena gue sendiri yang liat dia loncat dari rooftop!."  Ucap Alice tetap kekeuh pada pemikirannya.

Mendengar perkataan Alice barusan Nana langsung mendaftarkan raut wajahnya dan menatap Alice dengan tatapan datarnya.

Nana melangkahkan kakinya untuk memperdekat jarak antara dirinya dan Alice lalu berkata.

"Lompat dari rooftop nggak akan buat gue mati, karena malaikat maut nggak mau bawa gue sebelum ajal yang sebenarnya " Ucap Nana dan tersenyum sinis ke arah Alice

Nana melangkah selangkah lagi untuk memperkikis jarak keduanya, tubuh bagian atas Nana codongkan ke arah samping Alice lalu Nana membisikkan suatu kalimat yang membuat Alice terdiam tidak berkutik.

"Jalan menuju neraka, terbuka lebar untuk lo, Alice." Ucap Nana lalu melirik ke arah samping, lebih tepatnya ke arah Alice yang terdiam membisu.

Nana mundur satu langkah dan menatap Alice yang masih terdiam tidak berkutik, kepala Nana menggeleng pelan melihat Alice lalu berlalu di samping Alice dengan menarik sedikit sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman kecil tanpa disadari oleh beberapa murid yang menyaksikan keduanya dari awal tadi.

TBC

VOTE AND COMMENT PLEASE SEBAGAI BENTUK DUKUNGAN 🙏

YANG NGASI VOTE BEBAN HIDUPNYA DIRINGANKAN, AMIN.

PLAGIAT PERGI PLEASE AKU NGETIK PLUS MIKIR ALUR CERITA INI GAK MUDAH JADI JANGAN PLAGIAT YEE.

SEE YOU ORANG BAIK

SAD LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang