04. KEHADIRAN YANG TIDAK DIANGGAP ? ✓

3.6K 516 71
                                    

BIJAK DALAM MEMBACA
°
°
°
°
°
°
°
°
°
🌱
••••

"Ima keluar lo" Lendra tidak henti-hentinya membunyikan bel rumah serta berteriak memanggil nama pemilik rumah berniat menyuruh pemilik rumah keluar,
tidak lama setelah itu seorang pria paruh baya mendekat kearah gerbang dengan sedikit berlari.

"Buka gerbangnya" Lendra berucap memerintahkan kepada pria paruh baya yang kini sudah berdiri dihadapan dirinya dengan dibatasi oleh gerbang, sementara Detra hanya melihat kelakuan Lendra dengan tatapan jengah.

"Maaf, sebelumnya kalian siapa?" pria paruh baya itu bertanya dengan sopan kepada keduanya.

"Buka gerbang nya, gue mau masuk" tidak mengindahkan perkataan pria paruh baya itu, Lendra malah menyuruh untuk membukakan gerbang, melihat hal itu tentu saja membuat pria paruh baya itu sedikit ragu untuk membukakan gerbang.

Melihat pria paruh baya itu yang ragu untuk membukakan gerbang untuk mereka berdua, Detra pun angkat bicara.

"Kembaran Andira" ucap Detra sambil menatap pria paruh baya itu, pria paruh baya itu pun menganggukkan kepalanya mengerti.
Andira adalah sahabat dekat dari anak sang tuan tentu saja dia mengetahui nya dan langsung membukakan gerbang untuk keduanya.

Gerbang terbuka dan Detra langsung masuk diikuti oleh Lendra dibelakang nya.

"Lama amat" Sinis Lendra kepada pria paruh baya itu yang sudah membukakan gerbang untuk keduanya.
Pria paruh baya itu hanya menundukkan kepalanya tidak berani menatap Detra dan Lendra

"Jaga sikap Lo" Peringat Detra.

Lendra tidak menangapi perkataan Detra dan terus berjalan masuk ke dalam rumah.

Seorang perempuan paruh baya melangkah mendekat kearah Detra dan Lendra setelah melihat kehadiran keduanya. Lalu perempuan paruh baya itu bertanya apa tujuan keduanya.

"Maaf, ada yang bisa dibantu?" Ucap perempuan paruh baya itu dengan sopan.

"Ima" Detra berucap dengan singkat dan seolah mengerti jika kedatangan keduanya adalah untuk bertemu sang nona pemilik rumah ini, perempuan paruh baya yang diketahui sebagai art di rumah ini pun langsung menghantarkan kedua menuju kamar Ima.

Tok

Tok

"Permisi non, maaf mengganggu, ini temannya ada yang nyariin" ucap perempuan paruh baya itu dan tidak lama setelahnya terdengar suara pintu terkunci yang terbuka.

Ceklek

Ima membukakan pintu kamarnya dan menatap kehadiran Detra dan Lendra dengan tatapan terkejut.

"Kalian ngapain disini" Ima melebarkan sedikit pupil matanya karena terkejut  mendapati kehadiran kedua kembaran dari temannya di depan pintu kamarnya.

"Andira mana?" Ucap Detra langsung ke intinya dan menatap Ima dengan tatapan mengintimidasi.

"A-andira?" Ucap Ima sedikit kikuk dan kedua kembaran itu sama-sama memutar kedua bola matanya malas.

"Nggak usah sok nggak tau Lo!!" Marah Lendra tidak suka mendengar jawaban Ima barusan.

"A-andira mm" Ima berkata dengan gugup karena tatapan mengintimidasi yang keduanya layangkan kepada dirinya.

"Ehh, mau ngapain?, Nggak baik loh cowok masuk ke kamar cewek" Ima berkata sedikit panik sambil menghalangi Lendra yang hendak masuk ke dalam kamarnya dan tersenyum canggung.

"Cih, awas atau nanti Lo pindah ke kolong jembatan" Peringat Lendra,
Mendengar hal itu Ima pun langsung menyingkir, ancaman Lendra bukanlah sekedar ancaman candaan, mengingat ayahnya berkerja di perusahaan ayah si triplek, membuat Ima harus mengalah untuk saat ini, dia tidak ingin ayahnya dipecat hanya karena dirinya menyembunyikan Andira.

Setelah masuk kedalam kamar, Lendra langsung menarik salah satu tangan seorang gadis yang terlelap dinatas kasur dengan posisi tengkurap.

Andira terkejut dan langsung terbangun dari tidurnya karena tangan nya ditarik paksa untuk bangun oleh Lendra secara kasar.

"Kalian ngapain kesini?" Kata Andira dan berusaha melepaskan pegangan Lendra pada lengannya.

"Balik, ayah sama bunda nyariin" Detra menatap Andira dengan tatapan teduh nya, namun Andira tidak peduli akan tatapan itu, dirinya lelah jika kembali ke rumah dan tidak di anggap kehadirannya.

"Nggak, Andira nggak mau!" Kata Andira yang sudah berhasil melepaskan pegangan Lendra pada lengannya.

"Nurut bisa nggak sih lo!" marah Lendra kepada Andira dengan tatapan tajamnya, sedangkan Andira menatap Lendra dengan tatapan malas.

"Bang Lendra kenapa marah-marah sih, lagian ngapain nyari Andira kalau akhirnya nggak bakalan diterima kehadirannya di rumah!" Ucap Andira dengan tidak melepaskan pandangannya dari Lendra sadari tadi.

"sial!" Umpat Lendra dengan suara lirihnya serta kedua tangannya yang sudah terkepal dengan erat dan menatap Andira dengan tatapan tajam.

"Balik, gue yakin kalau Lo nurut sama perkataan ayah, hidup Lo bakalan aman-aman aja" Detra langsung berdiri dihadapan Andira karena tidak ingin hal yang tidak diinginkan terjadi sebab amarah Lendra.

"Aman-aman gimana?, yang ada Andira ke siksa" Andira berkata  sambil menatap ke arah Detra dengan tatapan yang sulit diartikan. Detra terdiam setelah mendengar perkataan Andira barusan.

"Salah Lo juga kenapa selalu ngalah dari si Rindi sinting" Lendra menatap Andira dengan tatapan mengejek dan Andira tidak peduli akan hal itu.

"Percuma Andira balik, kalau akhirnya ayah nyuruh Andira pergi lagi dari rumah" ucap Andira menatap kedua kembaran nya dengan tatapan yang sangat sulit diartikan.

"Lebih baik Andira nggak balik aja ke rumah" Andira melanjutkan perkataannya dan menatap kedua kembarannya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kalau Lo nggak balik ke rumah, gue sama Lendra yang bakalan kena amukan dari ayah!" ucap Detra menatap Andira yang berdiri dihadapannya dengan tatapannya yang terkejut setelah apa yang dirinya katakan.

Andira menghembuskan nafas berat dan menundukkan kepalanya lesu. Jika dirinya tidak kembali ke rumah kedua kembarannya pasti akan merasakan sakit akibat ulahnya dan jika dirinya kembali dirinya pasti yang akan kembali merasakan sakit.

Andira kembali mengangkat pandangannya dan menatap kedua kembarannya dengan tatapan yang tidak dapat diartikan dan menghela nafas panjang.

"Oke, Andira balik ke rumah" Ucap Andira membuat Lendra dan Detra tersenyum lega namun tidak dengan Andira.

Lalu ketiganya keluar dari rumah Ima dan meninggalkan pekarangan rumah Ima dengan Andira yang ikut menaiki motor Detra.

°°°

Andira menatap bagian luar rumah itu dengan pandangan yang sulit diartikan dan tersirat ketakutan dari tatapannya.

"Masuk" ucap Detra menyadarkan Andira dari lamunannya.

Andira melangkah memasuki rumah  dengan kedua kembarannya yang berjalan di sampingnya.

'Tuhan, tolong Andira' batin Andira hingga tubuh ketiganya tidak terlihat lagi karena pintu yang sudah kembali tertutup.













Tbc

MENGISI WAKTU LUANG MOHON MAAF APABILA TERDAPATNYA BANYAK TYPO 🙏

VOTE DAN KOMEN

PLAGIAT PERGI PLEASE.

SAMPAI JUMPA DI PART SELANJUTNYA

SAD LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang