54. (END) MUNGKIN, INI AKHIR YANG TERBAIK.

3.6K 112 17
                                    

BIJAK DALAM MEMBACA
°
°
°
°
°
°
°
°
°
••••
🌱


Lendra terduduk di atas kasurnya sambil mengigit jari tangan kanannya dengan cemas, jam weker yang berada di atas nakas menunjukkan pukul 02.00.

Lendra dilanda oleh kecemasan ketika dirinya akan memejamkan matanya bayangan tubuh Alice yang berlumuran darah sambil tersenyum ke arahnya selalu menghantuinya hingga Lendra tidak dapat tertidur dengan nyenyak, hampir sebulan ini hal itu terus menghantuinya hingga waktu tidur Lendra terganggu dan menyebabkan kesehatan Lendra ikut terganggu.

"Sial!" Maki Lendra frustasi, dengan cepat Lendra mengambil botol obat penenang yang berada di dalam laci nakasnya dan mengeluarkan beberapa pil obat penenang.

Lendra langsung memasukkan obat itu kedalam mulutnya dengan jumlah yang cukup banyak dan meneguk hingga tanda segelas air yang berada disebelah jam wekernya.

Tubuh Lendra dipenuhi oleh keringat dengan pikirannya yang sangat kalut.
Dengan perlahan ketika dirasanya pikirannya yang sedikit mulai tenang, Lendra pun membaringkan tubuhnya kembali.

Lendra menatap ke arah langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong. Dengan perlahan Lendra mencoba untuk bisa tertidur.  Ketika Lendra mulai larut dalam tidurnya tiba-tiba Lendra langsung membuka kembali kedua bola matanya dengan lebar dan bangkit dari posisi berbaringnya dan menghempaskan beberapa barang yang terdapat di atas nakasnya lalu berteriak dengan cukup kencang.

"ARGHH"

Bayang-bayang Alice kembali muncul dan menghantui pikirannya.

Lendra menatap ke arah dindingnya dengan tatapan tajamnya dan meninju dinding kamarnya dengan keras hingga tangannya berdarah.

Lendra tidak peduli dengan kedua tangannya yang telah mengeluarkan banyak darah karena tinjuannya pada dinding kamarnya, yang ada dipikirannya saat ini hanyalah rasa bersalah kepada Alice.

Jika bisa, Lendra ingin kembali ke masa lalu dan memperbaiki semua masalah yang telah terjadi, tetapi itu semua tidak akan pernah terjadi karena ini mungkin awal penderitaan bagi Lendra.

Lendra menghentikan tinjuan dan menatap kedua tangannya yang telah berlumuran darah, bahkan darah yang keluar dari kedua tangannya telah menetes ke lantai, dengan tatapan tajamnya.

Namun kemudian Lendra tersenyum senang ketika melihat darah dari tangannya yang menetes ke lantai.

Lendra kembali mengangkat kedua tangannya dan meninju dinding hingga dobrakan pada pintu kamarnya pun tidak dia pedulikan.

Detra menatap Lendra yang terus meninju dinding dengan tatapan tajamnya dan berjalan tergesa untuk mendekatinya.

"Pergi dari tubuh Lendra!!" Teriak Detra murka karena dia tau yang mengendalikan tubuh Lendra saat ini bukanlah Lendra melainkan Edra kepribadian gandanya.

Edra mengibas dengan kasar tangan Detra yang berada di bahunya dan menatap Lendra dengan tajam.

"Gue nggak bakalan pergi dari tubuh ini!, Dan nggak akan pernah bisa pergi dari tubuh ini!!, Kecuali dengan kematian Lendra!!" Ucap Edra dan mengangkat salah satu sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman sinis.

Detra mengepalkan kedua tangannya erat dan memberikan satu tinjuan pada perut kembarannya.

Edra tidak berekspresi sakit sedikitpun dan kembali berkata.

"Gue bakalan buat tubuh ini selalu tersiksa karena dia buat Alice pergi dari hidup gue!!" Ucap Edra tersenyum sinis ke arah Detra.

"Alice mati karena kecelakaan!, bukan karena Lendra!!" Detra menaikan nada bicaranya.

SAD LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang