Chapter 11 - Tangisan

77.5K 5K 36
                                        

Semenjak kejadian kemarin sore, Chayyara mengunci dirinya di kamar. Perempuan itu hanya keluar saat dirinya merasa lapar. Keesokan harinya pun sama, Chayyara tidak keluar dari kamar, tidak meminta Bi Sani untuk belanja, tidak juga memasakan sarapan untuk Armor.

"Kemana Chayyara?" tanya Armor kepada Bi Sani.

"Nyonya belum keluar dari kamar, Tuan. Apa mungkin Nyonya masih tidur?" ujar Bi Sani hati-hati.

Armor menoleh ke arah pintu kamar Chayyara, pria itu mengangguk lantas berjalan ke arah ruang tamu.

"Tuan ingin sarapan apa? Karena Nyonya belum bangun, jadi saya belum tahu ingin memasak sarapan apa untuk Tuan."

"Tidak perlu. Saya akan sarapan di kantor." Armor menjawab.

Sebenarnya Armor ingin memakan sarapannya jika Chayyara yang memasaknya. Mengingat Chayyara mungkin masih marah padanya. Armor memilih untuk menolak tawaran asisten rumah tangganya itu.

***

"Proyek di Bandung akan segera selesai, apa Bapak akan kembali ke Jakarta?" tanya Fredy formal.

"Berapa persen lagi?" tanya Armor.

"Sekitar 10% lagi. Bapak Javier juga sudah memberitahu saya perihal pengangkatan Bapak sebagai direktur utama di perusahaan GD Group, dan anak perusahaan di Bandung akan segera di ambil alih oleh Bapak Hendrick," jelas Fredy.

Armor mengangguk, "Pastikan Hendrick mempelajari semuanya."

Fredy mengangguk, lantas keluar dari ruangan Armor.

Armor menyandarkan tubuhnya di kursi, matanya terpejam sesaat, pikirannya tiba-tiba teringat oleh perkataan Feranda mengenai Chayyara.

"Papaku tidak membunuh orangtua Kay, Armor! Mereka murni mengalami kecelakaan pesawat!" ujar Feranda menyangkal pernyataan Armor.

"Benarkah?"

"Justru seharusnya aku yang bertanya kepadamu! Apa sikapmu berubah karena ingin membantu Kay untuk membalaskan dendamnya padaku?!" sentak Feranda menatap tajam ke arah Armor.

Armor membalas tatapan Feranda tak kalah tajam, "Apa maksudmu?!"

"Kay jelas tahu tentang orangtuanya! Tidakkah kamu curiga bahwa kedatangannya padaku itu bisa saja sebagai rencananya untuk balas dendam?!"

"Kamu tidak mengetahui tentang Kay kan?" Begitupun dengan aku!" ujar Feranda dengan wajah serius. "Dia datang kepadaku, tiba-tiba mengaku sebagai adik sepupuku! Dia mengajakku liburan, lalu dia menceritakan tentang kedua orangtuanya yang membuatku menduga jika maksud dia ke sini karena percaya tentang omong kosong bahwa orangtuanya di bunuh oleh Papaku!

"Apa buktinya?" tanya Armor dingin.

"Aku akan mengirimkan file-file buktinya."

"Woy!" teriak Fredy dihadapan Armor.

Armor membuka matanya lantas menatap tajam ke arah Fredy.

"Pak Husain telepon gue, Bi Sani pengen bilang hal penting, ini tentang Kay," ujar Fredy serius.

Armor menerima ponsel Fredy lantas kembali memejamkan matanya sambil mendengarkan penuturan Bi Sani. Tangannya mengepal, Armor berusaha menahan dirinya agar tidak meledakkan amarahnya saat itu juga.

"Tunda meeting sore ini," ucap Armor dengan rahang mengeras.

"Tapi—"

Armor melenggang pergi meninggalkan ruang kerjanya, pria itu berjalan cepat menuju lift, setelah sampai di basemen, pria itu memasuki mobil dan menjalankannya dengan kecepatan penuh.

ChayyaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang