Alasan mengapa Chayyara tadinya memutuskan tidur di lantai karena di kamar tamu tidak ada sofa, membuat Armor dan Chayyara diharuskan tidur di ranjang yang sama. Chayyara benar-benar takut jika harus tidur bersama, namun karena ucapan Armor tadi yang menyuruh Chayyara tidur di ranjang, membuat Chayyara langsung saja menuruti ucapan suaminya itu. Chayyara langsung terlelap dengan posisi menyampingkan tubuhnya sambil memegangi perutnya yang mulai terlihat. Sedangkan Armor baru saja selesai mandi, melangkah menuju ranjang mereka, dan ikut membaringkan tubuhnya di samping Chayyara.
Armor menoleh ke sampingnya saat merasakan pergerakan seseorang, memperhatikan tubuh Chayyara yang kini menghadap ke arahnya, pria itu pun ikut mengubah posisi tidurnya menjadi menyamping, berhadapan dengan Chayyara.
Armor memperhatikan wajah Chayyara yang tampak damai dalam tidurnya, lantas pandangannya terjatuh pada pergerakan tangan Chayyara yang mengusap perutnya.
Armor yang merasa penasaran, perlahan mendekatkan tangannya dan menyentuh perut Chayyara pelan. Armor merasa ada perasaan yang sulit ia jabarkan lewat kata-kata saat ia menyentuh perut istri kecilnya itu.
***
Waktu menunjukan pukul satu malam, Chayyara merasa lapar. Perempuan itu melihat ke samping, ada Armor yang tengah tidur terlentang. Chayyara tersenyum tipis lalu keluar dari kamar, berjalan menuju dapur yang terlihat sepi, jelas saja karena para pelayan masih beristirahat di villa belakang mansion ini.
Chayyara membuka satu-per satu bufet dapur, mencari sesuatu yang bisa ia makan, Chayyara juga melihat isi lemari es yang mungkin ada bahan-bahan segar yang bisa ia olah. Ia pun pada akhirnya memutuskan untuk membuat mie instan dengan sayur yang melengkapinya.
"Sedang apa?"
Chayyara berjengit kaget saat mendengar suara seseorang di belakangnya, perempuan itu langsung mengusap perutnya pelan, menenangkan bayinya yang mungkin kaget juga di dalam perutnya.
Armor menatap dingin ke arah Chayyara, pria itu terbangun dan tidak menemukan Chayyara di sampingnya. Hal itu membuat Armor memutuskan untuk mencari Chayyara yang ternyata tengah memasak sesuatu di dapur.
"Masak mie pakai cabai rawit," ujar Chayyara pelan, Chayyara menundukan kepalanya, ia merasa salah tingkah karena Armor hanya bertelanjang dada. Chayyara belum terbiasa melihat Armor dengan otot-ototnya itu yang terbentuk sempurna.
"Makan pedas lagi?" Armor bertanya dengan nada tidak suka membuat Chayyara menggigit bibir bawahnya. Apakah Armor akan memarahinya karena tidak bisa berhenti makan masakan pedas?
"Kay... Kay tiba-tiba ingin makan mie," jawab Chayyara seraya memainkan jarinya. Chayyara benar-benar takut jika Armor memarahinya.
"Jangan terlalu banyak cabai rawitnya." Armor memperingati.
Chayyara mendongakkan kepalanya, matanya berbinar, Chayyara mengangguk cepat mengangkat ibu jarinya ke atas.
Armor berdehem. "Dan buatkan saya satu."
Chayyara menoleh ke arah Armor yang terlihat santai, membuat Chayyara mengangguk senang. Syukurlah, suaminya itu tidak marah.
Armor berjalan melewati Chayyara, membuka lemari es dan mengambil minuman dari sana. Sedangkan Chayyara membuka kembali bufet dapur dan mengambil satu bungkus lagi mie instan. Namun bungkus mie instan itu terjatuh membuat Chayyara harus mengambilnya. Saat berdiri, Chayyara merasakan tangan seseorang memegang kepalanya.
Chayyara terkejut ketika mendengar suara hantaman di atas kepalanya, Chayyara merasa terbentur sesuatu, ternyata itu pintu bufet dapur yang belum sempat ia tutup. Jika saja tangan Armor tidak melindunginya mungkin kepala Chayyara akan terdapat benjolan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chayyara
RomansaChayyara, gadis itu harus kehilangan masa remajanya ketika takdir menggariskan Chayyara yang harus menikah dengan pria dingin, kekasih dari kakaknya itu yang sudah menghamilinya. Penasaran dengan kisah selanjutnya? BISA BELI EBOOKNYA LANGSUNG YA, TE...