Chayyara berjalan menuju dapur dengan wajah pucatnya. Esty yang melihat Chayyara dari kejauhan langsung menghampiri nyonyanya itu.
"Ada yang bisa—Nyonya pucat sekali!" teriak Esty heboh, "Nyonya? Nyonya tidak apa-apa?!"
Chayyara menggeleng pelan, "Kay tidak apa-apa, Mbak. Kay merasa haus. Air minum di kamar sudah habis."
"Benar Nyonya tidak apa-apa?"
Chayyara mengangguk lemas.
Esty tidak percaya apa yang dikatakan nyonyanya itu tetapi Esty mencoba berpikir mungkin nyonyanya itu sangat kelelahan karena banyak menghabiskan waktu dengan belajar dan belajar. "Kalau begitu biar Esty isi lagi ya lemari minum di kamar Nyonya? Jika Nyonya butuh apa-apa, segera panggil Esty, ya Nyonya?"
Chayyara mengangguk lagi sebagai jawaban. Entah mengapa, Chayyara tiba-tiba dilanda sakit kepala. Mungkin ini akibat dia terlalu memaksakan diri untuk belajar. Sebelumnya Chayyara tidak pernah seniat ini dalam mempelajari sesuatu. Berhubung untuk masuk Hexagon tidaklah mudah, Chayyara jadi lebih serius dalam hal ini.
Meski Armor dan keluarga suaminya itu bisa memberikan akses kepada Chayyara untuk masuk ke Hexagon dengan mudah. Tetapi Chayyara menolak tawaran itu dengan alasan bahwa dirinya tidak mau memakai orang dalam. Chayyara ingin masuk dengan kemampuannya sendiri. Tidak peduli jika hasilnya nanti bagaimana, yang terpenting Chayyara sudah berusaha dan itu pun murni hasil kerja kerasnya.
Chayya menuangkan air ke dalam gelas, meminumnya langsung hingga tandas. Tenggorokannya terasa kering, Chayyara melihat-lihat ke lemari pendingin. Tiba-tiba Chayyara menginginkan es krim. Tanpa berpikir panjang, Chayyara pun langsung mengambil cup es krim dan memakannya. Berharap bahwa setelah memakan es krim, kepalanya akan terasa membaik dan Chayyara bisa melanjutkan belajarnya.
Setelah selesai memakan es krim, Chayyara menanyakan Valerio kepada Esty, ternyata putranya itu baru saja bangun dan sedang dimandikan oleh pengasuh yang lain.
"Nanti kalau sudah mandi, tolong Valerio antarkan ke kamar Kay ya, Mbak," ujar Chayyara tersenyum ke arah Esty yang dibalas dengan jempol yang teracung. Sedangkan Chayyara kembali ke kamar untuk melanjutkan sesi belajarnya.
Chayyara sudah berulang kali latihan soal tetapi selalu saja ada jawaban yang salah. Dalam kuantitatif misalnya, Chayyara selalu salah menerapkan rumus, padahal Chayyara yakin sekali bahwa dia sudah memakai rumus yang tepat dan jawabannya pun ada di soal pilihan ganda. Pada kenyataannya tetaplah salah.
Seseorang mengetuk pintu, Chayyara menyuruhnya masuk. Ternyata Esty dengan Valerio. "Hai baby Val!!!" sapa Chayyara sambil merentangkan tangannya.
Valerio yang mengetahui itu adalah ibunya langsung tertawa antusias, ikut merentangkan tangannya, meminta digendong.
Chayyara dengan sigap langsung menggendong putranya itu, menciumi setiap jengkal wajah Valerio lalu menciumi perutnya hingga bayi itu tertawa. Baru mengajak Valerio bermain sekitar tiga puluh menit. Chayyara kembali dilanda sakit kepala, kali ini bahkan Chayyara merasa kedinginan. Apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya?
Chayyara menekan tombol di samping nakas, memanggil Esty untuk ke kamarnya. Tak butuh waktu lama, Esty sudah menghampiri dirinya.
Kali ini Chayyara bisa melihat ekspresi terkejut di wajah Esty, "Nyonya? Nyonya tidak apa-apa? Nyonya banjir keringat seperti ini. Esty panggil dokter ya?"
"Kay kedinginan, Mbak Esty."
"Maaf Nyonya, Esty izin memeriksa suhu badan Nyonya..." Esty langsung meletakkan punggung tangannya ke kening Chayyara. Betapa terkejutnya dirinya setelah merasakan suhu badan yang panas dari nyonyanya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Chayyara
RomantizmChayyara, gadis itu harus kehilangan masa remajanya ketika takdir menggariskan Chayyara yang harus menikah dengan pria dingin, kekasih dari kakaknya itu yang sudah menghamilinya. Penasaran dengan kisah selanjutnya? BISA BELI EBOOKNYA LANGSUNG YA, TE...