Chapter 12 - Khawatir

71.1K 4.8K 48
                                    

Armor tengah menatap tajam Chayyara yang sedari tadi belum juga menyentuh sarapan paginya.

"Sudahlah, Armor..."

Armor mendengus kesal, berusaha sabar agar tidak terjadi perdebatan dengan ibunya.

"Kay inginnya apa, Sayang? Biar Armor yang belikan."

Chayyara tersenyum lantas menggeleng pelan, "Kay belum lapar, Mama."

"Tapi kamu harus makan, Sayang. Kasihan bayi kamu nantinya," ujar Silva dengan nada lembut.

Chayyara menggigit bibir bawahnya, menatap Silva dan Armor bergantian. Jarinya saling bertautan, ia merasa takut jika harus mengatakan yang sebenarnya.

"Ada yang kamu inginkan tidak?" tanya Silva sekali lagi.

"Kay...Kay...ingin spicy chicken," ujar Chayyara pelan. Mendengar itu membuat Armor melotot tajam.

"Sayang... ini masih pagi untuk makan spicy chicken."

"Tidak makanan pedas," pungkas Armor dengan nada dingin.

Mata Chayyara berkaca-kaca, perempuan itu menundukan kepalanya. Sudah ia duga kan? Pasti keinginannya tidak akan mendapat izin dari kedua orang dihadapannya. Chayyara sudah menyadarinya sebelum ia memutuskan untuk memberitahu.

"Tidak ada yang lain?"

Chayyara menggeleng.

"Makan, Chayyara."

"Jangan kekanak-kanakan. Bayi dalam perutmu butuh asupan makan." Armor berucap tegas.

"Armor!" Silva menatap tajam ke arah putra sulungnya itu.

Armor memutar kedua bola matanya, pria itu pun berjalan keluar ruangan. Pria itu mengerutkan alisnya saat melihat kedatangan Feranda.

Semenjak pertemuan mereka kemarin, dimana Feranda bercerita dan benar-benar meminta maaf padanya, Armor memutuskan untuk bersikap biasa saja. Bagaimana pun, Feranda sudah melakukan banyak hal baik untuk dirinya. Ya. Armor memaafkan Feranda.

***

Armor menyuruh Silva pulang untuk beristirahat, sedangkan Feranda tidak bisa menjenguk Chayyara karena lagi-lagi urusan pekerjaan.

Kini hanya ada Armor dan Chayyara di dalam ruangan. Chayyara tengah sibuk mengerjakan tugas-tugasnya di laptop. Ya. Meski Chayyara sakit, ia tetap menjalankan rutinitasnya sebagai pelajar.

Armor memperhatikan Chayyara dari kejauhan dengan dirinya yang tengah duduk di sofa sambil menggenggam iPad di tangannya.

"Shh..." Chayyara meringis seraya memegangi perutnya. Hal itu membuat Armor beranjak dari duduknya, pria itu berjalan menghampiri Chayyara.

"Ada apa?" tanya Armor dingin, namun tersirat nada khawatir di sana.

"Perut Kay...sakit...ahhh," ujar Chayyara menunjukan raut wajah kesakitan. Armor menekan tombol di dekat tiang infus. Setelah itu terdengar sekelompok orang melangkahkan kaki memasuki ruang rawat inap Chayyara.

"Dia kesakitan," ujar Armor berusaha tenang, meski jantungnya berdegup kencang ketika dirinya melihat ekspresi kesakitan Chayyara.

***

"Ibu Chayyara mengalami kram perut, hal itu sudah biasa di alami ibu hamil."

Armor menoleh ke arah Chayyara, perempuan itu tengah menunduk seraya mengusap perutnya. Melihat pemandangan itu, Armor merasa iba.

Armor menghampiri Chayyara, ia duduk di kursi yang tersedia di samping istri kecilnya itu. Terlihat Chayyara tengah memainkan kuku-kuku jarinya, Chayyara terus saja menunduk, enggan melihat Armor yang kini tengah memperhatikannya.

ChayyaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang