Chapter 33 - Donat Spesial

58.2K 4.6K 189
                                    

Dear my lovely readers, aku ga tau apa yang bikin kalian tetep setia baca cerita ini, tapi sekali lagi makasih banyak banyak! Di balik banyaknya typo dan kata-kata yang salah, dengan baik hatinya kalian ngasih tau aku, kaya aku terharu gitu, berarti kalian bacanya bener-bener, ngga sekilas dan dilewat gitu aja hiks pokoknya big luv <333
.
.
.
.
.
Jangan lupa follow akun aku, vote dan komentarnya yaaaa terimakasih!!!<333
.
.
.
.
.

***

"Oh, ketahuan sekarang yang lagi bucin ya, mainnya udah pecat-pecat aja," sindir Fredy yang merasa kesal karena tengah malam bosnya itu tiba-tiba meneleponnya dan menyuruh anak buahnya mencari tahu nama-nama karyawan yang sudah membicarakan hal buruk tentang Chayyara.

Armor menerima iPad yang diberikan Fredy kepadanya, ia melihat file yang berisi kumpulan biodata dan riwayat kinerja para karyawan.

"Pecat karyawan ini, ini, semua pecat saja." Armor melempar iPad Fredy begitu saja ke meja, membuat sang pemilik itu melotot. Tidak bisakah bosnya itu tidak melampiaskan amarah pada dirinya? Pikir Fredy.

"Saya tidak butuh karyawan seperti mereka." Fredy yang mendengar Armor berujar tegas pun hanya menganggukkan kepalanya patuh.

"Pecat juga karyawan yang kinerjanya buruk, mereka salah tempat jika hanya ingin bermain-main di perusahaan," perintah Armor yang lagi-lagi diangguki Fredy. Jika wajah Armor sudah serius seperti itu, maka bosnya itu tidak main-main dengan ucapannya.

Sesuai janjinya kepada Chayyara, Armor memang tidak memarahi mereka yang berani menilai istri kecilnya itu.  Tetapi ia memutuskan untuk memecat langsung mereka dengan rasionalisasi ketidaksopanan sikap terhadap istri pimpinan dan juga kinerja mereka yang terbukti sangat buruk di perusahaannya.

Ini sebuah peringatan. Siapa pun yang berniat buruk kepada istrinya, maka semua itu akan menjadi urusannya. Dan siapa pun yang bermain-main dengan dirinya, dengan mudah Armor akan melenyapkan mereka.

***

"Depan nomornya +64, kemungkinan yang punya nomor ini ada di New Zealand, Bang," ujar Hendrick menyerahkan ponselnya yang menunjukan detail penjelasan mengenai informasi yang ia dapatkan dari anak buahnya.

Armor menatap tajam layar ponsel adiknya, ia pun kembali menatap Hendrick penuh arti. Hendrick yang ditatap hanya menganggukkan kepalanya. Hendrick merasa yakin dengan informasi yang didapatnya.

"Orang kepercayaan orangtuanya Kakak ipar masih hidup Bang, dan mereka sembunyi di New Zealand."

Armor merebahkan tubuhnya pada kursi kebesarannya, mengusap wajahnya kasar. Lalu ia menyerahkan iPadnya, melemparnya kepada Hendrick, menyuruh Hendrick membacanya.

Hendrick pun mengerutkan keningnya, kepalanya mengangguk mengerti, ternyata Delfon adalah anak tiri dari orangtua Gerry. Mereka mengambil Delfon dari panti asuhan agar Gerry memiliki teman. Dibandingkan dengan sikap kekanak-kanakan Gerry, ternyata Delfon memiliki karakter yang lebih dewasa.

"Delfon punya citra buruk di kalangan pembisnis," ujar Armor menatap Hendrick yang tengah menutup mulutnya tak percaya.

"Terus mantan lo?" tanya Hendrick yang tiba-tiba membawa nama Feranda dalam obrolan mereka.

Armor berdiri dari duduknya, pria itu menggeleng pelan. "Gak mungkin dia ada hubungan sama masalah ini."

"Tapi mantan lo itu dapet segala informasinya dari orang kepercayaan Papa nya, Bang!" Hendrick berujar terus terang. Armor membalikkan tubuhnya, menatap Hendrick bingung,

ChayyaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang