Tiga bulan telah berlalu. Crystal semakin dekat dengan Adreus. Dia sudah merasakan hal yang sama pada pria itu. Tapi hal lain yang terjadi yaitu Alice semakin menjauh dari mereka.
Dia sekarang sudah punya teman lain yang tak lain adalah Siena yang entah sejak kapan mereka dekat.
Crystal sungguh merasa bersalah tapi Lilith selalu menghalanginya untuk bercerita. Sebenarnya Crysdeer sudah memberitahukannya, jika ia harus bisa mengontrol tubuhnya untuk tidak diambil alih. Itu pun ada bantuan dari tetesan air di pohon kehidupan.
Tapi ia hanya bisa mengendalikan tubuhnya beberapa menit. Hal itu ia pergunakan untuk bersemedi karena tentunya Lilith tidak akan mengizinkannya untuk mengasah kemampuannya dan membuat dirinya terancam.
Dia telah melakukan semedi itu sejak sebulan terakhir. Itu pun di malam hari, ketika yang lain sudah tidur. Tapi sampai sekarang dia masih belum bisa mengendalikan tubuhnya sendiri.
Pengaruh lainnya, Crystal akan mengantuk di pelajaran pertama karena kurang tidur. Seperti saat ini. Dia langsung menidurkan kepalanya di meja setelah Ms. Clathria keluar dari kelas.
Irabella sudah berusaha mengajaknya ke kantin, tapi dia terlalu mengantuk hingga membuat Irabella ke kantin bersama Albert.
Kesadaran Crystal sudah hampir hilang tapi suara sesuatu menyadarkannya kembali. Membuat rasa pusing menyerangnya seketika.
Dengan kepala berat dia mengangkat kepalanya. Mata sayunya menatap Adreus yang tersenyum manis seperti biasa.
Akhir-akhir ini pria itu suka tersenyum. "Makan lah," ucapnya sembari melirik roti di atas meja. Crystal yang awalnya mengantuk kini menjadi segar kembali.
"Terima kasih," katanya sembari membuka bungkusan roti itu. Dia mulai menggigitnya sementara Adreus duduk di kursi di depan Crystal dengan posisi saling berhadapan.
"Akhir-akhir ini kau selalu melewatkan makan siang," komentar Adreus. Dia menyingkirkan potongan roti yang bertengger di sudut bibir Crystal lalu memakannya.
Hal itu mempu membuat mulut Crystal berhenti mengunyah. Sementara Adreus hanya merespon dengan senyuman.
"Are you okay? Is it because Alice?" tanyanya masih dengan tatapan lurus ke arah mata Crystal. Dia memang tahu tentang masalahnya dengan Alice.
Itu pun ia tahu dari sahabatnya yang lain. Ah, sekarang mereka sudah saling mengenal. Adreus yang dulu tidak begitu peduli dengan nama sahabat-sahabat Crystal kini sudah tahu semuanya.
"Iya, aku hanya merindukannya. Tidak nyaman jika bertemu di cafetaria dan dia melemparkan tatapan tajam," ucapnya setengah berbohong. Dia merasa sakit ketika Alice terlihat terang-terangan membencinya.
"Apa kau mau jika aku mencongkel bola matanya?" tanya Adreus santai tapi mampu membuat kedua mata Crystal membulat penuh.
"Apa maksudmu?" tanyanya dengan nada kesal. Adreus tertawa kecil, "Aku hanya bercanda," jawabnya.
Crystal beranjak dengan tatapan tajam. Moodnya sedang tidak baik sekarang.
"Kau tidak seharusnya mengatakan itu!" geramnya lalu melenggang pergi dari sana.
Adreus terkesiap melihat respon Crystal. Dia buru-buru berlari ke luar untuk mengejarnya.
"Crystal, I'm sorry!" teriaknya di lorong depan kelas. Membuat beberapa orang melihatnya penasaran. Sementara Crystal terus melangkah tanpa menoleh.
Seseorang menepuk pundak Adreus. Itu Gara bersama Exaffa dan Nolan.
"Apa yang terjadi pada kalian?" tanyanya penasaran. Adreus tidak menjawab pertanyaan itu. Dia mengacak rambutnya frustrasi lalu pergi dari sana. Meninggalkan ketiga sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Electusiaz [Castle Crown Academy]
FantasyCrystal tak pernah menyangka jika bersekolah di Castle Crown Academy (CCA) akan membuat semuanya menjadi semakin rumit. Apalagi ketika ia mendapati jika dirinya merupakan salah satu orang terpilih atau biasa mereka sebut Electusiaz. Segel kekuatanny...