Crystal pergi ke taman belakang setelah jam pertama berakhir. Dia sudah sarapan di kamarnya pagi ini jadi tidak pergi ke cafetaria karena tidak merasa lapar.
"Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya seseorang. Crystal menoleh. Alice dan Siena berjalan mendekatinya dan berdiri tepat di depannya. Crystal berdiri di depan mereka.
"Kau pasti senang karena semua orang berpihak padamu. Tapi sayangnya, mereka berpihak pada orang yang salah," lanjutnya dengan nada mengejek.
"Pembohong!" imbuh Siena dengan penekanan.
Crystal semakin merasa bersalah. Mereka benar, dia membohongi banyak orang.
"Maafkan aku," ucapnya sembari menunduk sedih.
"Maaf? Setelah membuat persahabatan kita hancur kau hanya meminta maaf tanpa menceritakan kebohonganmu?! Percuma, aku tidak akan memaafkanmu," bentak Alice.
"Kau pikir aku bersungguh-sungguh meminta maaf?" Lilith mengangkat kepalanya. Iya, dia mengambil alih tubuh Crystal.
"Itu tidak akan pernah terjadi, bitch," lanjutnya sembari tertawa mengejek. Dia melipat kedua tangannya di depan dada, menantang. Semakin menyulut emosi mereka.
"Hentikan Lilith!" ujar Crystal. Dia berusaha mengambil alih tubuhnya tapi sangat susah melakukannya.
"Dasar munafik!" umpat Alice kesal. Tangannya mengepal kuat menahan emosi.
"Kau kalah Alice. Tidak ada yang peduli padamu. Lihat saja, mereka lebih memilihku." Lilith menyombongkan diri.
Siena cukup terkejut dengan perubahan sifat Crystal. Dia seperti berhadapan dengan orang yang berbeda.
"Kau...." Alice tidak melanjutkan kata-katanya saking kesalnya. Mata Lilith berkedip dalam, Crystal berhasil mengambil tubuhnya.
"Ini belum selesai!" geram Lilith. Crystal berjalan pergi dari sana. Satu-satunya cara adalah menghindar.
"Mau ke mana kau?!" teriak Alice karena mereka belum selesai bicara dan Crystal pergi begitu saja tanpa pamit.
Baru lima langkah, Lilith kembali menang. Dia tersenyum kemudian berbalik, mendekati mereka. Tatapannya kini mengarah pada Siena.
"Untukmu Siena, jangan terlalu berharap mendapatkan Adreus. Dia milikku, aku yakin kau tahu akan hal itu. Bahkan para pembimbing mengetahuinya," ucap Lilith memperingati meskipun ia tidak begitu peduli pada Adreus.
Dia hanya menjadikannya alat untuk memancing emosi Siena, dan itu berhasil.
Siena yang memang emosian sama seperti Lilith langsung mencengkram pipi Lilith yang bukannya meringis malah tersenyum sinis.
"Kau tidak pantas untuk Adreus, dasar pembohong!" umpatnya. Lilith menggenggam pergelangan tangan Siena yang mencengkramnya.
"Argh!" Siena menarik tangannya ketika merasakan panas. Lilith tersenyum meremehkan.
"Kau tidak cocok menjadi sainganku, Siena! Jangan coba-coba menantangku atau kau ... akan hancur di tanganku. Oh iya, satu hal lagi...,"
Lilith melangkah mendekatinya. Menyentuh mahkota di atas kepala Siena. Tangan Lilith langsung ditepis oleh gadis itu dengan kasar.
"Bersiaplah menyerahkan Exousía Crown padaku," lanjutnya dengan senyuman manis.
"Kau tidak akan mendapatkannya!" tegas Siena. Matanya melotot tajam.
"Tidak ada yang tidak bisa aku dapatkan," balas Lilith.
"Bersiaplah di hari itu. Jangan takut, mungkin aku hanya akan mencabut jantung kalian." Lilith menatap telapak tangan kanannya. Terlihat seperti seorang psikopat dengan senyuman miringnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Electusiaz [Castle Crown Academy]
FantasyCrystal tak pernah menyangka jika bersekolah di Castle Crown Academy (CCA) akan membuat semuanya menjadi semakin rumit. Apalagi ketika ia mendapati jika dirinya merupakan salah satu orang terpilih atau biasa mereka sebut Electusiaz. Segel kekuatanny...