Electusiaz [Castle Crown Academy]

6. [Back Garden of the CCA]

Silahkan di VOTE dulu ⭐

•••

Crystal berjalan mengitari Castle Crown Academy. Dia hanya ingin melihat-lihat saja. Saat ini dia mengenakan dress yang panjangnya di bawah lutut berwarna biru dengan kerah berwarna putih. Sangat sederhana tapi elegan sesuai dengan seleranya.

"Hey, kita perlu bicara!" panggil seseorang tiba-tiba. Dia menarik tangan Crystal menuju lorong yang sepi. "Kau berusaha menggoda EAN 'kan?" tanya gadis itu to the point. Crystal mengernyit tidak mengerti apa maksudnya.

"EAN? Siapa?" tanya Crystal. Gadis di depannya tersenyum sinis. "Jangan sok polos kau! EAN! Exaffa, Arash, dan Nolan. Mereka sangat terkenal di sekolah ini!" jelasnya dengan nada yang sama sekali tidak bisa dibilang bersahabat. Crystal baru tahu itu.

"Aku melihatmu berbincang dengan mereka. Apa yang kalian bicarakan?!" tanyanya setengah membentak.

Crystal berusaha mengingat. "Ah itu, Exaffa hanya meminta maaf karena tidak sengaja menyerangku di acara penyambutan neophite." Crystal menjelaskan dengan sangat serius agar gadis di depannya tidak kesal dengannya.

"Kau harus ingat! Adreus adalah pasanganku. Hanya aku yang cocok dengannya karena kami adalah pemegang Exousía Crown!" tegasnya. Crystal tak merespon.

Siena melepaskan tangan Crystal lalu pergi dari sana setelah melemparkan tatapan memperingati. Lagi pula Crystal sama sekali tidak ada rencana sedikit pun mendekati Adreus.

"Jadi dia Siena?" gumamnya mengangguk-anggukkan kepalanya tanda baru mengetahui hal itu.

Crystal memilih untuk kembali melanjutkan langkahnya. Baru beberapa langkah ia berjalan, seseorang tiba-tiba memegang puncak kepalanya.

Crystal lantas menoleh dengan raut wajah terkejut. "Austin!" tegurnya ketika melihat pria itu tersenyum padanya.

"Kau mau ke mana?" tanyanya dengan sebelah alis yang terangkat. Mereka berjalan beriringan. "Jalan-jalan saja," jawab Crystal seadanya.

"Kau membawa gawaimu?" tanya Austin sembari melirik kedua tangan Crystal yang tidak menggenggam apa pun. Crystal menggelengkan kepalanya. Dia hanya menyentuh benda itu di hari pertama melihatnya. Selebihnya tidak lagi.