5

3.2K 122 0
                                    

Tiga minggu setelah malam naas itu terjadi, Kinara bangun dengan tubuh lesu. Ia merasakan sakit kepala hebat dan perut yang terasa diaduk-aduk.

Ia meraih ponselnya.

"Man, tolong ijinin gue ya. Gue nggak enak badan."

"Lo kenapa Ra?"

"Gue nggak tahu Man. Rasanya pusing dan perut gue nggak enak."

"Gue antar ke dokter ya? Bentar habis ngampus gue ke apart lo."

"Gue nggak apa-apa Man. Palingan buat tidur baik lagi. Besok pasti gue bisa masuk lagi."

"Ya sudah. Yakin gue nggak perlu ke situ?"

"Yakin! Sudah ya, gue mau tidur."

Seharian itu dihabiskan Kinara di tempat tidur. Ia bahkan tak punya daya untuk sekedar memesan makanan.

Esoknya kondisinya belum membaik, bahkan lebih parah karena seharian tidak ada makanan masuk ke perutnya. Baru saja ia ingin menghubungi Amanda untuk dibawakan makanan, bel pintunya berbunyi.

"Panjang umur si Amandel! Baru gue mau telepon dia sudah datang," bisiknya dalam hati.

Ia membuka pintu, namun yang berdiri di depan pintunya bukan Amanda, namun seorang wanita tiga puluhan berparas cantik sedang tersenyum lebar. Tangannya menjinjing serangkai rantang susun.

Wanita itu masuk begitu saja sebelum dipersilakan.

"Eh, Tan, Kak, eh..." Kinara menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Bingung harus memanggil apa pada wanita yang nyelonong seenaknya masuk ke dalam apartemennya. "Cari siapa?"

"Ini apartemen Kinara kan? Kamu
Kinara kan?"

Kinara mengangguk bingung. "Iya Kak, eh Tante."

"Panggil kakak saja supaya lebih akrab," ujar wanita itu. "Kenalin, nama kakak Erina. Suami kakak namanya Danu."

Erina berhenti sejenak dan tak melihat tanda pengenalan di wajah Kinara saat ia menyebut nama suaminya. Ia berdecak dalam hati, suaminya memang tidak terkenal.

"Sudahlah, lupakan saja. Ini kakak bawakan makanan. Kakak dengar sejak kemarin kamu nggak keluar. Mas Danu khawatir kamu sakit, jadi pagi ini kakak mengantarkan makanan ke sini. Ini cukup untuk sehari. Besok akan kakak antarkan lagi makanan yang baru."

Kinara mengerutkan keningnya. Siapa itu Danu? Kenapa pria itu mengkhawatirkannya? Mengapa lalu ia menyuruh istrinya mengirimkan makanan?

Bau sedap makanan mengalihkan pikiran Kinara. Ia melihat cumi saos padang, gulai daun singkong dan tahu tempe bacem sebagai isi rantang. Semua begitu menggugah selera. Lalu ada juga beberapa buah apel dan mangga di dalam tas plastik.

Erina terlihat berdecak melihat magic com yang kosong.

"Dari kemarin kamu nggak masak nasi?" Kinara menggeleng. "Nggak makan juga?" Gadis itu mengangguk. "Ya sudah.untung kakak bawa nasi sedikit. Makan itu dulu. Kakak akan menanak nasi untuk nanti."

Kinara menurut. Persetan orang itu siapa, yang penting ia lapar dan butuh makan sekarang. Diambilnya piring, diisinya dengan sayur dan lauk pauk lalu disantapnya dengan nikmat.

Setelah perutnya kenyang, rasa penasarannya datang kembali.

"Sebenarnya kakak ini siapa? Temannya kak Amora?" Ia sendiri tidak yakin karena kelihatannya wanita ini jauh lebih tua daripada Amora.

"Kamu nggak ingat sesuatu waktu kakak menyebutkan nama suami kakak?" Kinara menggeleng dan Erina mendengus. "Suami Kakak adalah orang yang diserahi untuk mengawasi kamu selama Bang Gatra pergi."

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang