2

4.7K 132 0
                                    

Berbulan-bulan sejak pernikahan kakaknya, Kinara kembali kepada kesibukan kuliahnya. Tinggal seorang diri jauh dari keluarga kadang membuatnya kesepian. Untungnya kota tempatnya kuliah hanya 2 jam perjalanan dari kota asalnya. Biasanya ia pulang 2 minggu sekali bila tidak banyak tugas.

"Man, lo sudah dapat tempat magang?" Kinara mendudukkan dirinya di sebelah Amanda, sahabatnya di kampus.

"Hm. Gue magang di perusahaan om gue. Lo mau ikutan? Gue bisa rekomen lo ke om gue. Lumayan kan kita bisa barengan?"

"Kejauhan Man. Lo tahu kan gue nggak ada kendaraan? Yang ada gue telat tiap hari," ujar Kinara.

"Lo Son, sudah dapat tempat magang?" Amanda bertanya pada teman sekelas mereka yang baru datang.

"Sudah. Di LQ."

Amanda dan Kinara menatap takjub pada Sonya.

"Wiih keren! Nggak gampang lo diterima di sana!" cetus Amanda. "Lo beruntung banget Son!"

"Lo sudah dapat Ra?" Sonya memandang Kinara dan dijawab gelengan. "Mau sama gue?"

"Memangnya bisa?" Kinara memandang Sonya tak yakin. Perusahaan besar seperti itu pasti tak mudah menembusnya, meskipun hanya untuk magang.

"Gue nggak tahu juga sih. Tapi gue bisa minta yang punya buat terima lo," jawab Sonya.

"Ah, nggak usahlah!" tolak Kinara buru-buru. "Nanti nyusahin lo.

Sonya hanya mengangkat bahu tak peduli, lalu meninggalkan keduanya.

"Kenapa lo tolak sih Ra?" bisik Amanda. "LQ kan nggak jauh. Itu perusahaan bonafid loh."

Kinara menggeleng. "Gue nggak mau pake orang dalem Man. Apalagi orang dalem itu kenalannya Sonya. Lo kan tahu Sonya."

Amanda cukup mengerti. Sonya teman mereka seorang yang suka mengungkit-ungkit segala sesuatu. Terutama kebaikannya kepada orang lain atau pun kesalahan orang lain padanya.

"Lalu lo mau magang di mana Ra?"

"Entar gue pikirin. Gue mau tanya dulu sama kakak gue."

"Terserah lo dah!"

◇◇◇

Minggu pagi, Kinara sudah siap dengan pakaian olah raganya. Rambutnya dikucir kuda, wajahnya polos tanpa make up. Ia sudah berjanji dengan teman-temannya untuk lari pagi di area car free day tidak jauh dari kampusnya.

Area CFD selalu ramai setiap Minggu pagi. Banyak warga memanfaatkannya untuk berolah raga atau bersantai menikmati kuliner yang dijajakan di area itu.

Kinara mulai berlari pelan-pelan, menikmati udara pagi yang segar. Ia belum melihat teman-temannya. Mungkin mereka belum datang.

"Ra!"

Ia menoleh dan melihat Dewa salah satu temannya di kejauhan. Dilambaikannya tangan sambil terus berlari. Dewa terlihat menghampirinya. Konsentrasinya terbagi, antara jalanan dan Dewa.

Tiba-tiba.... BRUGH!! Sebuah sepeda menabraknya. Sebelah kakinya terperosok di bahu jalan. Tubuhnya oleng tidak seimbang. Apalagi dirasakannya kakinya sungguh nyeri.

Hampir saja ia jatuh terjerembab ketika sepasang tangan kokoh menahan tubuhnya, lalu mendudukkannya di tepi jalan.

"Om?"

"Kamu nggak apa-apa Ra?" tanya Dewa yang mendekat dengan nafas terengah. Pemuda itu terlihat khawatir.

Kinara menggeleng. Ia menatap pria matang yang berjongkok di depannya. Bibirnya mendesis ketika pria itu menyentuh kakinya yang mulai membengkak.

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang