Dengan kepala berat Gatra pamit kepada teman-temannya.
"Kenapa lo Tra?" tanya Doni. "Lo sakit?"
"Gue pamit. Gue harus pulang!"
"Di sini aja Tra, ngapain pulang?" ujar seseorang.
"Gue pesenin kamar Tra?" Yosa menawarkan.
Gatra menggeleng. Ia sadar apa yang terjadi pada dirinya. Seseorang telah mencampurkan sesuatu di minumannya.
"Gue pulang."
"Lo bisa pulang sendiri?" tanya Doni khawatir.
"Bisa. Gue baik-baik aja." Keringat mulai bercucuran membasahi tubuhnya. Ia mulai merasa gerah. Sesuatu di tubuhnya mulai mengembang pelan namun pasti.
Sedikit terhuyung, Gatra berhasil mencapai mobilnya. Kepalanya pening.
HAH...HAH...
Dengan nafas terengah dan semakin berat, ia sejenak menyandarkan kepalanya di kursi kemudi. Ia harus segera pergi dari situ, tak ingin berakhir dengan seorang jalang.
Gatra berusaha mengemudi secepat mungkin menuju rumahnya. Sungguh sulit mengemudi dengan konsentrasi dan kecepatan tinggi pada kondisinya sekarang. Tubuhnya semakin panas seperti terbakar.
Rumahnya masih cukup jauh. Fokusnya mulai berkurang. Dengan susah payah ia melihat daerah yang dilaluinya, mencari kemungkinan untuk singgah di suatu tempat dan memulihkan diri.
Malam sangat sepi sesudah hujan. Udara dingin di luar, namun Gatra semakin kepanasan. Ia berpikir cepat setelah mengenali di mana ia berada.
Ia memarkirkan mobil di basement sebuah gedung apartemen. Seperti orang mabuk ia masuk lift menuju lantai tujuannya. Sejenak ia ragu ketika melihat pintu unit yang menjadi tujuannya. Apakah ia harus melibatkan seseorang yang tak bersalah?
Kepala yang semakin pening membuatnya tak mampu berpikir lebih jauh. Ia memencet bel. Pintu tidak segera terbuka, membuatnya menggedor cukup keras. Malam sudah larut, suara gedorannya cukup mengganggu.
CEKLEK! Pintu terbuka. Seorang gadis menatapnya terkejut sekaligus heran.
"Om?"
◇◇◇
Kinara merasa terganggu dengan gedoran di pintu unitnya, setelah suara bel yang cukup panjang. Ia baru saja terpejam setelah menyelesaikan tugas kuliah yang cukup banyak.
Dengan langkah diseret ia membuka pintu. Pandangannya terpaku ketika melihat orang yang menggedor pintunya di malam buta.
"Om?"
Kinara jelas tahu Gatra tidak baik-baik saja. Wajah pria itu tidak bisa digambarkannya. Keringat membasahi wajahnya yang tampan.
Ia segera memapah Gatra masuk.
"Tolong!" ujar Gatra dengan suara serak.
"Om duduk dulu, saya ambilkan air."
Kinara mendudukkan pria itu di sofa, lalu beranjak hendak ke dapur. Ketika ia menegakkan diri, tangannya dicekal. Kinara berbalik menatap Gatra dengan pandangan bertanya.
"Tolong! Tolong saya! Please!" bisik Gatra memohon.
"I iya Om. Nara bisa bantu apa?" Kinara duduk di sebelah Gatra, menempelkan telapak tangannya ke dahi pria itu. Tangannya yang satu masih dalam genggaman Gatra.
Telapak tangan Kinara memberi sensasi dingin pada Gatra. Tubuhnya bereaksi hebat. Tiba-tiba dengan sekali gerakan lelaki itu memeluk Kinara erat, membuat gadis itu terperanjat dan berusaha membebaskan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
General FictionKisah seorang pria yang ingin mengulang waktu untuk memperbaiki semua yang diakibatkan oleh kesalahannya. #cover dan gambar diambil dari Pinterest