40

1.1K 75 12
                                    

Kinara terkejut ketika menyadari ia berada di tempat yang asing. Entah berapa lama ia tertidur. Sebelumnya ia masih duduk terikat di ruangan tempatnya pertama kali disekap. Kini tiba-tiba ia pindah ke tempat lain.

Ia ingat, terakhir kali seseorang memberinya makan malam dan segelas air.  Rasa air itu sedikit aneh. Sesudahnya ia tidak ingat apa-apa lagi sampai berakhir di tempat ini.

Ruangan tempatnya berada sedikit kumuh. Kelihatannya bangunan lama. Samar-samar ia mencium bau yang familiar.

Ukuran kamar tempatnya berada sedikit lebih kecil dari kamar sebelumnya. Hanya saja di sini kosong, tidak ada perabot, jadi terasa lapang. Satu-satunya perabot yang ada adalah kursi tempatnya duduk dan terikat.

Kinara masih tidak mengerti mengapa ia diculik. Tapi ia menduga pasti ada hubungannya dengan Gatra. Penculiknya pernah melakukan panggilan video saat berada di ruangan yang sama dengannya. Sekilas ia sempat melihat wajah Gatra di layar, memandangnya khawatir.

"Kenapa harus menculik gue kalo ada masalah sama om Gatra?" tanya Kinara dalam hati. "Kenapa harus menculik? Kenapa nggak bicara baik-baik?"

Berkali-kali ia berusaha melepaskan ikatannya namun sia-sia. Ikatan itu sangat kencang. Bahkan tangannya mulai mati rasa sekarang. Kakinya mulai membengkak karena terus tertekuk dan terikat erat.

Ia mendengar kunci diputar, lalu pintu yang berat itu terbuka. Seorang pria membawa piring berisi makanan dan secangkir besar air. Pria itu pria yang biasa mengantarkan makanannya.

Kinara melihat kali ini jatah makanannya hanya selembar roti tawar dan sebutir telur rebus. Bukan menu komplit seperti yang didapatnya di tempat lama.

"Om korupsi ya?" ujarnya ketika orang itu meletakkan piring di pangkuannya. Pria itu lalu membuka ikatan di tangannya agar ia bisa makan. Sekitar lima belas menit lagi ia akan datang lagi untuk mengambil piring dan gelas kosong dan mengeratkan ikatannya kembali.

Lelaki itu mendelik mendengar ucapan Kinara. Ikatan di tangannya sudah lepas dan ia menggosok-gosok bagian yang terasa kebas.

"Betul kan? Makanan aku semakin nggak berkualitas. Pasti Om sudah memotong biaya makan untuk aku," kata gadis itu, lalu mulai menggigit rotinya. Lelaki itu hanya mendengus, lalu keluar kamar dan mengunci pintunya.

Seperti biasanya, lima belas menit lemudian pria itu kembali untuk mengambil peralatan makan yang sudah kosong dan mengikat tangannya kembali.

"Eh Om! Itu tadi makan pagi, siang apa malam?" tanyanya sebelum orang tersebut mencapai pintu, namun tidak dijawab.

"Oh, bisu ternyata!" ujar Kinara setelah tidak mendapat jawaban. Pria itu mendelik ke arahnya dan dibalasnya dengan cengiran.

●○●

Sepeninggal kedua tamunya, Gatra menghubungi Elang. Sudah waktunya berkoordinasi dengan pihak kepolisian. Hengky dan Roman hendak langsung ke kantor polisi untuk memberi pernyataan.

Mereka bergegas pergi ke kantor polisi. Gatra melaporkan semua informasi yang berhasil diperolehnya. Roman menjelaskan letak dan posisi bangunan yang dicurigai sebagai tempat Yosa mengurung Kinara. Polisi cepat menindaklanjuti. Hampir sehari semalam mereka menyusun strategi.

Gatra menghubungi Yosa sebagai bagian dari rencana mereka. Ia harus membuat janji temu. Mantan teman sekolahnya itu menyambutnya dengan tawa mengejek di telepon.

"Kapan kamu punya waktu? Saya ingin bertemu kamu," ujarnya tanpa basa basi.

"Kamu cukup bijaksana rupanya," jawab Yosa. "Aku tahu laki-laki seperti kamu terlalu lemah bila menyangkut nyawa."

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang