Kinara tercenung di unit apartemennya. Gatra sudah pergi. Lelaki itu harus berangkat ke luar negeri sore nanti. Asistennya akan memantau Kinara selama ia pergi.
"Saya harus berangkat ke luar negeri sore nanti. Ada sedikit masalah pada perusahaan saya di sana. Saya usahakan pergi tidak lebih dari satu bulan. Selama saya tidak ada, Danu akan memantau kamu. Dia asisten saya. Kalau ada apa-apa kamu bisa menghubungi dia. Nomor dia sudah saya simpan di ponsel kamu. Sepulang saya dari luar negeri, kita bicarakan lagi urusan kita. Saya tetap akan memutuskan pertunangan saya. Kalau kamu hamil, saya akan menemui ibu kamu. Kita harus menikah secepatnya. Saya tidak mau anak saya lahir tanpa saya di sampingnya."
Begitu yang dikatakan Gatra sebelum pergi. Ucapannya datar tak bernada, namun tak bisa dibantah.
Kini Kinara menatap meja, tempat uang dan kartu ajaib Gatra diletakkan. Gadis itu tidak berniat menyentuhnya, apalagi menggunakannya.
Lagi-lagi ia menghembuskan nafas panjang. Kekagumannya pada Gatra ternoda dengan kejadian tadi malam. Namun entah mengapa hati kecilnya mengatakan itu tidak sepenuhnya salah Gatra.
Sekarang ia merenungi nasibnya. Bagaimana kalau ia hamil? Gatra pasti akan menikahinya. Tapi bagaimana dengan kuliahnya? Bagaimana ia mengatakannya kepada ibu dan kakaknya? Kinara kembali menangis.
◇◇◇
Di tempat lain, di gedung kantornya yang megah, Gatra sesekali termenung merenungi kejadian yang menimpanya. Ia yang selama ini tidak pernah berpikir untuk menikah lagi, menyetujui pertunangan yang diatur keluarganya. Tapi ia justru menggagahi seorang gadis tak berdosa, adik ipar anak asuhnya sendiri!
"Danu, suruh Jacko menghadapku!" perintahnya lewat sambungan telepon.
Beberapa menit kemudian pintu ruangannya diketuk. Danu asistennya muncul bersama Jacko, kepala keamanan perusahaannya.
Ia menyuruh mereka masuk.
"Selama aku tidak di sini, aku mau kamu mengawasi gadis ini 24 jam penuh! Ini alamatnya." Gatra mengulurkan selembar kertas yang berisi foto Kinara dan alamatnya. "Awasi semua kegiatannya. Ke mana ia pergi, bersama siapa, apa yang dilakukannya, siapa yang ditemuinya, pokoknya semuanya! Laporkan kepadaku setiap hari. Aku tidak mentolerir kesalahan."
"Baik Tuan!" jawab Jacko.
"Kamu boleh pergi!" Jacko pergi, meninggalkan Danu bersama atasannya.
Gatra menghempaskan dirinya di sofa dan melonggarkan dasinya. Dihembuskannya nafas kuat-kuat lewat mulut.
"Ada yang merisaukanmu?" Pertanyaan Danu membuat Gatra mengangkat wajah. Selain asisten, Danu adalah sepupunya sendiri. Mereka tumbuh bersama sejak kecil.
"Pertemuan tadi malam, seseorang memasukkan sesuatu ke dalam minumanku."
Danu menahan nafas. Ia khawatir Gatra berakhir dengan seorang jalang. Persoalannya akan menjadi rumit. Beritanya pasti akan muncul bak jamur di musim hujan dan wartawan akan sibuk mengejar mereka.
"Aku masih bisa lari dari tempat itu, tapi..."
Gatra menatap Danu dengan tatapan kesakitan.
"Aku ke apartemen Kinara. Aku menghancurkan gadis itu Danu. Aku menghancurkan gadis yang seharusnya ikut kulindungi." Gatra menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Danu terperangah.
"Kinara...."
"Dia adik Amora, istri Elang."
Danu menelan salivanya dengan susah payah.
"Lalu bagaimana...?"
"Aku akan memutuskan pertunangan dengan Astuti. Buatkan janji bertemu sebelum aku pergi nanti malam. Kamu harus memantau Kinara. Awasi jika dia hamil. Jangan sampai dia menggugurkan kandungannya. Entah bagaimana caranya, buat dia nyaman. Kalau perlu libatkan Erina."
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
General FictionKisah seorang pria yang ingin mengulang waktu untuk memperbaiki semua yang diakibatkan oleh kesalahannya. #cover dan gambar diambil dari Pinterest