Gatra tahu Kinara sangat gundah menerima kata-kata menyakitkan yang dilontarkan Sonya. Sedikit banyak ia merasa bersalah.
"Jangan terlalu dipikirkan kata-kata Sonya. Kamu tidak seperti itu. Jangan sampai pikiranmu mempengaruhi perkembangan baby." Gatra meletakkan tangan kirinya di perut datar Kinara sementara ia tetap fokus mengemudi.
"Tapi orang lain juga akan berpikir begitu Om," cicit Kinara. "Mereka mengira Nara sugar baby Om. Orang-orang lebih suka mendengar hal-hal negatif kan?"
Mereka tiba di rumah, tapi Gatra tidak segera turun. Ia melepas seatbelt dan duduk menghadap Kinara. Digenggamnya jemari gadis yang sedang gundah itu.
"Kinara, tidak perlu kamu indahkan pendapat orang di luar sana. Mereka tidak mengenalmu dengan baik, jadi tidak perlu kamu percaya mereka. Percayalah hanya pada mereka yang mengenalmu dengan baik. Mereka yang menyayangimu dan mensupportmu. Jangan buang waktumu memikirkan hal-hal yang tidak penting. Itu hanya akan menyakiti dirimu dan baby," ujar Gatra. "Kamu mengerti?"
Bagai terhipnotis Kinara mengangguk.
"Ayo kita turun!" ajak Gatra. "Atau kamu masih mau memandangi saya?"
Kinara tersipu karena digoda. Ia segera membuka pintu mobil dan segera berlari masuk ke dalam rumah.
Gatra terkejut melihat gadis itu berlari. Ia segera mengejar. "Nara! Jangan lari-lari! Nanti jatuh!" serunya panik.
Mendengar peringatan Gatra, Kinara mendadak berhenti berlari. Gatra yang berlari tepat di belakangnya tidak sempat mengerem langkahnya. Ia menabrak Kinara begitu saja. Keduanya limbung.
Untung Gatra masih ingat meraih pinggang Kinara agar tidak jatuh terhempas. Ia juga reflek memutar tubuhnya sehingga tidak jatuh menimpa Kinara. Jadilah Kinara jatuh menimpa Gatra yang jatuh terlentang di sofa ruang tamu.
Wajah mereka begitu dekat, bahkan hidung mereka hampir bersentuhan. Kedua tangan Kinara berada di dada bidang Gatra, sedangkan kedua lengan pria itu melingkari pinggang dan tubuh gadisnya.
Tatapan mereka saling mengunci beberapa saat. Darah berdesir dan jantung berdebar kencang. Pipi Kinara merona. Gatra menyadari kali ini ia jatuh cinta lagi setelah sekian lama.
"Ehm, Kinara. Kamu mau seperti ini sampai besok? Saya mau saja, tapi kasihan baby," ujar Gatra dengan senyum menggoda, menyamarkan debaran jantungnya yang menggila.
Kinara tersadar. Ia buru-buru menegakkan tubuhnya. Tanpa disadarinya, gerakannya membuatnya menggencet aset penting Gatra dan membuat bagian itu perlahan mengembang sempurna.
Gatra menggigit bibirnya sendiri menahan gairah yang perlahan bangkit. Ia bangun dan duduk. Ditatapnya lekat wajah merona Kinara yang menggemaskan.
Tangannya menyusup di tengkuk gadis itu, lalu wajahnya mendekat. Ditempelkannya bibirnya ke bibir merona Kinara yang begitu menggoda. Niatnya hanya menempelkan kedua bibir mereka, namun godaan itu terlalu kuat untuk ditolak.
Gatra menyesap manisnya bibir Kinara. Kian lama lumatannya semakin dalam dan semakin menggebu. Manisnya bagai candu, membuatnya tak ingin berhenti. Kinara yang polos kelabakan menerima serangan pria berpengalaman seperti Gatra. Ia memukul-mukul dada Gatra karena kehabisan nafas.
Dengan berat Gatra melepaskan ciumannya. Jika diteruskan, mungkin ia tidak akan bisa menahan diri lagi. Dengan nafas terengah ia menempelkan keningnya ke kening Kinara. Jemarinya membelai pipi gadis itu.
"Saya rasa saya sudah jatuh cinta Kinara. Terima kasih. Saya pikir saya tidak akan bisa lagi jatuh cinta kepada seseorang. Tapi kamu membuat saya jatuh cinta," bisik Gatra. "Saya ingin menikahi kamu bukan hanya karena anak kita, bukan hanya karena tanggung jawab saya yang telah menodai kamu. Tapi terlebih lagi karena saya rasa saya mencintai kamu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
Fiksi UmumKisah seorang pria yang ingin mengulang waktu untuk memperbaiki semua yang diakibatkan oleh kesalahannya. #cover dan gambar diambil dari Pinterest