Pagi ini Kinara pergi ke kampus dengan dikawal Jacko. Itu adalah perintah mutlak dari Gatra. Kinara hanya bisa bisa pasrah ketika pria itu mengikutinya sampai ke dalam kampus.
"Nara!" Kinara mendengar Amanda memanggilnya. Ia melihat sahabatnya itu melambai di kejauhan.
"Gue seneng akhirnya lo ngampus lagi Ra. Gue pikir Si Om nggak bakal ngijinin lo kuliah," ujar Amanda sambil merangkulnya.
"Dia tetap bolehin aku ngelakuin semua yang aku mau asal tahu batasanku. Yang jelas nggak boleh capek dan harus ke mana-mana sama pengawal," sahut Kinara.
Amanda melirik Jacko. "Pengawal lo macho Ra!"
Kinara terkikik. "Kalo nggak macho mana pantes jadi pengawal Man! Ada-ada aja lo."
Mereka masuk kelas dan Kinara melihat beberapa temannya memandangnya dengan sinis. Awalnya ia tidak mempermasalahkan itu. Ia masuk dan duduk di bangku yang masih kosong. Mendadak mereka yang semula duduk di sekitar bangku itu pergi menjauhinya. Kinara heran, tapi memutuskan untuk mengacuhkannya.
"Eh, itu Dewa!" seru Amanda. Gadis itu melambaikan tangan kearah Dewa. Pemuda itu hendak menghampiri mereka, tapi seorang teman memanggilnya dan Dewa berbelok. Pemuda itu kemudian duduk di antara teman yang memanggilnya.
Kuliah hari itu membuat Kinara sedikit heran. Ia seperti dikucilkan. Bahkan Amanda masih ada yang menegur, sedangkan ia tidak sama sekali. Bahkan Dewa memalingkan wajah ketika ia mengajak tersenyum.
Kinara merasa heran dan tak nyaman, namun ia berusaha tak terlalu memikirkannya. Mungkin teman-teman mengabaikannya karena ia cukup lama tidak masuk kuliah, begitu pikirnya.
"Hai Sayang, bagaimana kuliahnya tadi?" sapa Gatra sepulangnya dari kantor. Pria itu mendaratkan kecupan di dahi istri kecilnya.
"Baik. Om mau mandi? Nara siapin airnya ya?"
Gatra mengangguk senang. "Terima kasih Sayang."
Kinara menyiapkan air mandi, juga pakaian ganti untuk suaminya. Ia mulai belajar menjadi seorang istri yang baik.
Malam setelah makan malam, Gatra berkutat di ruang kerjanya sedangkan Kinara mengerjakan tugas kuliah dan belajar untuk persiapan ujian semester.
Tak terasa sudah larut malam dan Kinara mulai mengantuk. Ia membereskan buku-bukunya, lalu menggosok gigi dan membersihkan diri. Setelah berganti dengan pakaian tidur, ia merebahkan di di kasur. Hari sudah larut, namun belum ada tanda-tanda Gatra kembali ke kamar.
"Sudah malam, kenapa Om belum masuk sih? Apa belum selesai kerjaannya?" gumamnya.
Ia memberanikan diri menghubungi ruang kerja Gatra. Sampai beberapa lama panggilannya tidak diangkat.
"Ke mana sih? Kok nggak diangkat?" gumamnya lagi.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan Gatra muncul dengan bersimbah keringat. Lelaki itu membuka pakaiannya dan menuju kamar mandi. Kinara memandang suaminya dengan wajah memerah. Ia masih merasa malu bila melihat suaminya bertelanjang dada.
"Om dari mana saja sih? Aku telepon ke ruang kerja nggak diangkat. Kenapa bisa keringetan begitu!" berondong Kinara dengan bibir cemberut.
"Saya tadi olah raga di ruang gym. Maaf, saya kemalaman ya? Kamu boleh tidur dulu kalau sudah mengantuk," kata Gatra sambil masuk ke dalam kamar mandi.
"Aku kan bingung nyariin Om. Kirain Om pergi," rajuk Kinara.
Gatra memunculkan kepalanya di pintu kamar mandi. "Saya pasti bilang kalau pergi, Kinara."
Kinara duduk bersandar di kepala ranjang menunggu suaminya selesai membersihkan diri. Ia mengelus-elus perutnya pelan seperti saran ibunya untuk menumbuhkan ikatan kasih sayang antara dia dan anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
Ficción GeneralKisah seorang pria yang ingin mengulang waktu untuk memperbaiki semua yang diakibatkan oleh kesalahannya. #cover dan gambar diambil dari Pinterest