Ting tong!
Kinara cepat-cepat membuka pintu apartemen ketika bel berbunyi. Wajahnya berbinar ketika melihat orang yang ditunggunya telah berdiri di depan pintu.
"Kak Elang! Nara kangen!" Ia menghambur memeluk tubuh kakak iparnya. Elang dengan senang hati memeluk adik iparnya, lalu mengusak rambutnya.
Gadis itu kemudian menarik lengan Elang, mengajaknya masuk. Elang mengambil bawaan yang diletakkannya di lantai untuk dibawa masuk.
"Bawa apaan itu Kak?"
"Titipan dari mama sama kak Mora," jawab Elang. "Eh, ada tamu."
Ia agak terkejut melihat dua orang sebaya adik iparnya sedang duduk di lantai beralas karpet mengelilingi meja bundar di ruang tamu merangkap ruang duduk. Ada dua buah laptop menyala di atas meja, juga beberapa bungkus cemilan.
"Teman-teman Nara, Kak. Lagi ngerjain tugas bareng," kata Kinara. "Itu Amanda. Kakak pernah ketemu kan? Waktu Kakak nikah dia datang. Yang itu Dewa. Guys, ini kakak ipar gue."
"Hai Kak!" Amanda menyapa sambil melambaikan tangan. Dewa mengangguk dengan sopan.
"Oh hai! Silakan dilanjut!" Elang melanjutkan langkah ke meja makan, meletakkan bawaannya di sana lalu mengambil air mineral dari dalam kulkas.
"Kak Mora nggak ikut Kak?" Kinara membututi kakak iparnya dan ikut duduk di kursi di ruang makan.
"Kak Mora belum boleh menempuh perjalanan jauh. Ini buatan kak Mora. Kesukaan kamu." Elang mengeluarkan sebuah kotak dan mendekatkannya kepada Kinara.
"Pasti cheese cake!" ujar Kinara dengan wajah berbinar. "Makasih ya Kak! Bilangin sama kak Mora."
Gadis itu memotong-motong cakenya, ditaruhnya di piring dan disajikannya kepada teman-temannya.
"Ini buatan kakak gue. Enak deh! Cobain!" ujarnya. Kedua temannya segera mengambil potongan cake dan memakannya.
"Laptop kamu kenapa Dek?" Elang bertanya ketika melihat laptop adiknya tergeletak begitu saja di meja lain.
"Oh! Mati Kak. Nggak bisa hidup," jawab Kinara di sela-sela mengunyah kuenya.
"Sudah dibawa ke tukang servis?" tanya Elang lagi.
"Sudah. Tapi nggak bisa dibenerin kata tukangnya," kata Kinara. "Apanya gitu yang kena."
"IC," sela Dewa.
"Nah itu!"
Elang mengambil laptop adiknya dan memeriksanya. "Harus diganti, Dek," katanya.
"Katanya mending beli baru. Iya kan Wa?" Kinara menoleh kepada Dewa minta persetujuan.
Dewa mengangguk. "Iya."
"Ya sudah. Beli," ujar Elang.
"Tabungan Nara belum cukup Kak. Mama kan baru aja keluar uang buat operasi nenek," kata Kinara.
"Besok Kakak belikan."
"Nggak usah Kak. Kakak sama kak Mora kan harus nabung buat lahiran. Nara nunggu tabungan Nara cukup. Paling lama semester depan Nara sudah bisa beli. Mudah-mudahan. Tapi jangan bilang-bilang mama sama kak Mora ya Kak."
Elang mengangguk. Inilah yang sangat disukainya dari keluarga istrinya. Mereka saling menyayangi dan saling pengertian.
"Ya sudah." Elang mengeluarkan dompetnya dan mengambil beberapa ratus ribu dari sana, lalu memberikannya kepada adik iparnya. "Ini Kakak tambah tabungan kamu."
Kinara menerimanya dengan suka cita. Gadis itu melompat kegirangan sambil menciumi uang di tangannya. "Makasih kak Elang!" Ia memeluk lengan kakak iparnya sehingga pria muda itu tertawa sekaligus terharu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
General FictionKisah seorang pria yang ingin mengulang waktu untuk memperbaiki semua yang diakibatkan oleh kesalahannya. #cover dan gambar diambil dari Pinterest