45

1.6K 146 21
                                    

Double up ya. Seneng kan? Happy reading!

~~

Sudah lebih dari lima belas menit Kinara duduk menunggu di mobil mewah Gatra. Mereka mampir ke rumah Shiela untuk mengantarkan perempuan itu, baru nanti Gatra mengantarkan Kinara ke rumah sakit.

Pemilik mobil sendiri sedang turun untuk menyapa pemilik rumah. Tadinya ia hanya akan menurunkan Shiela, kemudian meneruskan perjalanan ke rumah sakit. Namun kebetulan ibunda Shiela berada di depan rumah, dan beliau memaksa Gatra untuk mampir.

Gatra sempat menawarkan Kinara untuk ikut turun karena ia tidak enak meninggalkan gadis itu sendiri, akan tetapi gadis itu menolak karena pemilik rumah terlihat sekali tidak menghendaki kehadirannya.

Lima belas menit sudah menjadi dua puluh menit. Kinara sudah merasa kakinya sangat nyeri. Kepalanya juga semakin pusing karena ia belum sarapan dan juga minum sejak tadi. Disandarkannya kepalanya pada sandaran kursi, lalu ia memejamkan matanya.

Beberapa saat kemudian ia melihat Gatra keluar dari rumah itu diiringi Shiela dan ibunya. Mereka masih bercakap-cakap. Kelihatannya para pemilik rumah enggan melepas Gatra pergi.

Kinara menghela nafas panjang ketika akhirnya Gatra datang dan masuk ke mobil. Tubuhnya sudah gemetaran karena sakit dan lapar.

"Maaf lama," kata Gatra begitu ia berada di belakang kemudi.

Gatra melirik spion karena tidak mendengar jawaban dari penumpangnya. Dilihatnya Kinara menyandarkan kepala dengan mata terpejam. Wajah gadis itu tidak lagi merah karena panas, tapi pucat pasi. Ia baru memperhatikan jika bibir gadis itu kering dan pecah-pecah.

Lelaki itu menjenguk ke belakang dan berusaha meraih tangan Kinara. Ia berhasil dan merasakan hawa panas dari tubuh gadis itu.

"Astaga Kinara!" desis Gatra berbalut rasa khawatir. Segera ia melajukan mobilnya meninggalkan rumah Shiela. Melaju secepat ia bisa.

"Astaga, apa yang sudah kulakukan? Kamu tolol, Gatra! Bisa-bisanya kamu meninggalkan dia padahal kamu tahu dia sedang tidak baik-baik saja. Kamu benar-benar tolol, Gatra!"  Gatra mengomeli dirinya sendiri sepanjang perjalanan.

Begitu tiba di rumah sakit, tergopoh-gopoh Gatra membopong Kinara ke ruang IGD. Ia panik karena gadis itu diam saja sejak tadi, entah tidur atau pingsan.

"Kakinya terkilir, dan kelihatannya dia belum makan apa pun," katanya kepada perawat yang menerima Kinara di ruangan itu. Perawat itu mengangguk dan memintanya keluar.

Kinara sudah selesai mendapatkan pertolongan. Kakinya dibalut kencang dan tidak boleh banyak bergerak selama beberapa hari. Ia juga mengalami dehidrasi sehingga dokter menyarankannya untuk dirawat di rumah sakit selama satu atau dua hari. Gatra segera memesankan ruang perawatan untuknya.


■□■


Gatra tiba di ruang rawat Kinara membawa beberapa kantong berisi makanan. Ia melihat gadis itu murung. Ia meletakkan makanan yang dibelinya di nakas, lalu duduk di kursi yang ada di samping ranjang. Gadis itu sama sekali tidak melihat ke arahnya.

"Kinara, makan ya?" ujarnya dengan suara pelan. Gadis itu menggeleng. "Kamu harus makan. Kamu sama sekali belum makan kan?"

Gatra mengambil makanan itu, membuka tutup wadahnya, lalu memberikannya kepada Kinara. Gadis itu menggeleng lagi.

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang