Danu sedang duduk dengan seorang pemuda di sebuah cafe yang terletak di sekitar Universitas X. Pemuda itu terlihat kurus dan sedikit pucat, namun sorot matanya tajam menyiratkan kecerdasan.
Ia memberi isyarat agar pemuda itu menikmati hidangan yang sudah dipesannya.
"Terima kasih Om," ujar pemuda itu, lalu menyeruput minumannya. Danu mengangguk.
"Apa yang ingin kamu sampaikan?" tanya Danu.
Seharian ia berkeliaran di kampus itu untuk mencari informasi tentang Kinara. Kebanyakan teman-teman Kinara menyatakan tidak tahu menahu tentang keberadaannya.
Pencariannya hanya berhasil mengetahui hari terakhir gadis itu terlihat di kampus, kuliah apa saja yang diikutinya hari itu, siapa saja teman-teman yang sempat berinteraksi dengannya. Ia menanyakan keanehan Kinara hari itu, tapi mereka mengatakan gadis itu biasa-biasa saja.
Petugas perpustakaan mengatakan gadis itu sempat mengunjungi tempat itu di antara waktu kuliahnya pada hari itu. Dan ia sempat datang lagi sesudahnya, namun tidak masuk, hanya berdiri di luar dan berbicara dengan temannya.
"Begini Om. Saya tidak tahu ini petunjuk atau bukan," mulai Dika, pemuda yang sedang duduk bersamanya.
Pria yang lebih dewasa itu memusatkan perhatian kepadanya.
"Saya melihat kemarin Sonya memakai laptop Kinara."
Danu mengerutkan keningnya.
"Laptop Kinara masih baru dan bukan laptop biasa. Itu laptop mahal. Di sini baru Kinara yang saya lihat punya laptop seperti itu. Jadi sekali lihat, saya tahu itu laptop Kinara."
"Apa tidak mungkin Sonya mempunyai laptop yang sama? Mungkin dia membeli yang baru?"
Dika menggeleng. "Tidak mungkin. Semua teman sekelas tahu betul itu laptop Kinara. Kami semua mengaguminya waktu Kinara pertama kali membawanya ke kampus. Itu hadiah, kata Kinara. Kami semua iri, tapi juga senang karena Kinara tidak perlu kesulitan lagi karena laptopnya rusak."
"Kamu tidak menanyakan kenapa laptop Kinara ada padanya?"
Dika menggeleng lagi. "Beberapa hari yang lalu, waktu Kinara masih masuk, Sonya pernah meminjam laptopnya untuk mengerjakan tugas. Saya pikir kali ini Kinara meminjamkannya lagi. Tapi kalau Sonya meminjam laptop Kinara, berarti dia tahu Kinara ada di mana kan Om?"
Mereka berdua saling menatap. Seperti ada sebuah pengertian yang tidak terucap. Danu menyadari, analisa Dika masuk akal. Padahal ia sudah menanyai Sonya dan gadis itu mengatakan bahwa ia tidak bertemu Kinara sejak gadis itu terakhir kali masuk kuliah.
"Saya melihat Sonya mengembalikan laptop itu setelah dipinjam, setelah kelas terakhir hari itu. Kalau sesudahnya Sonya masih memakai laptop itu, berarti dia masih bertemu Kinara setelah dia tidak masuk."
Danu mengangguk perlahan. "Tapi untuk apa dia berbohong?" gumam Danu. Lalu ia memandang Dika. "Apakah hubungan mereka tidak baik?"
"Bisa dikatakan baik, bisa dikatakan tidak," jawab Dika. "Mereka tidak pernah bertengkar secara terang-terangan. Sonya suka berbicara sinis dan menyindir, dan Kinara sering ketus menanggapinya. Tapi hanya begitu saja."
"Dan Kinara masih bersedia meminjamkan laptopnya," gumam Danu lagi. Dika hanya diam memandangnya.
"Terima kasih Dik. Informasi darimu ini mungkin merupakan petunjuk yang penting. Semoga kejadian ini tidak seperti yang saya pikirkan," ujar Danu. Kali ini Dika memandangnya penuh tanda tanya.
Seketika Danu tersenyum memandang Dika. "Kamu tidak perlu khawatir. Kita akan segera tahu Kinara sedang berada di mana. Mungkin saya akan kembali menemui Sonya. Kamu belajar saja yang rajin dan kuliah yang baik." Ia menepuk pundak pemuda itu. "Saya pergi dulu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
General FictionKisah seorang pria yang ingin mengulang waktu untuk memperbaiki semua yang diakibatkan oleh kesalahannya. #cover dan gambar diambil dari Pinterest