Beberapa hari sebelumnya, ketika Elang menginap di rumah yang ditinggalinya sejak usia 14 tahun, di kamarnya ketika ia masih lajang, ia sedang bercakap-cakap lewat telepon genggam.
"Saya baru saja sampai. Baru saja selesai mandi Om."
"Bagaimana kabarmu? Amora dan mertuamu juga, mereka baik-baik saja kan?"
"Baik. Mora dan mama juga baik. Hanya nenek yang baru saja dioperasi."
"Operasi apa?"
"Nenek habis jatuh. Tulang pinggulnya retak."
"Astaga! Kalian harus hati-hati menjaganya!"
"Iya Om. Tapi nenek tidak mau diajak tinggal bersama mama atau anak-anaknya yang lain. Jadi hanya mengandalkan perawat dan ART saja."
Mereka diam sejenak.
"Berapa hari rencananya kamu bertugas di sini?"
"Hanya sehari Om. Besok sudah pulang."
"Langsung pulang? Tidak menengok Kinara dulu?"
"Tadi sebelum ke sini saya mampir dulu ke tempat Kinara. Om sering bertemu Kinara?"
Terdengar Gatra berdehem.
"Kadang-kadang," jawab Gatra agak berbohong.
"Oh. Pantas dia tahu kalau Om baru keluar negeri."
"Iya. Saya sempat berpamitan sebelum pergi. Ehm maksud saya kalau dia membutuhkan sesuatu, supaya tidak sungkan minta pada saya. Kita sudah menjadi keluarga bukan?"
"Terima kasih Om. Tapi Kinara bukan anak seperti itu. Dengan mama saja dia tidak sembarangan meminta."
Oya?"
"Betul Om. Dia lebih suka menabung daripada menyusahkan mama. Misalnya laptop rusak seperti sekarang. Saya pun tidak akan tahu kalau tidak mampir."
"Lalu bagaimana caranya dia mengerjakan tugas-tugasnya?"
"Kelihatannya dia dibantu teman-temannya. Tadi waktu saya mampir, dia juga sedang mengerjakan tugas bersama teman-temannya di apartemen."
Kembali hening.
"Om, saya tutup dulu ya! Di sana baru jam dua siang kan? Maaf kalau mengganggu pekerjaan Om."
"Ah iya. Tidak apa-apa. Salam untuk Amora dan mertuamu."
"Baik Om. Selamat siang!"
□■□
Kinara dan Amanda sudah berada di apartemennya. Mereka duduk berhadapan di meja makan. Paket yang diterima Kinara tadi berada di meja, di hadapan mereka. Sama sekali belum dibuka. Keduanya hanya memandanginya saja.
"Isinya apaan kira-kira?" tanya Amanda, tidak kepada siapa-siapa.
Temannya menggeleng.
"Buka gih! Bikin penasaran aja!"
"Sekarang?"
"Besok aja pas lebaran haji!" sungut Amanda.
Kinara tersenyum sambil meraih bungkusan itu agar lebih dekat. "Bisa aja bercandanya Nyonya!"
"Ck! Buruan!" titah Amanda.
Kinara menarik bungkusan itu lebih dekat. Disobeknya kertas pembungkusnya. Pembungkus itu hanya kertas coklat biasa yang sering untuk menyampuli buku anak sekolah. Tidak ada alamat pengirim ataupun penerima. Polos begitu saja.
Begitu pembungkusnya terbuka, tampaklah kotak dengan gambar dan tulisan nama produsen gadget terutama komputer ternama. Bisa dipastikan itu adalah laptop keluaran terbaru dari merek tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
General FictionKisah seorang pria yang ingin mengulang waktu untuk memperbaiki semua yang diakibatkan oleh kesalahannya. #cover dan gambar diambil dari Pinterest