"Om?!" Kinara terperanjat ketika tiba-tiba seseorang sudah berlari menjajarinya dan menyapanya. Namun kemudian ia tersenyum manis.
Seorang pemuda mendekat dan bergabung bersama mereka. Itu pemuda yang disapa Kinara tadi.
"Hai Wa! Lo nggak bareng Amanda?" tanya Kinara. "Oya Om, ini Dewa teman kuliah Nara." Pemuda itu menyalami Gatra dengan sopan.
"Saya Dewa Om, teman kuliah Kinara."
Gatra menyambut uluran tangan Dewa sembari mengangguk.
Mereka berlari bertiga beriringan dengan Dewa berlari di depan mereka. Gatra tidak mau beralih dari sisi Kinara.
"Bagaimana kabar teman kamu?"
"Teman?" Kinara menatap Gatra dengan pandangan bertanya.
"Ehm. Kemarin kamu bilang akan menengok teman yang sedang sakit."
"Oooh...iya," sahut Kinara sambil tersenyum. Namun kemudian wajahnya berubah sendu.
"Kenapa Kinara?"
Kinara berhenti berlari, dan Gatra juga menghentikan larinya. Dewa juga berhenti ketika menyadari keduanya berhenti berlari.
"Dika sebenarnya harus dioperasi Om. Ada tulangnya yang patah karena jatuh dari atap. Tapi keluarganya tidak mampu membiayai, jadi dia hanya dibawa ke pengobatan alternatif," cerita Kinara dengan wajah sendu. "Kemungkinan Dika akan cacat kalau operasinya ditunda."
Dewa mendekati mereka ketika mendengar keduanya membicarakan temannya.
"Dika mahasiswa berprestasi Om. Dia juga aktif dalam banyak kegiatan di kampus," kata Kinara lagi.
"Betul Om," kata Dewa menimpali. "Semester lalu dia membawa kampus kami memenangkan lomba debat antar universitas."
"Kalian bisa mengantar saya ke sana? Mungkin saya bisa sedikit membantu," kata Gatra.
Kinara dan Dewa berpandangan dengan senyum merekah.
"Bisa Om! Bisa!" Wajah Kinara berbinar. "Kapan Om mau ke sana?"
"Sekarang boleh kalau kalian bersedia," jawab Gatra. "Lebih cepat lebih baik bukan?"
"Sekarang Om?" Kinara kemudian memandang Dewa. "Sebenarnya kami menunggu satu teman lagi Om."
"Lo duluan aja sama Om lo ke rumah Dika. Biar gue nunggu Amanda. Entar gue sama Amanda nyusul," kata Dewa.
Mendadak Kinara menjadi cerah. "Ah iya! Begitu juga boleh." Kinara tersenyum penuh arti.
"Kita pergi sekarang?" tanya Gatra.
Kinara mengangguk riang. Gatra agak heran melihatnya. "Ayo Om! Wa, titip Amanda ya! Nyusulnya nggak usah cepat-cepat nggak apa-apa kok. Takes your time!"
Gadis itu menggamit lengan Gatra dan menggeretnya pergi dengan senang. Dewa melambaikan tangannya dengan canggung. Masih saja Kinara berusaha menjodohkannya dengan Amanda.
Kinara berjalan bersama Gatra ke tempat parkir dengan senang. Tangannya masih berada di lengan Gatra.
"Sesenang itu kamu pergi sama saya?" goda Gatra.
Gadis itu melepaskan tangannya dengan malu. "Maaf Om," cicitnya.
"Tidak apa-apa," kata Gatra. "Digandeng gadis seperti kamu saya jadi merasa muda lagi."
"Tapi Om masih kelihatan muda kok. Seperti kakak beradik sama kak Elang."
Gatra terkekeh. "Kamu pandai menghibur Kinara. Saya anggap itu sebagai pujian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
General FictionKisah seorang pria yang ingin mengulang waktu untuk memperbaiki semua yang diakibatkan oleh kesalahannya. #cover dan gambar diambil dari Pinterest