Dari rumah sakit, Gatra tidak membawa Kinara pulang ke rumahnya ataupun ke apartemen gadis itu. Ia membawanya ke sebuah rumah lain di pinggiran kota yang berada di lingkungan asri dan tenang.
Kinara tinggal di situ bersama seorang ART, seorang tukang kebun dan Jacko yang menjaganya 24 jam. Seorang pelayan yang bertugas membersihkan rumah tidak datang setiap hari.
"Kamarmu di lantai bawah supaya kamu tidak perlu naik turun tangga. Kamu tidak boleh naik ke lantai atas," kata Gatra ketika mereka tiba di rumah itu.
"Kenapa? Om menyembunyikan sesuatu di atas? Istri simpanan Om ada di atas? Jadi aku nggak boleh ke atas supaya nggak ketahuan gitu?" ujar Kinara sinis. Entah mengapa dia menjadi sensitif jika merasa Gatra menyembunyikan sesuatu.
Gatra terkekeh. Hatinya senang karena merasa dicemburui. Ia membelai puncak kepala Kinara. "Cemburu hm?"
"Siapa yang cemburu?!" sergah Kinara cemberut.
"Kamu cuma boleh ke atas kalau ada saya. Jadi ada yang menggendong kamu ke atas," ujar Gatra sabar.
"Kan ada pak Amin sama Om Jacko."
"Kamu mau minta gendong mereka?" tanya Gatra. "Tidak boleh, Kinara. Saya tidak ikhlas. Hanya saya yang boleh menggendong kamu."
Kinara memalingkan wajah, menyembunyikan mukanya yang memerah. Gatra tersenyum simpul memandangnya.
"Mau ke atas sekarang?" Gatra menawarkan. Kinara mengangguk. Gatra lalu berjongkok di depannya agar gadis itu bisa naik ke punggungnya.
Mereka naik ke lantai dua. Ada beberapa ruang di sana. Ada ruang gym, ruang kerja, sebuah kamar tidur yang sangat luas dan sebuah kamar yang dibiarkan kosong.
"Kamar siapa ini Om?" tanya Kinara ketika mereka berada di kamar tidur yang sangat luas dan indah itu.
"Ini kamar saya kalau saya menginap di sini. Setelah kita menikah, saya akan tidur bersamamu di bawah," kata Gatra.
"Kalau Om tidur di bawah, siapa yang tidur di sini?"
"Kita berdua kalau anak kita sudah lahir. Kamar di sebelah saya siapkan untuk kamar anak kita."
Mereka kembali turun ke lantai bawah. Sudah waktunya Kinara untuk beristirahat. Gatra menemaninya sejenak di ruang tidur. Kinara merebahkan diri di ranjang dan Gatra menyelimutinya.
"Om mau ke mana?"
"Saya di ruang kerja di atas. Kalau perlu sesuatu, kamu bisa memanggil Bi Menuk. Kamu bisa pakai telepon ini. Untuk menghubungi dapur, pencet tombol 4. Kalau kamu membutuhkan saya di ruang kerja, pencet tombol 2. Tombol 3 untuk ruang gym dan tombol 1 untuk menghubungi Jacko di pos keamanan. Kamu paham?" Kinara mengangguk. Gatra membelai dahinya, lalu beranjak keluar.
"Om!"
"Ya, Kinara." Gatra berhenti dan berbalik menatap Kinara.
"Saya masih boleh kuliah?"
Gatra tersenyum. "Tentu saja. Kamu boleh melakukan apa yang kamu mau Kinara. Tentu saja dengan batasan tertentu, karena kita akan punya anak. Asal kamu tidak mengabaikan kewajibanmu, kamu boleh melakukannya."
Kinara memalingkan wajahnya agar tidak menatap Gatra. "Termasuk kewajiban sebagai is-tri?"
Gatra menyimpan kedua tangannya di saku celana. Ia mendekat dua langkah. Hasrat untuk menggoda Kinara tiba-tiba muncul. Ia agak membungkukkan tubuhnya.
"Kamu bersedia menjadi istri saya? Apa kamu sudah siap?"
"Om tidak akan macam-macam kan? Om kan tahu kata dokter kondisi badanku dan kandunganku masih lemah," jawab Kinara sedikit mencicit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
General FictionKisah seorang pria yang ingin mengulang waktu untuk memperbaiki semua yang diakibatkan oleh kesalahannya. #cover dan gambar diambil dari Pinterest