Acara lamaran berjalan lancar. Pada kesempatan itu kedua orang tua Gatra meminta maaf kepada keluarga Kinara. Suasana haru terasa sepanjang acara.
Pernikahan dilaksanakan seminggu kemudian di rumah Pertiwi. Tidak banyak yang hadir. Hanya kedua keluarga dan tetangga satu RT.
Untuk menghindari media masa, Gatra merahasiakan jati dirinya kepada para tamu. Bahkan sampai saat ini Amanda tidak tahu jika Gatra adalah pemilik dan pendiri LQ International Company yang bergerak di bidang pengembangan software.
Karena pernikahannya digelar secara sederhana, maka orang mudah saja percaya bahwa ia hanya karyawan biasa di perusahaan itu, bukan pemiliknya. Ini dilakukan Gatra semata-mata demi kenyamanan dan keselamatan Kinara.
Jika ia membuat sebuah pesta besar dan mewah, pasti Kinara akan kelelahan. Di samping itu gadis itu akan menjadi sorotan dan incaran publik. Gatra bukannya bermaksud menyembunyikan fakta pernikahannya. Ia hanya ingin mengungkapkannya selangkah demi selangkah sampai Kinara benar-benar siap.
Prioritasnya sekarang adalah kenyamanan dan keselamatan Kinara dan bayinya. Hal lain yang tidak penting dikesampingkannya dahulu.
Pesta sederhana pun nyatanya membuat Kinara kelelahan. Perempuan itu sudah pulas ketika Gatra masuk ke kamar setelah berbincang dengan Elang dan beberapa tetangga.
Lelaki itu perlahan mendekati perempuan yang baru beberapa jam yang lalu sah menjadi istrinya. Ia duduk di tepi ranjang, menatap lekat wajah cantik wanitanya. Tangannya terulur, menyingkirkan anak rambut yang menutupi sebagian dahi gadis itu, lalu turun membelai pipinya yang bersih dan halus.
Ia mendaratkan tiga ciuman di dahi, bibir dan perut istrinya.
"Tidur yang nyenyak Sayang. Istirahat ya anak ayah," bisiknya. Ia membelai perut rata istrinya lembut.
Setelah puas, ia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia berendam beberapa lama melepaskan segala penat. Dipejamkannya mata, dan tak terasa ia tertidur.
"Om, bangun! Kenapa tidur di sini sih?"
Gatra membuka mata dan mendapati istrinya membungkukkan badan karena membangunkannya. Gadis itu terlihat sangat cantik.
"Maaf saya ketiduran. Kenapa kamu bangun?"
"Tadinya mau pi*pis, tapi lihat Om tidur di sini."
Gatra bangkit, melupakan bahwa ia tidak mengenakan selembar benang pun. Kinara menjerit melihat tubuh polosnya dan reflek menutup wajahnya.
Sebenarnya ia juga merasa malu. Namun melihat kepolosan istrinya membuat sifat jahilnya muncul.
Gatra mendekati istrinya yang masih menutupi wajahnya. "Sayang tolong ini ada apa. Tolong pegang," katanya.
Ia mengambil sebelah tangan Kinara dan mengarahkannya ke asetnya. Perempuan yang masih polos itu dengan lugu memijit- mijit benda kenyal yang bisa mengembang itu dengan mata tertutup.
Kinara terus meraba dan memijit benda yang dipegangnya dengan heran. Mulanya benda itu kenyal, kecil dan lemas. Semakin lama benda itu membesar dan semakin keras. Suhunya pun semakin hangat.
"Om, ini apa sih? Om bawa hewan ke sini? Kenapa dia cepat besar?"
"Coba pegang kepalanya Kinara!"
"Kepala? Ini hewan apa Om? Kenapa kepalanya basah?"
Gatra menahan desahannya. "Dia meludah Kinara. Makanya basah. Kalau kamu pijit-pijit terus dia bisa muntah. Muntahannya bisa jadi bayi."
Mendengar kalimat terakhir Gatra, Kinara membuka matanya. Ia menjerit ketika melihat apa yang dari tadi di sentuhnya. Lalu gadis itu kabur dengan wajah memerah. Ia menyembunyikan diri di balik selimut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
General FictionKisah seorang pria yang ingin mengulang waktu untuk memperbaiki semua yang diakibatkan oleh kesalahannya. #cover dan gambar diambil dari Pinterest