14

2K 111 0
                                    

Menjelang maghrib Gatra memarkir mobilnya di basement gedung LQ perusahaannya. Sudah beberapa hari ia melakukan perjalanan bisnis keluar kota. Baru sore ini ia pulang. Ia sempat pulang dulu untuk mandi, kemudian pergi ke perusahaannya untuk menjemput Kinara. Ia sudah rindu pada istri kecilnya.

Sebelum turun dari mobil, ia membuka ponsel yang selama perjalan tak disentuhnya. Dibacanya satu pesan dari Kinara. Ia segera menelepon.

Terdengar suara lemah Kinara. Ia merasa istrinya sedang tidak baik-baik saja.

"Sayang kamu di mana?"

"......."

"Oke, kamu tunggu di situ, saya akan menjemputmu."

Setelah mendengar jawaban dari Kinara ia mematikan ponselnya dan melemparnya begitu saja di dashboard lalu menyalakan mobilnya.

Suara Kinara begitu lemah dan bergetar. Ia merasa khawatir. Dokter mengatakan kandungan Kinara memang sangat lemah dan mereka harus hati-hati menjaganya.

Di depan restoran, Gatra memarkir mobilnya begitu saja. Setengah berlari ia bergegas masuk. Pandangannya beredar ke seluruh penjuru restoran, mencari keberadaan Kinara.

Sonya terkejut melihat Gatra yang tiba-tiba datang dengan raut khawatir.

"Om Gatra!"

Pria itu bahkan tidak melihatnya. Seluruh perhatiannya tertuju pada Kinara yang terduduk lemas. Tangan besarnya menangkup wajah Kinara dan memandangnya lekat.

"Bagaimana keadaanmu? Apa yang terjadi?"

"Perut Nara kram Om. Sakit," jawab Kinara lemah.

Spontan Gatra mengecup kening Kinara. Mata Sonya membelalak melihatnya. Apalagi waktu ia melihat pria dewasa itu tanpa ragu menggendong Kinara, ia semakin ternganga.

Gatra berdiri sambil membopong istrinya. Ia hendak pergi, namun matanya melihat tas istrinya tergeletak di atas meja.

"Sonya, tolong bawa tas Kinara! Kita harus membawanya ke rumah sakit."

Sonya terperangah. "Eh, i-iya Om!" Ia segera mengambil tasnya dan tas Kinara, lalu berlari kecil mengikuti langkah besar Gatra.

Gatra mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh. Sonya yang duduk di belakang bersama Kinara meremas roknya karena takut.

Lima belas menit kemudian mereka tiba di rumah sakit. Gatra menggendong istrinya dan berlari membawanya ke IGD.

Beberapa perawat dan dokter datang ketika Gatra membaringkan istrinya di ranjang rumah sakit. Ia sendiri lalu disuruh keluar sementara Kinara mendapatkan penanganan.

"Apa yang terjadi tadi?" tanya Gatra pada Sonya setelah ia berada di luar.

"Tiba-tiba Kinara mengeluh perutnya sakit. Tapi dia sudah minum obat. Mungkin penyakitnya kambuh," sahut Sonya.

"Apa dia makan sesuatu?"

"Dia malah belum sempat makan Om."

Gatra menatap Sonya dengan pandangan yang sulit diartikan. Sonya merasa sedikit takut.

Lelaki itu menghembuskan nafasnya kasar. Ia tahu selain fisiknya tidak boleh lelah, secara emosional Kinara juga tidak boleh tertekan. Pasti ada sesuatu yang membuat emosinya tidak stabil.

Beberapa saat kemudian pintu ruangan terbuka dan seorang dokter keluar.

"Bagaimana keadaan istri saya Dokter?" Gatra segera menyongsong dokter itu. Sonya merasa pendengarannya keliru waktu ia mendengar pertanyaan Gatra.

Istri?

"Kondisinya sudah stabil. Janinnya baik-baik saja. Sesudah infusnya habis sudah diperbolehkan pulang. Tapi kondisinya harus benar-benar dijaga. Terutama kondisi emosionalnya." Gatra terlihat mengangguk.

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang