37

1.3K 110 26
                                    

Sudah seminggu Gatra tidak menghubungi Kinara karena kesibukannya. Jadwal rilis produk baru perusahaannya yang ketat membuatnya tidak sempat meskipun hanya sekedar mengirimkan pesan. Ia sangat rindu, namun pekerjaannya adalah tanggung jawabnya terhadap kelangsungan hidup ribuan karyawannya dan keluarga mereka.

Siang ini ia ingin menyempatkan diri sebentar di tengah jadwalnya yang padat untuk menemui gadisnya dan melihat keadaannya.

Ia menelepon untuk menanyakan keberadaan gadis itu. Satu, dua, tiga kali panggilan tidak dijawab. Ia berpikir Kinara masih di ruang kelas, tidak memungkinkan untuk menjawab panggilannya. Ia memutuskan untuk langsung saja ke kampus dan menjemputnya.

Gatra memarkir mobilnya di dekat halte. Ia duduk menunggu, mungkin kelas Kinara hari ini belum selesai. Ia menunggu dengan sabar di dalam mobil, sembari memandangi orang yang silih berganti datang dan pergi di halte itu. Tidak terasa sudah 30 menit dan Kinara belum muncul.

Ia turun dari mobil, memutuskan masuk ke dalam kampus. Siapa tahu ia bisa bertemu gadis itu atau paling tidak salah satu temannya untuk bertanya.

Beruntung, sampai di gerbang kampus ia bertemu Dewa berboncengan dengan Dika hendak keluar. Kedua pemuda itu melihatnya, lalu menghentikan kendaraannya untuk menyapanya.

"Om." Keduanya menyalaminya dengan sopan.

"Baru pulang?" tanya Gatra.

"Iya Om," jawab Dewa.

"Sebenarnya sudah dari tadi, tapi kami mampir ke perpustakaan dulu," jawaban Dika.

Gatra mengangguk.

"Eee...Kinara?"

Kedua pemuda itu berpandangan.

"Kinara tidak masuk Om," Dika yang menjawab.

Gatra terkejut. "Sejak kapan? Apa dia sakit?"

Dewa menggeleng dan Dika menjawab, "Sudah dua hari Om, tapi tidak ada kabar dia sakit atau ijin."

"Oh. Baiklah kalau begitu. Biar saya tengok ke apartemennya," ujar Gatra.

Kedua pemuda itu mengangguk, lalu menyalaminya untuk berpamitan.

"Kalian hati-hati di jalan," pesannya yang ditanggapi anggukan oleh keduanya.

Gatra lalu kembali ke mobilnya dan bergegas memacunya ke apartemen Kinara. Tiba di sana, tanpa membuang waktu ia naik ke unit yang dihuni gadis itu. Perasaannya mulai tidak enak.

Ia membunyikan bel berulang kali, namun pintu tidak juga dibukakan. Seorang gadis keluar dari unit di sebelah unit Kinara. Kelihatannya hendak membuang sampah.

"Maaf, apa kamu tahu ke mana penghuni unit ini?" tanyanya segera.

Gadis itu memandang pintu unit Kinara.

"Sepertinya sudah beberapa hari dia tidak pulang. Mungkin mudik," jawab gadis itu. "Cuma aneh saja, kenapa dia mudik tengah minggu begini?"

Gadis itu mengangguk sopan ke arahnya, lalu pergi meneruskan langkahnya. Gatra terpekur sendiri. Ke mana Kinara? Apakah ia pulang ke rumah orang tuanya? Apakah gadis itu sakit dan merindukan ibunya?

Ia segera mengeluarkan ponselnya dan menelepon.

"Halo Om! Ada apa? Tumben menelepon siang-siang begini."

"Itu Lang." Gatra menggaruk dahinya. "Apakah Kirana pulang ke rumah mamamu? Temannya mengatakan dia tidak masuk kuliah. Ini saya sedang berada di depan apartemennya, dia tidak ada."

"Oh, saya juga tidak tahu Om. Coba nanti saya tanyakan kepada mama."

"Baiklah. Tolong kabari saya secepatnya."

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang