27

1.9K 130 19
                                    

Maaf, mungkin beberapa kali readers merasa diprank dengan notifikasi update tetapi tidak bisa dibuka. Masalahnya ada pada gadget penulis. Saat menulis terlalu lama, kadang naskah bisa terpublikasi sendiri. Dan saya baru ngeh. Maklum barang lama. Sekali lagi maaf.

*******

Siang yang panas. Erina baru saja mengakhiri panggilan telepon dari Danu, suaminya. Pria itu ingin memastikan persiapan jamuan makan malam informal yang dipesan Gatra untuk teman-temannya.

Ya, akhirnya Doni dan beberapa kawannya yang lain menyetujui usul Gatra untuk bertemu sekaligus makan malam di sebuah cafe. Tentu saja semua ditanggung Gatra. Ia menyewa seluruh cafe milik Erina yang nota bene istri sepupunya untuk keperluan itu.

Semua sudah siap untuk nanti malam. Ia juga sudah selesai memberikan pengarahan kepada koki dan karyawannya. Entah berapa orang yang akan datang nanti. Gatra membebaskan teman-temannya untuk hadir dan boleh mengajak siapa saja.

Pukul delapan malam, pemilik acara datang bersama asistennya yang dulu juga satu sekolah dengannya, suaminya Danu. Danu mencium pipi istrinya sekilas dan menanyakan beberapa hal.

Beberapa menit kemudian, tamu pertama datang. Dua orang pria bersama pasangan masing-masing. Disusul beberapa tamu lagi beberapa menit berikutnya. Semakin malam tamu yang datang semakin banyak. Ada yang membawa pasangan, ada yang datang sendiri, ada yang datang bersama teman atau kerabatnya.

Gatra dan Danu menyambut tamu-tamu mereka dengan ramah, terutama Danu yang memang berpembawaan ramah.

"Hai Han! Di mana kau sekarang?" tanya Gatra kepada Burhan. Pria itu datang bersama istrinya. Di kehidupannya yang lain, Gatra ingat temannya ini sibuk dengan beberapa jalang di klab malam. "Berapa tahun tidak bertemu?"

"Dua lima mungkin?" Burhan mengerutkan dahi untuk mengingat. Sejak lulus SMA mereka memang baru bertemu kali ini. "Ini istri gue."

Gatra menyalami perempuan mungil berkulit sawo matang itu, kemudian mempersilakan keduanya untuk masuk dan bergabung dengan yang lain.

"Ayo bersulang untuk Doni yang baru pulang dari Aussi!" seru Danu. Ia mengangkat gelas di tangannya. "Juga untuk Burhan yang baru keluar dari sarang semut!" Teman-temannya menertawakan kata-katanya.

"Juga untuk Gatra! Dia yang menggagas pertemuan ini dan menyiapkan semuanya!" tambah Doni. "Thanks Gat!"

Gatra mengangkat gelas di tangannya ketika teman-temannya mengangkat gelas masing-masing sambil memandangnya.

Acara itu mengalir begitu saja. Karena Gatra menggagas acara itu hanya untuk bertemu dan mempertemukan teman-temannya, maka tidak ada acara formal dengan protokoler khusus. Semua bebas berbincang dengan siapa saja dan memesan makanan dan miniman sepuasnya.

"Nggak ada alkohol Gat?" Yosa menghampirinya.

"Ini cafe, bukan bar," jawab Gatra kalem.

Yosa mendengus sinis. "Lo nggak berubah. Nggak menikmati hidup."

Gatra hanya menanggapinya dengan senyum.

"Gue dengar lo ada kerjasama dengan Marco Plantation dari Belanda?" tanya Yosa lagi.

"Ya. Sudah berjalan beberapa tahun. Kami membuatkan perangkat lunak untuk proses paska panen mereka."

"Gue dengar lo buka cabang perusahaan di Belanda? Bukannya banyak perusahaan sejenis di sana? SDM di sana juga bukannya lebih bagus?"

"SDM kita tidak kalah. Buktinya perusahaanku bisa bersaing dengan perusahaan sejenis dari berbagai negara. Padahal semua karyawanku adalah orang Indonesia."

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang