Pertiwi dan Amora datang sebelum waktu makan siang. Waktu itu Gatra masih berada di kantor. Hanya ada Amanda dan Erina menemani Kinara.
"Mama!" Kinara terkejut melihat ibu dan kakaknya datang. Pertiwi segera menghambur memeluk putri bungsunya. Mereka bertangisan.
"Kamu baik-baik saja Nak? Kenapa kamu tidak mengabari mama Sayang?"
"Maafkan Kinara Ma. Nara sudah mengecewakan mama. Nara takut bertemu mama. Nara takut mama marah."
"Justru mama sedih karena tahu kondisi kamu dari orang lain. Kamu selalu punya mama Nak. Kamu tidak sendirian."
"Maafkan Nara Ma."
Kinara lalu memeluk kakaknya.
"Maafkan Nara ya Kak. Maaf Nara sudah bikin malu mama dan kakak."
Amora tidak bisa berkata-kata. Mereka menangis beberapa lama. Erina dan Amanda menyingkir karena tak ingin mengganggu reuni keluarga itu.
"Bagaimana kondisi kamu Sayang? Pak Gatra bilang kondisi kamu lemah," tanya Pertiwi.
"Mama sudah ketemu Om Gatra?"
"Kemarin dia datang ke rumah. Dia sudah menceritakan semuanya. Dia minta maaf dan meminta kamu untuk menjadi istrinya. Bagaimana dengan kamu Nak? Kamu masih muda sekali. Mama tidak tega melepas kamu untuk menikah. Apalagi dengan laki-laki yang jauh lebih dewasa seperti pak Gatra. Dia lebih pantas jadi ayahmu. Tapi memang pilihan paling benar bagimu adalah menikah dengannya, karena bayi di dalam kandunganmu adalah darah dagingnya. Lagi pula dia adalah pria yang bertanggung jawab. Mama memang kecewa atas perbuatannya padamu. Sangat kecewa. Tapi sekali lagi, dia sudah menunjukkan kesungguhannya. Bagaimanapun dia tetap pilihan terbaik."
"Nara nggak tahu Ma. Nara bingung. Nara masih mau kuliah. Nara takut jadi istri, apalagi jadi ibu. Nara belum siap."
Pertiwi membelai rambut panjang Kinara dengan mata berkaca-kaca. Anak gadisnya memang masih sangat muda.
"Kamu masih tetap bisa kuliah dan meraih cita-cita kamu. Pak Gatra menjamin itu di hadapan mama. Dia pasti tidak akan ingkar janji. Soal menjadi ibu, mau tidak mau peran itu harus kamu jalani Nak. Ada si kecil di dalam rahimmu. Dia akan tumbuh setiap hari dan membesar di perutmu. Seiring dengan itu ikatan di antara kalian akan menguat. Perasaan sayangmu padanya akan tumbuh semakin besar. Percaya sama mama, kamu juga akan semakin siap untuk menjadi ibunya. Apalagi saat dia lahir, nyawa pun pasti akan rela kamu pertaruhkan untuknya," tutur Pertiwi.
"Kakak dan mama juga akan selalu mendampingimu. Kamu tidak akan sendirian Nara. Apalagi Om Gatra melakukan semua yang terbaik untuk kamu. Kita akan membesarkan anakmu bersama-sama. Kamu pasti bisa Nara!" sambung Amora.
"Ehm! Kakak bawa kesukaan kamu," ujar Amora mencairkan suasana.
"Apa Kak?" wajah Kinara langsung berbinar.
"Tara!" Amora menunjukkan camilan kesukaan Kinara yang khusus dibuat dan dibawakannya.
"Cheese cake!" seru Kinara.
Amora menyodorkan kotak berisi kue itu. Tapi tiba-tiba Kinara menutup mulutnya. Wajahnya mengernyit.
"Huek! Baunya nggak enak! Kakak bikinnya pakai keju basi ya!" Ia segera turun dari ranjang dan berlari ke kamar mandi. Pertiwi menjerit karena infus di tangan Kinara terlepas begitu saja.
Kinara mengeluarkan seluruh isi perutnya. Pertiwi mengelus dan memijit lembut tengkuknya.
"Mama, Nara lemes," rengeknya. "Kuenya baunya nggak enak Ma."
"Kakak bikinnya pakai resep biasanya Nara," Amora membela diri.
"Ini enak loh Ra," ujar Amanda yang sudah memotong dan menikmati cake dari Amora.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
General FictionKisah seorang pria yang ingin mengulang waktu untuk memperbaiki semua yang diakibatkan oleh kesalahannya. #cover dan gambar diambil dari Pinterest