Dewa, Dika dan seorang anggota polisi bernama Ridho berada di balik tembok SD yang mangkrak. Mereka mengamati lewat laptop apa yang terjadi di dalam bangunan tempat Gatra masuk.
Mereka sempat was-was waktu Gatra digeledah, untungnya lawan tidak mencurigai penjepit dasi yang dipakai Gatra. Kemudian terlihat Gatra masuk ke sebuah ruangan dan bertemu orang yang mereka duga penculik Kinara, Yosa.
Terlihat ada percakapan, namun tidak bisa mendengar. Kemudian mereka cukup terkejut ketika melihat Kinara muncul dengan tangan terikat. Lalu ketegangan melanda mereka ketika melihat Kinara berlari dan terlihat tangan Gatra melempar lipatan kertas.
Suasana tampak agak ricuh ketika Yosa berusaha menangkap kertas yang melayang namun gagal dan justru kembali kepada Gatra. Yosa kelihatannya marah dan mengeluarkan sesuatu dari balik kemejanya. Namun bersamaan dengan itu tangan kiri Gatra terlihat melempar sesuatu ke dahinya dan membuatnya mundur ke belakang dan sesuatu yang diambilnya tadi terlepas. Dahi Yosa tampak mengeluarkan darah.
Ketiganya berpandangan.
"Apa yang dilempar om Gatra tadi?" tanya Dika kepada Dewa.
Dewa menggeleng. "Yang jelas sesuatu yang berat dan punya pinggiran atau ujung tajam," jawabnya.
Sesudahnya hanya terlihat kamera bergoyang-goyang. Kelihatannya pria itu sedang berlari. Hingga akhirnya hanya tampak pemandangan gelap.
"Kelihatannya pak Gatra sudah sampai ke area bangunan yang gelap," kata Ridho. Lalu anggota polisi yang masih muda itu terlihat menghubungi rekannya.
Kembali kepada Gatra dan Kinara, keduanya masih berada di sudut gelap. Kinara menggenggam erat tali sabuk tanpa kepala itu erat-erat.
Mereka mendengar langkah kaki.
"Kinara, kamu diam di sini. Nanti Om akan menjemput kamu," bisiknya. Dilepasnya penjepit dasinya, lalu dipasangkannya ke baju gadis itu.
Dalam gelap Kinara mengangguk. Ia agak takut ditinggal dalam gelap, tapi ia percaya Gatra punya rencana.
Gatra mengendap-endap keluar, merunduk meninggalkan bangunan gelap dan menuju tembok belakang. Dari jauh ia melihat beberapa orang berkeliaran ke sana ke mari, kelihatannya mencari mereka. Di sisi lain, ia melihat juga beberapa orang menuruni tembok di bagian yang gelap.
Dilihatnya dua orang berbadan kekar menuju rumah cuci, ke bagian di mana ia meninggalkan Kinara tadi. Ia mengambil kerikil dan melemparnya bersama pulpen yang tadi masih dibawanya. Benda itu jatuh tak jauh dari bangunan yang mirip aula.
Kedua orang tadi menghentikan langkahnya, lalu mencari sumber suara. Mereka tidak jadi ke rumah cuci, melainkan membelokkan langkah ke arah aula. Salah seorang menemukan pulpen yang dilemparnya tadi, lalu memandang aula yang tertutup. Keduanya terlihat berunding, lalu berjalan mendekati aula.
Ketika mereka memasuki aula, Gatra berbalik arah, hendak menjemput Kinara. Sayang ia agak gegabah, kakinya tak sengaja menginjak ranting sehingga menimbulkan suara yang cukup menarik perhatian di tempat sepi itu. Salah seorang yang belum sepenuhnya masuk ke aula menengok keluar dan melihatnya. Orang itu berseru dan mengejarnya.
"Hei! Awas kau! Berhenti!"
Gatra berbalik arah, berlari menjauh dari rumah cuci. Ia sudah melihat beberapa orang menuruni tembok tadi, yang diperkirakannya adalah bagian dari polisi. Mereka pasti akan menemukan Kinara dan menyelamatkannya.
Di depan, ternyata Yosa dan anak buahnya sudah menghadang. Teriakan anak buahnya tadi rupanya sudah menarik perhatian mereka. Yosa mendekatinya seraya menyeringai.
"Geledah dia!" perintah Yosa kepada anak buahnya.
Gatra mengangkat sebelah alisnya. Ia mengangkat kedua tangannya ketika digeledah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
General FictionKisah seorang pria yang ingin mengulang waktu untuk memperbaiki semua yang diakibatkan oleh kesalahannya. #cover dan gambar diambil dari Pinterest