Siang yang cukup terik. Suasana kampus cukup lengang. Sebagian mahasiswa sudah pulang. Sebagian sedang mengikuti kuliah dan sebagian yang lain sedang mengikuti UKM. Sebagian lagi yang masih tinggal di kampus tanpa kegiatan sedang menghabiskan waktu di berbagai sudut kampus yang luas itu.
Seperti Kinara. Ia sedang menunggu temannya di bangku besi yang memang banyak tersedia di penjuru kampus. Ia dan Amanda masing-masing mengikuti kelas yang berbeda tadi. Dan tampaknya kelas yang diikuti Amanda belum usai.
"Sendirian Ra? Amanda mana?" tegur seseorang dibarengi segelas es teh diulurkan kepadanya.
Kinara mendongak dan mendapati Dewa temannya sedang mengulurkan segelas es teh padanya. Di tangannya yang lain ada minuman yang sama. Pemuda itu memandangnya dan mengangguk ke arah minuman itu, sebagai isyarat agar Kinara menerimanya.
"Thanks Wa," kata Kinara sembari menerima minuman itu. "Tumben."
Dewa duduk di sampingnya, setengah lengan jaraknya.
"Tumben?" Dewa mengangkat sebelah alis. "Gue yang sering traktir lo perasaan."
Kinara tertawa renyah. "Tumben cuma es teh," sahutnya terkekeh. "Gue belum selesai ngomong."
"Btw makasih," lanjutnya.
Entah Amanda atau Dewa, keduanya sangat memperhatikannya. Di antara mereka bertiga dia seperti si bungsu yang dimanjakan.
"Lo masih ada kelas Wa?" tanya Kinara setelah kekehannya habis.
Dewa menggeleng. "Barusan kelar kelasnya bu Fitri."
"Kok cepet?"
"Bu Fitri mau ke luar kota. Jadi cuma ngasih tugas sama penjelasan sedikit tadi."
Keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Kinara berulang kali menengok arlojinya. Dewa meliriknya.
"Amanda kok lama ya?" gerutu Kinara lirih.
Dewa ikut menengok jam di ponselnya.
"Dia ikut kelas pak Gean?" Kinara mengangguk. "Seharusnya sudah selesai dari tadi."
"Iya. Ke mana lagi tuh anak," Kinara sedikit mengomel.
"Itu dia baru nongol!" Dewa menunjuk ke satu arah. Benar saja, Amanda muncul bersama seorang temannya yang lain.
"Lama!" ketus Kinara begitu Amanda tiba di depannya. Temannya itu hanya nyengir.
"Sorry Ra! Amanda gue bajak sebentar tadi," kata Sonya yang datang bersama Amanda.
"Jadi?" Amanda memandang Kinara.
"Jadi dong!" sahut Kinara sambil berdiri.
"Mau ngapain?" Dewa bertanya.
"Mau menengok Dika. Katanya dia habis jatuh waktu benerin genteng," sahut Kinara. "Mau ikut?"
Dewa berpikir sebentar kemudian mengangguk.
"Lo sama Sonya ya Wa. Gue mau mampir beli buah dulu sama Kinara," kata Amanda.
"Mending lo beli buahnya sama Dewa deh Man!" celetuk Kinara. "Lebih enak naik motor daripada naik angkot."
"Lalu lo?"
"Gue kan nggak mampir-mampir, nggak apa-apa gue naik angkot sama Sonya. Iya kan Son?" Kinara memandang Sonya dengan pandangan memohon agar temannya itu menyetujui usulnya.
"Mending gue sama Dewa yang beli buah," sahut Sonya. "Mana duitnya, gue beliin!"
Dengan agak cemberut Kinara mengeluarkan selembar uang merah dari sakunya. Amanda juga mengeluarkan uang dengan nominal yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
General FictionKisah seorang pria yang ingin mengulang waktu untuk memperbaiki semua yang diakibatkan oleh kesalahannya. #cover dan gambar diambil dari Pinterest