XII

62.7K 6.1K 365
                                    

Happy Reading all!!

🦖

Syila melambaikan tangannya pada mobil yang mengantarnya, ia dengan langkah riang berjalan memasuki gerbang sekolahnya yang super tinggi dan besar.

Masih dengan aura bahagia yang menguar, Syila bahkan dengan sukarela menebar senyumnya pada orang-orang yang di lewatinya. Begitu akan melewati parkiran, Syila mendapati Gara masih duduk di atas motornya.

Syila melambai riang, ia menyapa cowok itu dengan senyum cerah di bibirnya.

"Kak Gara!"

Dengan langkah super semangat, Syila menghampiri Gara yang hanya diam saja.

"Ngapain masih disini, Kak?" Tanya Syila dengan tangan memegangi tali tasnya kanan kiri.

Gara tak menjawab, wajahnya bahkan tak menunjukkan riak apapun sedari tadi. Cowok itu hanya turun, berdiri menjulangi Syila dan menatap cewek itu tanpa ekspresi.

"Ikut gue."

Syila mengerutkan kening, pagi-pagi begini kenapa nada suara Gara sudah menyeramkan begitu? Tak ingin di tinggalkan, Syila segera saja berlari menyusul Gara yang sudah jalan di hadapannya.

"Mau kemana, Kak?" Tanya Syila penasaran. Mereka bahkan tak sama sekali menaiki lantai atas, mereka hanya berjalan di sepanjang koridor kelas sepuluh.

Menatap Gara yang tak kunjung menjawabnya, Syila tak lagi bersuara. Ia hanya bisa menatap Gara dari samping, rahang tegas itu mengetat sempurna. Sangat kokoh.

Mengalihkan pandangan, Syila diam, sepertinya Gara sedang dalam mood yang tidak baik.

Semakin jauh mereka berjalan, semakin sepi pula tempat yang mereka lewati, dan Syila tau mereka kini tengah mengarah kemana.

"Ngapain ke belakang sekolah?" Gumam Syila, suaranya kecil tapi masih mampu tertangkap di indera pendengaran Gara.

Begitu sampai di area belakang sekolah yang begitu sepi dan hanya ada mereka berdua, Syila tiba-tiba saja di kejutkan oleh perlakuan Gara yang menarik tangannya dan memojokkannya ke dinding.

Syila kaget tentu saja, matanya melebar dengan horor menatap Gara yang berdiri menjulang di hadapannya. Meski cowok itu tak mengukung nya seperti yang ia baca di novel-novel, tapi tetap saja saat ini Gara menghimpitnya dengan jarak yang hanya menyisakan satu langkah kaki cowok itu.

"K-kenapa, Kak?" Tanya Syila gugup. Meskipun seringkali berada di jarak dekat dengan Gara, dan sudah sering mendapat ancaman mengintimidasi dari cowok itu, tapi kali ini rasanya berbeda. Gara yang diam menatapnya tajam lebih menyeramkan dari yang lalu-lalu.

"Pergi sama siapa, Lo semalam?" Tanya Gara dingin, tak ada nada bersahabat sedikitpun dalam kalimatnya.

Syila mengernyit bingung, "maksudnya?" Tanyanya tak paham. Untuk apa pula Gara menanyakan hal semacam itu.

Rahang Gara mengeras, dengan hentakan bunyi yang membuat Syila kaget, sebelah tangan Gara kini sudah berada di tembok, tepat di samping kepala Syila.

"Gue tanya, Lo semalam pergi sama siapa?" Kalimat itu Gara beri penekanan agar Syila paham.

Syila mengerjapkan matanya, terlalu bingung hingga membuatnya tak jua membuka suara.

"Jawab Syila," desis Gara tajam, kini dagu Syila sudah berada dalam genggamannya dan mata mereka saling bertubrukan.

Syila menelan ludah susah payah, matanya berkeliaran kesana kemari dengan jantung berdebar kencang. Syila takut, takut pada Gara dan juga posisi mereka yang bisa saja menimbulkan dugaan-dugaan tak mengenakkan jika ada yang melihatnya. Maka dari itu, dengan sisa keberaniannya, Syila meletakkan kedua tangannya di dada Gara, mendorong cowok itu semampu yang ia bisa.

Gara My BoyfieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang