Happy Reading All!!
🦖
Menjadi pacar sungguhan Gara sebenarnya tak pernah terbayang dalam ekspektasinya. Sama sekali tak pernah. Karena sejujurnya, Syila takut membayangkan. Gara itu seperti terlalu jauh untuk ia jangkau, meski sedekat itu, Syila merasa tak mungkin mampu memiliki Gara.
Apalagi, Gara pernah mengatakan bahwa ia sudah di jodohkan. Patahlah sudah segala kemungkinan yang mulai terbayang di pikiran Syila. Gara si good looking, good rekening, good brain, rasa-rasanya bagaimana mungkin bisa ia miliki?
Tapi sekarang, hoho, Gara sudah menjadi pacarnya. Syila boleh tidak pamer? Boleh dong, apalagi saat ini ia tengah di suguhkan pemandangan tampan Gara yang baru saja selesai mandi.
"Kak Siya, nanti jayan-jayan yagi! Kita beyi bayon yagi, yang besay!" Kara dengan semangat bercerita di balik layar, ia duduk dalam pangkuan Gara yang saat ini tengah melakukan video call bersamanya.
Syila tersenyum, mengangguk dengan jempol teracung sebagai persetujuan. "Siap, nanti kita beli banyak-banyak."
"Kak Siya mau bayon apa? Kayau Kaya mau bayon boboboy."
Mendengar pertanyaan itu, Syila memegang dagunya, merotasikan matanya ke atas dan berpikir sebentar.
"Kakak mau balon... Marsha!"
"Okey! Nanti kita beyi!"
Syila dan Kara asik berbincang, kadang kala juga tawa menguar dari bibir Syila saking lucunya anak laki-laki mungil yang tengah berada di pangkuan pacarnya tersebut. Hah... Andai ia punya seorang adik, pasti akan sangat menyenangkan. Meskipun nanti akan sering bertengkar, setidaknya ia tidak akan kesepian.
Namun di tengah keasikan dua orang itu, mereka melupakan Gara yang sedari tadi hanya diam. Sedikit rasa penyesalan ia rasakan karena memperbolehkan Kara ikut video call bersamanya dan Syila, tapi tak urung, Gara juga senang. Ia senang melihat tawa Syila kembali, senyum cantik perempuan itupun tak Gara lewatkan sama sekali malam ini. Ia sampai men-screenshoot nya dan rencananya akan ia jadikan wallpaper.
Tak lama kemudian, perbincangan dua manusia berbeda usia tersebut harus usai. Disebabkan karena Kara yang sudah mendapatkan panggilan dari Daddynya yang baru saja pulang kerja.
"Seru ngobrolnya?" Tanya Gara, tubuhnya bersandar nyaman pada kursi belajarnya. Dan satu kebiasaannya lagi, cowok itu tak mengenakan bajunya setiap kali sehabis mandi malam. Katanya sih, akan dikenakan saat nanti akan tidur.
"Seru dong, Kara 'kan lucu, jadi pengen gue bawa pulang." Ungkap Syila, ia menyengir kecil akan kalimatnya.
"Kenapa nggak gue?"
"Apanya?" Syila bertanya, kurang jelas akan pertanyaan Gara yang terkesan tidak komplit.
"Yang di bawa pulang."
Syila langsung melotot mendengarnya, "nggak usah aneh-aneh." Serunya dengan mata melirik Gara sangsi.
Gara yang semula wajahnya datar-datar saja, terkekeh kecil melihat ekspresi Syila. Gara kemudian menegakkan badannya, matanya pun memicing tajam menatap layar ponselnya.
"Coba pakai itu," Gara menunjuk sesuatu, yang membuat Syila langsung menoleh mengikuti arah telunjuk Gara.
"Yang mana?" Tanya Syila bingung, ia sampai celingukan guna mencari apa yang Gara maksud.
"Itu, telinga kelinci?" Gara juga sedikit kurang yakin saat menyebut barang yang ia maksud, karena sejujurnya, apa yang ia lihat tak begitu jelas karena ada di belakang Syila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara My Boyfie
Romance"Pasangin dasi." "Bawain tas gue." "Sisirin." "Suapin." Dan banyak lagi perintah si tuan muda Sagara Azam Pratama pada adik kelasnya, Arrsyila Zakia. Bukan karena Syila itu cupu, atau Syila gampang di bully, bukan juga karena Syila yang merusak bara...