IV

72.9K 6.8K 356
                                    

Happy reading all!

🦖

Selesai rapat OSIS, Gara buru-buru menuju parkiran. Dengan langkah lebar dan Jaket kulit hitam yang melekat di badannya, cowok itu terlihat makin gagah, membuat para anggota OSIS perempuan semakin terjerat akan pesona dari keturunan pertama Bara dan Nara tersebut.

"Gara! Tungguin gue, elah!" Teriak Jayden---cowok ber-hoodie hitam yang tengah berlari kecil menghampiri Gara. Jayden itu satu dari tiga sahabat akrabnya Gara, cowok jangkung yang tingginya bahkan melebihi Gara, hampir dua meter.

Gara ini mmemiliki dua sahabat akrab sejak zaman SMP,  pertama Caka, dan kedua Davano. Jayden sendiri merupakan sahabat Gara sejak TK, bahkan orang tua antara kedua belah pihak sudah saling akrab.

"Kenapa?" Gara menoleh, menatap penuh tanya pada senior tergalak dan anggota OSIS kedua setelah Gara yang paling disegani.

"Lo mau kemana?" Tanya Jayden, cowok itu membenarkan letak tasnya terlebih dahulu.

"Nyariin kado Liora," jawab Gara. Ia memang berencana mencarikan adik keduanya kado ulang tahun yang ke-15 tahun.

"Pas banget, gue titip." Jayden mengeluarkan dompet dari kantung celananya, cowok itu kemudian mengambil salah satu kartu kredit yang ada di dalamnya.

"Lah? Kenapa gue?" Heran Gara yang masih belum mau menerima kartu tersebut.

Jayden berdecak, ia meletakkan dengan paksa kartu kreditnya di tangan Gara. "Gue nggak sempet, nggak bisa datang juga kayaknya, jadi Lo aja yang beliin sekalian kasihin."

"Lo emangnya mau kemana?" Tanya Gara, tumben-tumbenan sahabatnya yang satu ini tak bisa hadir, biasa cowok itu paling duluan tiba sebelum sahabat-sahabatnya yang lain hadir.

"Biasalah, gue ada rapat keluarga."

Mendengar itu, Gara langsung mengangguk, ia kini paham rapat apa yang Jayden maksud.

"Kadonya apa?" Tanya Gara.

"Apa, ya?" Cowok itu masih sempat-sempatnya bertanya, membuat Gara menghela nafas karena harus menunggu.

"Emm ... Kalung aja deh, kalung." Putus Jayden.

"Itu kado gue," protes Gara tak terima, ia sudah memikirkan hadiah tersebut selama tiga hari lamanya dan Jayden ingin menyamai? Jangan harap ia mau.

"Ck, sepatu ajalah." Putus Jayden kembali setelah memikirkannya cukup lama. "Jangan yang murah tapi, ya?" Peringat Jayden.

"Ribet Jay," Gara ingin menolak, tapi Jayden segera menyela.

"Bilang aja Lo nggak tau ukuran sepatu adik Lo," sewot Jayden.

"Mana ada! Gue tau!" Sewot Gara balik, ia tak terima dikatai seperti itu, padahal aslinya ia lupa-lupa ingat ukuran kaki mungil adiknya tersebut.

"Uku---"

"Gue bilang, gue tau!" Sela Gara geram, ia tak terima jika Jayden lebih tau tentang adiknya ketimbang dirinya.

Mendengkus dengan jengkel, Gara berlalu pergi meninggalkan Jayden yang mendecih menatapnya.

Setibanya di parkiran, Gara segara membuka pintu mobilnya, ia dibuat terdiam sebentar sebelum memasuki mobilnya begitu melihat Syila yang tertidur dengan kresek jajan yang di taruh di pangkuan dan sebungkus cokelat yang masih dalam genggaman.

Gara menggeleng kecil, ia memasuki mobil tanpa menimbulkan suara yang gaduh. Cowok itu tak langsung menjalankan mobilnya, ia terlebih dahulu mengambil cokelat dalam genggaman Syila dan memasukkannya kedalam kresek. Ada lebih dari lima buah cokelat dengan merk berbeda-beda di dalam sana, bahkan ada cokelat mahal dari luar negeri. Cokelat-cokelat itu bukan Gara yang membeli, melainkan pemberian dari para perempuan yang menyukainya.

Gara My BoyfieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang