XVII

62.9K 6.4K 201
                                    

Happy Reading all!!

🦖

Syila mengaduk makanan di hadapannya tanpa selera, ia lapar tapi tak selera makan sama sekali. Benar-benar tak selera.

"Kok nggak di makan makanannya? Nggak enak? Mau Om pesanin yang lain?" Tanya pria paruh baya yang duduk tepat di hadapannya.

Syila mendongak, menggeleng kecil dan langsung saja melahap makanannya meski tanpa minat.

"Mau tukeran sama punya Mama?" Wanita di sebelahnya, perempuan yang masih tampak cantik meski sudah mempunyai anak sebesar dirinya bertanya dengan lembut.

Syila menatap Mamanya, menggeleng kecil dengan senyum kecil di bibirnya. "Nggak usah, Ma." Tolaknya sambil kembali melanjutkan makan.

Tadi, saat pulang sekolah, Syila di jemput oleh Mamanya dan di bawa menuju salah satu restoran yang sering mereka kunjungi. Awalnya Syila kira mereka hanya akan makan berdua atau bersama sang Papa. Tapi yang terjadi malah lain dari dugaannya. Bukannya Papanya, orang yang duduk di hadapannya ini malah teman Mamanya.

Syila bukan tak suka pada pria berwibawa di hadapannya ini, hanya saja, perasaan Syila benar-benar tak nyaman. Laki-laki bernama Om Brata di hadapannya ini, ada seakan memang untuk menciptakan sosok ayah baru untuknya. Syila benar-benar merasakan perasaan tersebut.

"Gimana sekolahnya tadi?" Tanya Om Brata di sela makannya.

"Lancar-lancar aja, Om." Syila hanya menjawab seadanya, yang terpenting ia tetap bersikap sopan.

"Oh ya, Mama kamu bilang, kamu lagi suka-sukanya belajar bikin kue, bener?" Tanya Om Brata lagi.

Syila mengangguk.

"Om bisa bikin kue, nanti kalau Om ada waktu senggang, kita bikin sama-sama, ya." Tawar Om Brata dengan senyum hangatnya, terlihat benar-benar tulus.

"Iya, Om."

"Bagus kalau gitu, nanti kita atur waktu."

Syila hanya kembali memamerkan senyum kecilnya, terbatuk kecil, Syila menatap Mamanya.

"Ma, aku ke toilet dulu, ya." Syila berdiri, berpamitan pada Mamanya. Mamanya hanya mengangguk, memperhatikan Syila yang berjalan menuju toilet dengan tatapan sendu.

Menatap pria di hadapannya, tangan Rindu---Mama Syila, yang berada di atas meja di genggaman begitu saja oleh Brata.

"Syila butuh beradaptasi, kita coba terus." Ucapnya dengan senyum teduh menenangkan.

-o0o-

Berjalan melewati toilet, Syila tak benar-benar ingin masuk ke dalamnya. Ia lebih memilih berjalan menghampiri salah satu pohon kecil yang di jadikan hiasan di sana.

Syila berjongkok, ia memainkan dedaunan yang menumpuk penuh pohon kecil tersebut. Hanya hal tersebut yang ia lakukan selama kurang lebih dua menit. Jari bergerak memainkan daun, tapi pikiran kemana-mana.

"Go go Daddy!"

Suara kecil penuh semangat itu membuyarkan lamunan Syila, membuat dirinya menoleh mencari sumber suara. Dan siapa sangka, di dekat pintu toilet khusus laki-laki yang berada tak begitu jauh dari posisinya, berdiri Kara dengan setelan celana pendek dan kaos mungil dengan merk ternama.

"Sabar Kara." Kali ini, satu suara berat dengan nada lembut itu membuat Syila mendongakkan kepala. Menatap si empu suara yang berdiri gagah dengan setelan jas kerjanya.

Gara My BoyfieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang