V

73.4K 6.4K 159
                                    

Happy Reading all!!

🦖

Di dalam kamarnya, Syila tengah duduk di atas kasur sambil memperhatikan sepasang sepatu yang masih ada di dalam kotak.

"Lo itu sebenarnya baik, Kak, baik banget malah. Cuman ya, Lo nyebelin, tukang perintah lagi. Apa-apa harus di turutin, kalau nggak di turutin ngancam, mana ujungnya beneran lagi." Syila curhat pada sepasang sepatu di hadapannya. Ia curhat tentang sifat si pemberi sepatu tersebut yang benar-benar membingungkan.

Mengangkat sebelah sepatu itu dari kotaknya, Syila kembali mengingat bagaimana cara Gara memberikannya sepatu ini.

Flashback on

Laju mobil yang Gara kendarai melambat begitu hampir sampai di depan rumah Syila. Tadi, setelah dari mall mereka tak jadi makan, jadilah langsung pulang dan Gara harus mengantar Syila karena ia yang membawanya.

Begitu mobil berhenti, Syila langsung melepas seat belt nya, ia akan turun tapi suara Gara menginterupsi.

"Jajannya jangan lupa," peringat cowok itu.

"Oh, iya!" Syila hampir lupa, untung saja Gara mengingatkan. Turun dari mobil, Syila beralih membuka pintu mobil belakang, diambilnya satu kantung kresek yang berisikan jajan pemberian Gara yang sudah resmi jadi miliknya.

"Ambil tas belanjaan yang di tengah," ucap Gara yang membuat Syila urung untuk menegakkan badan. Menuruti perintah tuan muda Gara, Syila mengambil tas belanjaan yang terapit di tengah.

"Buat apa, Kak?" Tanya Syila setelah mengambil barang tersebut.

"Tutup pintunya," perintah Gara lagi. Syila menurut, ia beralih menuju pintu depan yang jendelanya terbuka.

"Nih, buat apa?" Syila menyodorkan  tas belanjaan yang ia pegang.

Menoleh pada cewek tersebut, Gara sama sekali tak melepaskan kaca matanya.

"Buat Lo, traktiran karena bantu gue milih hadiah buat Liora."

Mendengar itu, Syila langsung terkejut, "nggak usah, Kak. Repot-repot banget, sih?" Syila ingin menaruh kembali apa yang ia pegang, ia benar-benar tak enak jika Gara kembali memberikannya sesuatu sedang tadi saja sudah satu kantung plastik penuh Gara memberinya jajan.

"Lo tolak gue buang," ucap Gara serius, membuat Syila menghentikan gerakannya yang akan menaruh tas belanjaan tersebut.

"Pilih mana? Terima atau gue buang?" Gara memandang Syila, ia kembali mengeluarkan nada angkuh pada kalimatnya.

Penekanan itu membuat Syila menghela napas, Syila menyebut ini sebagai ancaman ringan tapi pasti akan Gara lakukan. Gara ini memang benar-benar tuan muda, semuanya ya harus di turuti, tak ada penolakan dalam kamus hidup cowok itu mungkin.

"Tapi ...?"

"Hm?"

"Iya, gue terima. Tapi gue bener-bener nggak enak, Kak. Kak Gara tuh udah sering banget ngasih gue barang-barang yang harganya nggak murah," keluh Syila memelas, inilah salah satu alasannya sulit untuk berbuat jahat pada cowok itu. Padahal, saat bersama Gara, jiwa-jiwa psikopatnya itu kadang suka muncul.

"Yaudah, bawain gue bekal besok."

Syila tersenyum cerah, tas belanjaan yang hampir saja masuk kedalam mobil Gara ia tarik kembali.

"Siap bos!" Hormat Syila.

Gara di dalam mobil menarik sebelah bibirnya, ia bersiap akan pergi.

Gara My BoyfieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang