XXXV

35.4K 4K 52
                                    

Happy Reading All

🦖

"Kenapa nggak di potong aja rambutnya?" Syila bertanya pada Gara yang kini rambutnya tengah ia tata dan pakaikan pengikat kepala supaya rambut Gara tak jatuh mengenai mata saat bermain nanti.

Gara tak lepas memperhatikan Syila, posisinya yang saat ini tengah duduk dan Syila yang tengah berdiri membuatnya harus sedikit mendongak agar bisa melihat wajah cantik itu.

"Nggak papa." Jawab Gara apa adanya.

Syila diam saja, ia menyelesaikan pekerjaannya baru menatap Gara yang juga tengah menatapnya. Sedari tadi, dan Syila tahu itu.

Syila menangkup wajah Gara dengan kedua tangannya, "kenapa jadi tambah keren, sih?" Rutuk Syila setengah tak ikhlas tapi juga merasa dimanjakan dengan penampilan Gara yang seperti ini.

Gara terkekeh kecil, sebelah tangannya meraih tangan Syila yang masih berada di pipinya dan menggenggamnya. Gara menekan tangan kecil itu, memejamkan matanya dan merasakan rasa nyaman serta hangat dari tangan kecil Syila di pipinya.

Syila tersenyum melihat itu, "ayo ke lapangan, bentar lagi giliran Kakak."

Gara membuka matanya, padahal sudah begitu nyaman, tapi mau bagaimana lagi. Cowok itu membawa tangan Syila yang ia genggam menjauhi pipinya. Kini, tangan itu sudah sepenuhnya berada dalam genggamannya. Ia berdiri, meraih tas yang berisi raket dan segala macam keperluannya kemudian memakainya.

Menarik tangan Syila, Gara dengan tenang keluar dari ruang ganti yang sedari tadi memang hanya di isi mereka berdua.

Syila yang masih berada di belakang Gara mengulum senyumnya saat melihat tangan mereka yang saking bertaut. Ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, sebagai pacar dari cowok terpopuler di sekolahnya ini, Syila harus sangat siaga menjaga serta menunjukkan bahwa cowok ganteng dan keren di depannya ini adalah pacarnya. Miliknya.

Mensejajarkan langkah, Syila membuat ia dan Gara tak berjarak yang malah mengundang tatapan penasaran dari orang-orang yang ia lewati di sepanjang jalan.

"Kak Gara."

"Hm?" Meskipun tengah berjalan, Gara tetap menyempatkan diri menatap si mungil yang terlihat sekali tengah menempelinya ini. Gara terkekeh dalam hati, menyenangkan sekali melihat Syila yang dengan terang-terangan mencoba menunjukkan bahwa ia adalah orang spesialnya Gara.

"Sehabis main ini, langsung basket gitu?" Cewek itu mendongak, tak ayal tingginya yang timpang dengan Gara membuatnya harus ekstra. Padahal, ia sudah termasuk jajaran cewek yang termasuk tinggi, tapi tetap saja saat bersama Gara ia langsung menciut.

"Iya."

Dahi Syila mengkerut tak senang, "kenapa harus ikut keduanya? Pasti capek."

"Iya, makanya Lo nanti pijat gue." Gara membawa Syila memasuki lapangan badminton yang sudah di isi beberapa orang. Cowok itu tak memperhatikan ekspresi pacarnya yang berubah cemberut akibat kata-katanya.

Gara mengedarkan pandangannya kearah tribun, ia menunggu sebentar para suporter dari sekolah lain yang tengah berebut ingin keluar karena pertandingan dari perwakilan sekolah mereka baru saja selesai.

Gara My BoyfieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang