Happy Reading all!!
🦖
Hari libur Syila, adalah hari bersama Oma. Tapi untuk kali ini, hari liburnya bersama Gara. Bukan hanya Gara sebenarnya, tapi bersama tiga sekawan nya juga. Bedanya, ia dan Gara di tugaskan berdua, sedangkan Jayden, Caka dan juga Devano mereka bertiga.
Beginilah nasib Syila, tugas milik siapa? Tapi yang kena imbasnya siapa? Syila menyebutnya sebagai salah satu karma karena telah membohongi orang tua.
"Nanti yang ngelukis, siapa?" Tanya Syila sambil terus mengekori kemanapun perginya Gara.
"Devan," jawab Gara dengan kamera yang menutupi setengah wajahnya.
Mereka kini tengah berada di salah satu taman kota, di pagi hari yang cerah dengan ramainya orang-orang yang joging atau sekedar membawa keluarganya menghabiskan weekend di taman.
"Harus banget gitu di foto sendiri, nggak boleh liat google?" Syila kembali bertanya, ia juga kepo akan tugas kelompok kakak kelasnya ini.
"Hm." Gara bergumam, ia sibuk mencari view yang bagus dan tidak akan menyulitkan jika di lukis nantinya.
Ini adalah tugasnya, mengambil gambar dan Devano yang akan mengeksekusinya.
Merepotkan sebenarnya tugas dari guru seninya ini, mereka di suruh melukis, tapi yang di lukis adalah objek yang mereka foto sendiri. Tapi beruntungnya, untuk bagian kelompok mereka di bebaskan untuk memilih sendiri. Dan pas sekali di antara ia dan ketiga sahabatnya, ada Devano yang jago melukis.
Syila cemberut, sudah lima belas menit lebih mungkin ia mengikuti Gara seperti ini. Syila lapar, selain itu ia juga bosan. Sebenarnya apa fungsinya disini?
"Emang Kak Devano jago gambar?" Untuk membunuh kebosanan, Syila akan terus mengajukan pertanyaan.
Menurunkan kameranya guna melihat hasil yang ia ambil, Gara mengangguk. Syila yang sedari tadi di ladeni Gara dengan cueknya tambah memberengut sebal.
Mengedarkan pandangannya ke sekeliling taman, Syila menemukan seorang anak-anak yang menjajakan jualannya. Menajamkan penglihatan, mata Syila di buat berbinar begitu melihat apa yang anak itu jual.
Rambut nenek! Batin Syila berteriak girang.
Tanpa menoleh lagi kearah Gara, Syila langsung saja ngacir menuju anak kecil tersebut yang memang tak jauh darinya.
"Dek-dek! Kakak mau beli!" Syila melambaikan tangan, memanggil si anak kecil yang langsung saja merespon dirinya dengan cara menghampirinya.
"Mau beli berapa, Kak?" Tanya anak itu, dan keduanya pun mulai sibuk akan proses jual beli rambut nenek, jajanan jaman dulu yang menjadi favorit Syila sejak zaman SD.
Sementara Gara sendiri, ia masih belum sadar jika buntutnya sudah lepas entah kemana. Mungkin karena terlalu fokus, maka dari itu Gara tidak sadar jika Syila yang biasanya terus mengoceh kini tidak terdengar suaranya.
Berhenti sebentar, Gara melihat-lihat hasil yang ia ambil sejak tadi, Gara bergumam kecil saat melihat ada hasil gambarnya yang dirasa sudah pas dan mudah untuk Devan lukis.
"Ayo balik," ajak Gara sambil memutar badan.
Begitu sudah berubah haluan, ia malah tak menemukan keberadaan Syila. Gara mengedarkan pandangan dengan bingung, "Syila!" Panggil Gara dengan pandangan terarah kemana-mana.
Saat melihat orang-orang menatap kearahnya, Gara diam, ia lebih memilih mengambil langkah untuk mencari keberadaan Syila.
"Kemana, sih?" Gumam Gara dengan pandangan mengedar ke sekeliling taman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara My Boyfie
Romansa"Pasangin dasi." "Bawain tas gue." "Sisirin." "Suapin." Dan banyak lagi perintah si tuan muda Sagara Azam Pratama pada adik kelasnya, Arrsyila Zakia. Bukan karena Syila itu cupu, atau Syila gampang di bully, bukan juga karena Syila yang merusak bara...