XXVII

57.6K 5.9K 136
                                    

Happy Reading All

🦖

Gara sebenarnya sudah sangat menduga jika Syila tak akan datang untuk melihatnya latihan basket atau badminton. Tapi tetap saja, ia terus mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan pacarnya tersebut.

Gara cemas, sedari tadi ia latihan dengan tak fokus. Syila dan keadaannya tadi pagi benar-benar membayangi Gara. Apa yang sebenarnya terjadi pada keluarga perempuan tersebut? Pertanyaan itu tak berhenti berputar di kepalanya.

"Gar, kenapa?" Rekan bermainnya--Raja, menegur Gara setelah tadi laki-laki itu tak berhasil mengumpan balik kok pada lawan.

"Kurang fokus gue, minum dulu." Gara meninggalkan lapangan, ia berjalan menuju kursinya yang sudah tersedia tas dan berbagai macam kebutuhan yang ia perlukan. Meskipun hanya latihan, tapi persiapan matang itu diperlukan.

Mengambil botol mineralnya, Gara menghabiskan setengah botol air dalam beberapa kali tegukan. Ia diam sebentar, tangannya membongkar isi tas mencari ponselnya.

Begitu benda pipih itu di tangan, Gara tak buang waktu, ia langsung menuju log panggilan dan menelpon nomor Syila. Gara menunggu, butuh waktu hampir satu menit baru panggilannya di angkat.

"Syila," sapa Gara terlebih dahulu.

Suara deheman Syila terdengar, "iya Kak? Kenapa?"

"Dimana?" Tanya Gara, ia beranjak dari tempatnya begitu suara para perempuan yang menonton terdengar riuh.

"Di... Kelas. Kenapa?"

"Beliin gue minuman isotonik, mau?" Gara mencari-cari alasan untuk melihat Syila, padahal minuman isotonik nya bahkan masih ada dua botol.

"Kak Gara dimana? Lagi latihan basket, ya?"

"Latihan bulu tangkis."

"Oh, oke. Gue beliin, matiin ya?"

"Hm."

Gara menatap ponselnya, ia kemudian kembali ke tempat dimana tasnya berada. Tiga hari lagi, ia akan bertandang ke SMA tetangga untuk lomba, dan Gara yakin sekali untuk tiga hari kedepan ia akan benar-benar sibuk.

"Gara."

Suara seorang perempuan yang menyapanya membuat Gara mendongak, ia berharap itu Syila, tapi ternyata Jasmin yang tengah berdiri di hadapannya sambil membawa-bawa handuk dan juga minuman isotonik.

"Gue bawain handuk sama minuman nih, handuknya baru, kok." Jasmin mengulurkan kedua benda yang ada di tangannya pada Gara, sentumnya sedari tadi tersungging dengan cerah.

"Gue udah ada," Gara cuek saja, ia memasukkan ponselnya kembali kedalam tas.

Gara berdiri, ia ingin kembali ke lapangan tapi langkahnya langsung di blokir oleh Jasmin.

"Nggak papa Gar, terima aja, 'kan bisa untuk nanti-nanti." Jasmin ngeyel, ia akan malu jika sampai Gara menolak pemberiannya karena banyak orang yang kini melihat interaksi mereka.

Gara menghela napasnya, ia paling kesal jika sudah di paksa-paksa begini.

"Minggir," Gara menjauhkan Jasmin dari hadapannya, ia berlalu pergi tapi Jasmin mencekal tangannya.

"Please Gar, terima, ya?" Jasmin memelas, ia membuat ekspresi wajah seimut mungkin agar Gara tak menolak.

"Mbak Jasmin, Kak Gara nggak mau, jadi jangan di paksa." Syila yang baru saja tiba langsung memisahkan cekalan tangan Jasmin pada tangan Gara, ia berdiri di hadapan pacarnya tersebut dan memberikan senyum paksa pada perempuan rambut blonde dihadapannya.

Gara My BoyfieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang