Happy Reading All!!
🦖
Sesuai jadwal yang sudah jauh-jauh hari di tentukan, rombongan siswa-siswi High School Pertiwi yang akan mewakili sekolah mereka dalam pekan olahraga tahun ini bertandang ke SMA tetangga. Tak lupa pula mereka membawa rombongan cheerleader dan juga beberapa supporter yang tentunya siap mendukung dan juga berpartisipasi memeriahkan lomba.
Sibuknya para guru menyiapkan berbagai keperluan, tentunya juga menyeret para anggota OSIS termasuk Gara selaku ketuanya. Bukannya Gara tak di beri keringanan karena juga mewakili sekolah dalam ajang bulu tangkis dan basket sekaligus, tapi karena Gara sendiri yang memang tak bisa sepenuhnya menyerahkan tugas pada anggotanya tanpa ia turun tangan sendiri.
Bagaimana ya, menyebutnya? Trust issue? Gara sendiri tak yakin, kalimat tersebut seperti terlalu berlebihan untuknya. Ia hanya harus memastikan sendiri semuanya mampu berjalan lancar dan sesuai keinginannya, maka dari itu ia harus turun tangan sendiri.
Karena kesibukannya itu pulalah, Gara sudah tak bertemu Syila sejak kemarin sore. Gara bahkan hanya beberapakali memeriksa ponselnya untuk membalas pesan-pesan anggota OSIS lain dan juga teman-temannya yang akan berlomba bersamanya.
"Gara, semuanya sudah siap? Teman-temannya sudah kumpul semua belum?" Pak Arif, selaku guru olahraga dan juga pengurus OSIS mempertanyakan kesiapan tim yang akan berangkat. Baik dari segi material, maupun psikis.
"Barang-barang keperluan tim di sana sudah siap semua, Pak. Kalau untuk kehadiran, beberapanya masih dalam perjalanan, Pak. Kita juga masih punya waktu 30 menit, saya yakin mereka nggak akan telat." Gara memeriksa jam di ponselnya, ia sengaja tak memakai arloji karena nanti pasti akan di lepas.
Pak Arif mengangguk, ia kemudian menepuk bahu Gara, "jangan terlalu repot, stamina kamu harus tetap stabil. Hari ini kamu bakal kerja keras banget karena dua lomba sekaligus. Kamu dan Raja, adalah harapan besar Bapak untuk bulu tangkis ganda putra." Pak Arif mewanti-wanti, ia tahu sekali muridnya ini tipikal orang yang seperti apa. Gara, si ketua OSIS High School Pertiwi ini, merupakan si pekerja keras yang segala sesuatunya harus ia selesaikan dengan tangan sendiri.
Gara mengangguk paham, "siap, Pak, saya dan Raja akan berusaha semaksimal mungkin."
Pak Arif tersenyum, ia tepuk sekali lagi pundak murid kesayangannya itu sebelum berlalu pergi untuk memeriksa yang lain.
Gara menghela napasnya, ia mengedarkan pandangannya ke penjuru lapangan yang di isi siswa-siswi yang akan mewakili sekolah mereka. Ia memeriksa ponselnya sekali lagi, kenapa Syila tak kunjung sampai.
Ya... Yang sebenarnya beberapa itu sebenarnya hanya Syila, seluruh perwakilan sudah ada, anggota OSIS juga semuanya sudah ada, hanya Syila, yang bisa di katakan tidak ada hubungannya sama sekali dengan acara ini belum hadir.
Berkeliling sebentar, Gara menemukan Tatia yang tengah berbincang dengan teman-teman cheerleader nya. Gara menghampiri, membuat mereka semua langsung diam menunggu kedatangan Gara.
"Tatia, Syila mana?" Yang di tanya Tatia, tapi yang sibuk yang lainnya.
Tatia melihat ponselnya, "lah, belum datang, Kak? Katanya tadi udah mau otw kok."
Mendengar jawaban Tatia, Gara kembali menghela napasnya. Kemana pacarnya ini?
"Kabarin kalau liat." Gara berpesan, ia berlalu pergi dari perkumpulan perempuan-perempuan yang selalu menjadi topik hangat perbincangan laki-laki di sekolahnya. Untung Syila tak masuk cheerleader, Gara bersyukur akan hal itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gara My Boyfie
Romance"Pasangin dasi." "Bawain tas gue." "Sisirin." "Suapin." Dan banyak lagi perintah si tuan muda Sagara Azam Pratama pada adik kelasnya, Arrsyila Zakia. Bukan karena Syila itu cupu, atau Syila gampang di bully, bukan juga karena Syila yang merusak bara...