Happy Reading all!!
🦖
Syila menguap lebar, ia bahkan sampai mengangkat kerah Hoodie yang ia pakai untuk menutupi mulutnya. Memperhatikan sekelilingnya, masih ada tiga orang lagi termasuk mereka yang tengah menunggu print-an mereka jadi.
"Lama banget sih," keluh Syila entah untuk yang ke berapa kalinya. Ia kembali membenarkan duduknya dan bersandar di sandaran kursi.
Sebenarnya jam pulang sekolah sudah sedari tiga puluh menit yang lalu, tapi karena kesibukan si ketos sekaligus bosnya ini, jadilah Syila bertahan di tempat foto kopian yang ramai.
Bukan karena sekolah mereka tak memfasilitasi mesin printing, hanya saja mesinnya tengah mengalami kerusakan. Untung saja di depan sekolah ada tempat foto kopian.
Gara melirik Syila yang terlihat sekali sangat mengantuk dan hampir tertidur. Karena Syila jika tidur sulit untuk di bangunkan, maka dari itu Gara mencari inisiatif lain agar Syila tidak bosan dan mengantuk.
"Nih," ucap Gara tiba-tiba sambil menyodorkan ponselnya.
Syila terkaget, ia membuka matanya yang sudah terkatup dan menatap apa yang Gara sodorkan dengan heran.
"Apa?" Tanya Syila kembali menguap, Gara berdecak kecil melihatnya.
"Di hp gue ada game, mainin aja."
"Hah? Emang boleh?" Tanya Syila langsung menegakkan badan karena kaget, ia mengambil ponsel yang Gara sodorkan dan memperhatikannya.
"Hm, daripada Lo ketiduran."
Mendengar jawaban Gara, Syila tak masalah, ia langsung saja membuka ponsel Gara yang ternyata tak memakai sandi apapun. Syila kesenangan, langsung saja ia membuka game yang biasanya para anak lelaki mainkan. Sudah dari dulu Syila ingin mencoba permainan ini, tapi ia terlalu malas untuk menginstal yang bisa saja akan membuatnya kecanduan.
Seakan lupa pada kantuknya, Syila bermain game dengan semangat. Gara yang duduk di sebelahnya diam-diam memperhatikan, sudut bibirnya bahkan sedikit naik begitu melihat cara bermain Syila yang amburadul.
"Bukan gitu, tapi pakai ini." Gara akhirnya buka suara, jari telunjuknya tanpa aba-aba ikut menyentuh layar ponsel yang tengah menampilkan permainan yang begitu di gemari laki-laki dari berbagai usia tersebut.
"Eh, mati?" Kaget Syila begitu melihat musuh yang tadi ia hadapi sudah lenyap begitu saja.
"Terus ini kemana lagi?" Tanya Syila bingung, maklumlah baru pertama kali.
Melihat Syila yang kebingungan, Gara merapat, ia menaikkan sebelah kakinya keatas kursi dengan posisi sepenuhnya terbaring menyentuh dudukan kursi. Tangan kanannya bergerak melewati punggung Syila dan menjangkau sebelah tangan Syila. Kini, tangan mungil itu sudah terlingkupi oleh tangan besar Gara kanan kiri.
"Gini," suara berat Gara membuat Syila mengerjap, apalagi saat hembusan nafas berbau mint itu menerpa pipinya.
Menelan ludahnya dengan susah payah, Syila kembali salah fokus saat melihat jemari yang bergerak lincah itu melingkupi kedua tangannya. Terasa hangat, dan itu membuatnya berkeringat.
"Paham?" Tanya Gara menoleh kearah Syila yang jarak wajahnya benar-benar dekat sekali dengannya. Ia bahkan bisa melihat pipi putih halus itu sedikit memerah.
Syila memejamkan mata sebentar, ia kemudian mengangguk dengan kaku tanpa berani menoleh ke arah Gara.
Melihat anggukan itu, Gara kembali menarik tangannya, ia juga kembali membentang jarak dan memilih menghampiri abang-abang fotokopian untuk melihat miliknya sudah selesai atau belum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara My Boyfie
Romance"Pasangin dasi." "Bawain tas gue." "Sisirin." "Suapin." Dan banyak lagi perintah si tuan muda Sagara Azam Pratama pada adik kelasnya, Arrsyila Zakia. Bukan karena Syila itu cupu, atau Syila gampang di bully, bukan juga karena Syila yang merusak bara...