XLI

19K 1.8K 47
                                    

Happy Reading All!!

🦖

Gara keluar begitu saja dari mobil sebelum mendapat jawaban dari Syila, ia menghampiri Devano yang tengah bersiap menaiki motornya.

"Ngapain bro, di sini?" Tanya Gara bahkan sebelum ia mencapai posisi dimana Devano berada. Devano terlihat kaget, ia bahkan langsung menolehkan kepalanya menghadap arah dimana suara Gara berasal.

"Gara?"

"Ngapain di sini?" Tanya Gara sekali lagi, yang kali ini posisinya sudah berada di dekat Devano.

Syila yang baru saja keluar dari mobil menepuk keningnya kebingungan, kalau sampai Gara tahu hubungan antara ia dan Devano, bagaimana nanti persahabatan mereka?

"Gue..."

"Kak Devano ngapain di sini, Kak? Habis ketemu Om Ken, ya?" Syila menyerobot, satu-satunya hal yang ia pikirkan saat ini adalah membuat hubungan antara Gara dan Devano tetap baik-baik saja. Ini adalah masalah keluarganya dan keluarga Devano, mau ia benci ataupun tidak pada Devano, Syila tak perlu mencari orang lain untuk sama-sama tidak menyukai laki-laki itu, terutama Gara—sahabatnya sendiri.

"Om Ken? Mereka saling kenal?" Tanya Gara, yang tentu di tujukan untuk Syila yang berada di sampingnya.

"Iya, hehe.. nggak tau kenalnya gimana." Syila mencoba berbicara sesantai mungkin, jangan sampai Gara membaca gelagat berbohong darinya.

"Kenal dimana Van?" Kali ini, Gara gantian bertanya pada Devano yang sejak tadi hanya diam.

"Kenal di rumah," Devano mengikuti alur begitu saja. Entah apa maksud Syila membuat kebohongan ini, Devano tidak bisa membuatnya makin runyam.

Gara menatap dua orang yang ada di dekatnya, ada apa sebenarnya ini? Jelas-jelas mereka berdua terlihat begitu canggung, kebohongan apa yang mereka tutupi.

Menarik napasnya, jujur saja pikiran-pikiran buruk mulai timbul di kepala Gara. Tak ingin membuat pikirannya makin kacau, Gara meraih pinggang Syila, membawanya merapat padanya dan memberikan sebuah kecupan di kening pacarnya.

"Masuk." Itu kata Gara, yang merupakan perintah mutlak yang sulit Syila bantah, apalagi saat melihat wajah serius Gara.

Syila menatap Gara lama, ia juga melihat sebentar kearah Devano, "Kak Gara pulangnya hati-hati." Ucap Syila sebelum akhirnya ia meninggalkan dua laki-laki itu di hadapan rumah Omanya.

-o0o-

"Jadi, kenapa Lo bisa ada di rumah Omanya Syila?" Gara membuka percakapan, saat ini mereka sedang berada di salah satu cafe yang tak cukup ramai pengunjungnya.

"Seperti yang di bilang Syila tadi." Devano menyandarkan punggungnya, ia hari ini cukup lelah dengan semua permasalahan yang ada.

"Lo tau gue nggak percaya," Gara menatap tajam Devano—sahabatnya yang satu ini, paling sulit diajak bicara. Jika mulutnya sudah berkata ini atau itu, maka hanya itu yang akan keluar dari mulutnya mau seribu kali pun bertanya.

"Terserah Lo Gar, yang jelas gue nggak ada urusan apapun sama cewek Lo." Berbohong sedikit tak apa, Devano tahu betul apa yang Gara pikirkan sekarang tentangnya.

Gara My BoyfieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang