XLV

44.9K 2.4K 579
                                    

Happy Reading All!!

🦖

Gara menghentikan mobilnya yang semula melaju kencang di sebuah jalanan yang sepi. Nafas laki-laki itu masih memburu, dan Syila baru berani membuka matanya saat dirasa Gara sudah berhenti menantang maut di jalanan.

Gara benar-benar berbahaya saat sedang marah, laki-laki itu bisa membahayakan orang lain dan juga dirinya sendiri jika setiap marah selalu membawa kendaraannya dalam kecepatan tinggi.

"Kak Gara itu tadi baha—"

Suara Syila terkubur paksa, gerakan Gara yang tidak di duga-duga membuatnya bak menjadi patung dengan keterkejutan tergambar di matanya.

Gara menciumnya, mencium bibirnya dengan nafasnya yang masih memburu karena emosi. Syila bahkan tak melakukan apapun, ia hanya diam karena rasanya semua sarafnya tiba-tiba saja tak ada yang berfungsi.

Melepaskan Syila hanya untuk mengambil nafas, Gara kembali mengulangi hal yang tadi ia lakukan—mencium Syila untuk kedua kalinya hingga perempuan itu mendapatkan kesadarannya dan berontak atas apa yang Gara lakukan.

Syila ketakutan, Gara tak pernah seperti ini padanya, bagaimana Gara menciumnya pun bukanlah sesuatu yang Syila inginkan, Gara memperlakukannya dengan kasar dan hal itu membuat Syila rasanya tak mengenali karakter Gara yang satu ini.

Mendorong dengan sekuat tenaga hingga akhirnya mampu membuat Gara kembali terduduk dengan paksa di tempatnya, Syila memberikan tatapan ketakutan pada Gara yang masih terengah-engah dihadapannya.

"Aku nggak mau ngomong kalau Kak Gara kayak gini," Syila sudah akan membuka pintu mobil, tapi Gara kembali dengan gerakan cepatnya mengunci pintu dan menahan perempuan itu.

"Jangan bikin gue tambah marah, Syila." Gara mendesis, menekan emosinya yang campur aduk apalagi dengan penolakan Syila tadi.

Syila memojokkan dirinya meskipun dalam keadaan tangan digenggam oleh Gara. Genggamannya kuat, Syila tak mungkin bisa menarik tangannya. Gadis itu hanya bisa mengkerut takut menatap wajah penuh emosi Gara.

Menahan dirinya yang akan menangis, Syila menarik nafasnya berulangkali untuk menenangkan ketakutannya. Gara yang sedang marah tidak akan bisa ia hadapi dengan kemarahan serupa atau malah ketakutan, laki-laki itu akan menjadi, maka dari itu Syila memberanikan diri mendekat—meraih Gara dalam pelukannya.

Dan ya, seperti perkiraan Syila, Gara tak berontak sedikitpun saat ia peluk. Malahan, tubuh Gara yang semula kaku mulai rileks, begitupun dengan nafas Gara yang semula berderu dengan ritme cepat kini mulai stabil.

"Kak Gara tenangin emosinya dulu, ya? Kita bicarain baik-baik, Kak Gara tadi bikin aku takut." Dengan suaranya yang lembut dan juga gerakan tangannya yang tak berhenti mengelus punggung dan juga rambut Gara yang mulai berantakan, Syila nyatanya mampu membuat segala ketegangan Gara merileks.

Laki-laki itu membalas pelukan Syila lebih erat, Gara bahkan membenamkan wajahnya di bahu Syila dan pelan-pelan meraup nafasnya dengan tenang. Ia benar-benar dikuasai amarah, dan Gara bahkan tak mampu mengendalikan dirinya tadi itu.

"Gue marah, gue marah sampai rasanya mau ngancurin apapun." Suara Gara terbenam, tangannya melilit dengan erat tubuh Syila hingga gadis itu merasa sedikit kesulitan.

Gara My BoyfieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang