Happy Reading all!!
🦖
Syila melambaikan tangan pada Kara dan Nara yang berlalu pergi. Tadi, setelah mereka selesai menangkap capung, mereka beralih ke stand makanan pinggir jalan yang belum pernah Kara temui.
Mereka mampir ke setiap stand, membeli semua yang Kara inginkan dan berakhir kekenyangan karena ujung-ujungnya Gara dan Syila yang menghabiskan apa yang Kara beli.
Dan tadi, baru saja Nara menjemput Kara untuk di bawa pulang. Jika tidak di jemput, anak kecil itu tidak akan mau di bawa pulang dan berujung kelelahan bermain.
"Tolongin dong, Kak." Syila merentangkan tangan, meminta bantuan agar Gara menariknya bangun dari kursi yang ia duduki.
Gara menatap malas Syila, namun tetap bergerak meraih kedua tangan Syila yang terulur dan menariknya.
"Manja," komentar Gara.
Syila mencebik tak peduli.
"Yuk, pulang." Syila membenarkan tali tasnya, memimpin jalan dan meninggalkan Gara yang akan mengantarnya pulang.
Baru berjalan beberapa langkah, tiba-tiba saja hujan deras turun menderu tanpa aba-aba, membuat Syila kelabakan karena jarak antara tempat mobil Gara terparkir dan dirinya berpijak kini cukup jauh.
"Kak Ga-ra..."
Jaket kulit milik Gara melingkupi tubuh atas Syila, melindungi kepala dan juga badannya. Gara yang tadi tertinggal di belakang Syila, kini sudah berdiri bersisian di samping Syila. Tangannya melingkupi Syila, merentangkan jaketnya agar bisa melindungi Syila dari derasnya hujan.
Kaki jenjang itu melangkah cepat, membawa Syila juga bersamanya. Dua remaja itu berlarian di antara orang-orang yang juga sibuk mencari tempat berteduh. Tak butuh waktu lama, mereka sampai di tempat parkir, Gara bahkan masih sempat-sempatnya membukakan pintu untuk Syila.
Keduanya kini sudah berada di dalam mobil, Syila menghela napas lega karena ia tak begitu basah.
"Deres banget," monolog Syila sambil menatap rintikan hujan dari balik jendela.
Syila menoleh, menatap Gara yang tengah sibuk mengatur suhu mobilnya.
"Baju Kakak basah banget," ucap Syila dengan tangan menyapu lengan kemeja sekolah yang Gara kenakan.
Gara menatap baju yang ia kenakan, ia membuka veist yang menutupi kemeja putihnya.
"Tetep basah, bajunya di lepas aja, Kak Gara biar pakai jaket." Syila memperhatikan kemeja Gara yang tetap saja basah, ia juga melepas jaket Gara yang ia kenakan.
"Lo aja yang pakai, ini nggak terlalu parah basahnya." Tolak Gara sambil merapikan kembali veist miliknya.
"Nggak mau, ntar Kak Gara masuk angin." Syila tetap memberikan jaket Gara dengan penuh paksaan, membuat Gara menatap lama perempuan itu dengan helaan napas sebelum akhirnya menerima jaket miliknya.
Gara membuka kancing kemejanya, membuat Syila cepat-cepat membalikkan badannya dan memilih menatap derasnya rintikan hujan yang turun dengan gugup. Bisa-bisanya Gara ingin buka baju tapi tak bilang-bilang dulu.
Gara yang melihat itu hampir tertawa, padahal ia memakai singlet di balik kemejanya.
"Gue pakai singlet kali," ucap Gara sambil melepas kemejanya.
Syila menoleh sedikit ke belakang, memastikan apa yang Gara katakan benar.
"Ih, kirain..."
"Kirain apa?" Tanya Gara yang sudah beres mengenakan jaketnya. Alisnya naik turun menggoda Syila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara My Boyfie
عاطفية"Pasangin dasi." "Bawain tas gue." "Sisirin." "Suapin." Dan banyak lagi perintah si tuan muda Sagara Azam Pratama pada adik kelasnya, Arrsyila Zakia. Bukan karena Syila itu cupu, atau Syila gampang di bully, bukan juga karena Syila yang merusak bara...