VI

70.4K 7.2K 735
                                    

Happy reading all!!

🦖

Pagi-pagi begini, Syila selalu bersemangat, ia dengan langkah riang sambil membawa tas di punggungnya berjalan menuju ruang OSIS---tempat ia dan Gara sering bertemu.

Begitu sampai di depan ruang OSIS, Syila tak langsung masuk, seperti biasa ia akan intip-intip terlebih dahulu. Begitu hanya mendapati Gara di dalam sana, Syila dengan semangat masuk.

"Pagi, Kak Gara!" Sapa Syila ceria.

Gara hanya mengangkat kepala dari bukunya sebentar lalu lanjut menulis tugas meringkas yang sempat terlupakan.

Mendudukkan diri di kursi yang paling dekat dengan posisi Gara, Syila menaruh tasnya dan membuka resletingnya. Mengeluarkan sebuah Tupperware berwarna pink, Syila dengan semangat memberikannya pada Gara.

"Tada! Sarapan buat Kak Gara," ucap Syila dengan senyum cerahnya.

Gara kini mengalihkan fokus pada Syila dan bekal untuknya. Ia meraih bekal itu dan membukanya.

"Nasi goreng spesial Mbok di rumah, enak tau."

Gara memperhatikan bentuk dan tampilan nasi goreng tersebut, "gue nggak suka bawang goreng," ucap Gara setelah melihat taburan bawang di atas nasi tersebut.

"Oh, gue nggak tau." Syila buru-buru mengambil alih Tupperware yang Gara pegang, ia kemudian mengambil sendok yang sudah di sediakan dan menyingkirkan bawang-bawang tersebut.

Gara memperhatikan itu, bagaimana wajah serius Syila saat memisahkan bawang dari nasi. Rambut panjang bergelombang yang biasanya tergerai hari ini di kuncir kuda, menyisakan poni dan helaian-helaian tipis di dekat telinga.

"Ini kenapa?" Tangan Gara terulur, menyentuh leher samping Syila yang memperlihatkan bekas cakaran yang tak begitu kentara.

"Hah?" Syila terkejut, apalagi saat tangan hangat Gara menyentuh lehernya.

"A-apa?" Tanya Syila sambil memegang bagian lehernya yang tadi di sentuh oleh Gara.

"Leher Lo, ada bekas cakaran." Jelas Gara sekilas, ia kemudian mengambil alih kotak bekal yang bawangnya sudah di pindahkan ke atas tutup Tupperware.

"Cakaran?" Syila berfikir sebentar, mengingat-ingat penyebab kenapa bisa ada bekas cakaran di lehernya. "Oooh, kerjaan si Whitam ini." Ucap Syila mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Whitam?"

Melihat wajah penuh tanya Gara, Syila tertawa kecil, "kucing gue, Kak. Namanya Whitem, pelesetan dari kata white dan hitam, soalnya kucing gue bulunya warnanya putih sama hitam ."

Gara hanya mengangguk sekilas setelah mendengar penjelasan Syila, ia kemudian kembali melanjutkan acara sarapannya.

Syila bertopang dagu, memperhatikan Gara yang tengah makan.

"Rambut Lo berantakan banget, Kak." Ucap Syila setelah memperhatikan setiap bagian dari wajah Gara hingga ke rambutnya.

Gara mengangkat alisnya sebelah, "gue pakai motor."

Syila mengangguk paham, "ganteng sih, kaya bad boy." Mendengar itu, Gara langsung mengangkat kepalanya yang semula menunduk karena tengah menyuap makanan.

"Tapi Kak Gara yang gue kenal itu cold boy, lebih ganteng dan keren." Ucap Syila dengan wajah biasa saja, benar-benar tengah memberi komentarnya pada Gara tanpa rasa jaim menutupi keterpesonaannya.

"Ekhem! Minum," pinta Gara setelah sedikit terbatuk, entah karena tersedak atau apa.

"Bentar," Syila kembali mengobrak-abrik tasnya, mengambil sebuah Tumbler berisi air putih dan memberikannya pada Gara.

Gara My BoyfieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang